Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona atau Covid-19 tak hanya menghantam para pelaku industri besar, melainkan juga para pelaku usaha warung Tegal (Warteg).
Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan setidaknya sebanyak 40 ribu pedagang warteg di Jabodetabek saat ini tengah berjuang melawan dampak corona.
Baca Juga
"Dulunya ketika krisis moneter 1998 masih gagah menghadapinya. Tapi untuk kali ini ada tiga hal yang dihadapi pelaku usaha warteg akibat wabah pandemi Covid-19," ujar Mukroni dalam keterangannya, Selasa (31/3/2020).
Advertisement
Pertama, daya beli turun, hal ini disebabkan banyak para pekerja harian yang tidak bekerja karena banyak perusahaan yang libur. Efeknya pendapatan supir angutan, driver ojol juga mengalami penurunan karena sepinya penumpang
Kedua, efek dari daya beli masyarakat turun berimbas ke omzet warung Tegal juga turun. Hal ini lantaran mewabahnya pandemi ini masyarakat takut ke luar rumah atau ke warung-warung makan.
Ketiga harga barang-barang kebutuhan seperti sembako naik. Ini karena banyak perusahaan yang mengurangi produktifitas dan terbatasnya transportasi.
Ditambah, ada sebagian masyarakat yang panik memborong bahan-bahan pokok dengan jumlah yang besar, seperti gula yang tadinya harganya per kilo Rp 12,500 naik ke Rp 18.000. Hal ini membuat biaya produksi warteg semakin mahal.
Harapan Pedagang Warteg
Apa harapan pedagang warteg terhadap pemerintah jika melakukan karantina wilayah, yaitu:
1. Pemerintah diharapkan memberi insentif relaksasi kredit yang diberikan berupa pembayaran bunga atau angsuran diberikan kelonggaran selama 1 tahun.
2. Pemeberian subsidi biaya beban listrik.
3. Penurunan harga gas LPG untuk ukuran 3 Kg.
4. Penurunan harga BBM.
5. Pemerintah perlu melakukan operasi pasar guna mengendalikan harga-harga kebutuhan sembak.
Â
Advertisement