AAJI: Kasus Jiwasraya Tak Kunjung Kelar Bakal Ganggu Industri Asuransi

Tercatat, kinerja premi industri asuransi pada kuartal IV 2019 tumbuh 5,8 persen.

oleh Athika Rahma diperbarui 11 Mar 2020, 20:24 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 20:24 WIB
20160217-Ilustrasi Asuransi-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)
Liputan6.com, Jakarta Kinerja industri asuransi di kuartal IV 2019 masih membaik di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti. Meski demikian, ada beberapa faktor yang jika tidak ditangani dengan baik, akan berpengaruh terhadap kinerja ke depannya, seperti mega skandal Jiwasraya.
 
"Jika kasus Jiwasraya tidak segera selesai dan ada solusinya, apalagi rekening efek terus diblokir, ya, bisa-bisa kepercayaan masyarakat runtuh," kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
 
Sebelumnya, Kejaksaan Agung memblokir 800 rekening efek yang diduga berkaitan dengan skandal Jiwasraya. Dari data terbaru, 25 akun telah dibuka blokirnya karena terbukti tidak berhubungan dengan kasus tersebut.
 
Tercatat, kinerja premi industri asuransi pada kuartal IV 2019 tumbuh 5,8 persen. Pendapatan, hasil investasi, klaim reasuransi dan total aset meningkat. 
 
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun industri asuransi sempat mengalami polemik dan skandal, namun masyarakat tetap percaya dan melakukan proteksi lewat pembelian premi.
 
Dirinya berharap, kinerja akan semakin baik ke depannya meskipun forecast atau proyeksi kinerja tak lagi dapat dilakukan dengan rentang waktu yang pasti.
 
"Dulu kita bisa forecast 1 tahun, 2 tahun, sekarang mungkin 3 bulan sekali harus dievaluasi. Saking volatilnya," kata Budi.

Saksikan video di bawah ini:

Tumbuh Positif, Masyarakat Masih Percaya Industri Asuransi

20160217-Ilustrasi Asuransi-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menyatakan kinerja asuransi tumbuh positif di tengah kondisi pasar yang sedang dihantui ketidakpastian.

Tercatat, pendapatan premi asuransi kuartal IV 2019 secara keseluruhan naik sebesar 5,8 persen dari Rp 185,88 triliun menjadi Rp 196,69 triliun.

Budi menyatakan, hal ini menunjukkan masyarakat masih sadar akan perlunya asuransi, apalagi di tengah wabah virus COVID-19 yang saat ini tengah menyebar di Indonesia.

"Tadi kan lihat, di-health section itu tinggi angkanya. Kami bukan mendukung adanya Corona tapi segmen jangka panjang seperti proteksi, saya pikir keluarga butuh sekali," kata Budi di Jakarta, Rabu (11/03/2020).

Budi menambahkan, untuk ke depannya, pihaknya berharap kinerja industri asuransi akan semakin baik. Meski demikian, diakui dinamika dan tantangan di awal tahun 2020 memang berbeda dari biasanya.

"Memang awal tahun ini challenging. Seperti yang pak Edy sampaikan, awalnya kita bisa forecast tahunan, sekarang mungkin harus dievaluasi 3 bulan sekali. Karena ketidakpastian itu," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya