Harga Minyak Dunia Anjlok 30 Persen, Diprediksi Bisa ke Level USD 20 per Barel

Goldman Sachs memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Mar 2020, 10:14 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 10:14 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak.(Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah dunia anjlok 30 persen dipicu kegagalan OPEC mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi. Ini menyebabkan Arab Saudi memangkas harga karena dilaporkan akan bersiap meningkatkan produksi, dan memicu kekhawatiran bakal terjadinya perang harga.

Melansir laman CNBC, Senin (9/3/2020), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 30 persen menjadi USD 31,02 per barel, level terendah sejak Februari 2016.

Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 27 persen menjadi USD 30 per barel, level terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI berada di jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.

"Ini menjadi pendekatan drastis dari Arab Saudi, khususnya untuk menangani masalah kelebihan produksi yang kronis," kata John Kilduff dari Capital Again.

Usai sempat turun di awal, kerugian sedikit berkurang. Brent diperdagangkan 24,59 persen lebih rendah menjadi USD 34,14 per barel dan minyak mentah berjangka AS  lebih rendah 25,61 persen menjadi USD 30,71 per barel.

Pada Sabtu pekan lalu, Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran harga jual minyaknya untuk April. Negara itu juga dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksinya di atas angka 10 juta barel per hari.

Saudi kini memompa produksi 9,7 juta barel per hari, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkatkan hingga 12,5 juta barel per hari.

"Kami melihat perang harga minyak OPEC dan Rusia dimulai akhir pekan ini, ketika Arab Saudi secara agresif memotong harga, di mana ia menjual minyak mentahnya paling banyak dalam setidaknya 20 tahun," kata Analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam catatannya.

"Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada pada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai. Di mana, kejatuhan permintaan minyak yang signifikan juga karena Virus Corona," tambah dia.

Goldman memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga menjadi USD 30 per barel, dan harga bisa turun ke posisi USD 20-an.

 

Turun Tajam

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak.

Pemotongan harga minyak oleh Arab Saudi menyusul kegagalan pembicaraan di Wina, pada pekan lalu. OPEC merekomendasikan pengurangan produksi tambahan 1,5 juta barel per hari mulai bulan April dan berlanjut hingga akhir tahun.

Tetapi sekutu OPEC, Rusia menolak pemotongan tambahan ketika kartel beranggotakan 14 negara dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +.

"Mulai 1 April kami mulai bekerja tanpa memedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya," ujar Menteri Energi Rusia Alexander.

Harga minyak telah bergerak turun tajam tahun ini karena wabah Virus Corona telah menyebabkan permintaan minyak mentah yang lebih lemah. Kekenyangan pasokan berpotensi dapat menekan harga lebih lanjut.

 

Berlangsungnya peristiwa ini mengingatkan pada 2014 ketika Arab Saudi, Rusia dan AS bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di industri minyak. Ketika produksi meningkat, harga anjlok. Beberapa melihat harga kembali ke posisi terendah seperti saat itu.

"Minyak berada pada posisu USD 20 pada tahun 2020 mungkin akan terjadi," kata Ali Khedery, Mantan Penasihat Senior Timur Tengah Exxon.

Tetapi yang lain, termasuk Grup Eurasia, percaya bahwa Arab Saudi dan Rusia pada akhirnya akan mencapai kesepakatan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya