Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD 864 juta. Defisit ini terjadi karena nilai ekspor Indonesia hanya mencapai USD 13,41, sedangkan nilai impor tercatat sebesar USD 14,28 miliar
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengakui, kinerja perdagangan Indonesia memang belum terlalu moncer. Sebab, kebijakan yang disiapkan pemerintah untuk neraca perdagangan Indonesia baru akan terasa dalam jangka panjang.
Beberapa kebijakan pemerintah pun sudah dilakukan diantaranya adalah implementasi biodisel atau B30 dan juga mendorong substitusi impor.
Advertisement
Baca Juga
"Ya kan kita masih bekerja jangkanya jangka menengah, bukan jangka pendek ya. Terima kasih," kata Airlangga ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (17/2).
Airlangga menyebut Indonesia baru akan keluar dari defisit necara perdagangan paling tidak butuh bertahun-tahun. Di mana target dicanangkan pemerintah sendiri yakni dalam kurun waktu tiga tahun.
"(Kapan surplus?) ya kan target 3 tahun," singkatnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Neraca Dagang Januari 2020 Defisit
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD 864 juta. Defisit ini turun tipis dibandingkan dengan posisi Januari 2019 yang tercatat sebesar USD 1,06 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto, menyatakan nilai laju ekspor pada Januari 2020 tidak seimbang dibandingkan nilai impornya. Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit.
Di mana nilai ekspor sebesar USD 13,41 miliar atau turun 7,16 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan, impor tercatat sebesar USD 14,28 miliar atau turun 1,60 persen dari Desember 2019Neraca perdagangan Januari 2020 defisit USD 0,86 miliar atau USD 864 juta lebih kecil dibandingkan Januari 2019. Pada Januari 2019 defisit USD 1,06 miliar," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS.
Secara rinci, Suhariyanto membeberkan pada komoditas migas tercatat minus USD 1,18 miliar. Sedangkan, non migas mengalami surplus sebesar USD 317 juta. Defisit migas terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD 481,1 juta dan hasil minyak defisit USD 935,1 juta. Namun, pada gas tercatat surplus USD 235 juta.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement