Arcandra Tahar Beberkan Berbagai Strategi untuk Kurangi Impor Minyak

Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Feb 2020, 15:05 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2020, 15:05 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Menyikapi hal tersebut, Wakil Menteri ESDM  periode 2016-2019, Arcandra Tahar, menjelaskan bahwa ada beberapa strategi untuk mengurangi atau menekan impor minyak dan digantikan dengan pasoka dalam negeri.

Arcandra menjelaskan, upaya yang bisa dilakukan pemerintah pertama dengan menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR). Teknologi ini mampu meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak hingga 60 persen. Menurutnya, teknologi ini mampu meningkatkan produksi minyak secara jangka pendek. 

Sedangkan cara kedua adalah cara jangka panjang yaitu dengan melakukan eksplorasi. Langkah ini mampu untuk meningkatkan pasokan di kilang.

Selanjutnya, Arcandra mengungkapkan alternatif lain yakni dengan menggantikan bahan bakar minyak dengan memanfaatkan energi lainnya.

"Strategi selanjutnya adalah dengan kendaraan listrik, energi listrik tidak pernah impor, karena dipasok oleh domestik. Kalau andalkan migas, kita butuh impor crude dan BBM," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Badan Anggaran DPR RI, Senin, (17/02/2020).

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia IATMI, Hadi Ismoyo, menyaranan lima kunci untuk meningkatkan produksi minyak.

Pertama melalui eksplorasi, Enhanced Oil Recovery (EOR), well work program, surface optimization, Plan of Development (POD) speed up for discoveries undevelopedment dan marginal field.

Dengan lima kunci tersebut, ia yakin target SKK Migas produksi 1 juta barel per hari bisa tercapai di tahun 2030.

Di luar lima kunci tersebut, Hadi Ismoyo juga menyarankan konversi gas ke minyak. "Kita penghasil gas daripada oil, 100 TCF, salah satunya Natuna," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cara SKK Migas Kejar Produksi Minyak Indonesia Capai 1 Juta Barel di 2030

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyusun sejumlah upaya untuk mencapai target produksi migas untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel pada 2030‎.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 telah ditetapkan target yang tinggi untuk minyak pada angka 755 ribu barel per hari (bph) dengan angka teknis pada 705 ribu bph.

Sedangkan untuk gas target ditetapkan 6.670 MMSCFD dengan angka teknis pada 5.685 MMSCFD. ‎Adapun pada 2030 produksi minyak ditargetkan meningkat menjadi 1 juta bph.

"Untuk mencapai target dan meneruskan operational excellence secara berkelanjutan, maka SKK Migas akan mengoptimalkan pemanfaatan IOC dan akan terus menambah fitur baru yang dapat mendukung pelaksanaan operasional hulu migas," kata Dwi, di Jakarta, pada Jumat 9 Januari 2020. 

‎‎Pada 2020 upaya yang dilakukan SKK Migas untuk meningkatkan produksi antara lain dengan mempertahankan tingkat produksi sumur yang telah beroperasi melalui pengeboran pengembangan naik 20-25 persen. Adapun rincian rencana kerja 2020 mencapai 407 sumur pengembangan 812 work over dan 24.843 well service.

Kemudian akan dilakukan transformasi sumber daya ke produksi dengan pengeboran deliniasi struktur parang, Re-Entry Lofin-2, pengoperasian Lapangan Sidayu, mempercepat Chemical EOR, melalui kegiatan Field Trial Lapangan Sago, Gemah, Jatibarang, Studi EOR Lapangan Pedada, Kaji-Semoga, Belida. Eksplorasi untuk Penemuan Besar dilakukan antara lain dengan Seismik 2D Jambi Merang (Open Area) tahun ke-2 dengan investasi USD 75 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya