Cerita Pedagang Warteg: Berjaya Hadapi Krisis 1998, tapi Keok Lawan Virus Corona

Sejumlah pedagang warteg mengeluhkan omzet mereka turun hingga 50 persen akibat virus corona

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Mar 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 09:30 WIB
Warteg
Deretan makanan di salah satu warteg yang berada di kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona atau Covid-19 tak hanya menghantam para pelaku industri besar, melainkan juga para pelaku usaha warung Tegal (Warteg).

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan setidaknya sebanyak 40 ribu pedagang warteg di Jabodetabek saat ini tengah berjuang melawan dampak corona.

"Dulunya ketika krisis moneter 1998 masih gagah menghadapinya. Tapi untuk kali ini ada tiga hal yang dihadapi pelaku usaha warteg akibat wabah pandemi Covid-19," ujar Mukroni dalam keterangannya, Selasa (31/3/2020).

Pertama, daya beli turun, hal ini disebabkan banyak para pekerja harian yang tidak bekerja karena banyak perusahaan yang libur. Efeknya pendapatan supir angutan, driver ojol juga mengalami penurunan karena sepinya penumpang

Kedua, efek dari daya beli masyarakat turun berimbas ke omzet warung Tegal juga turun. Hal ini lantaran mewabahnya pandemi ini masyarakat takut ke luar rumah atau ke warung-warung makan.

Ketiga harga barang-barang kebutuhan seperti sembako naik. Ini karena banyak perusahaan yang mengurangi produktifitas dan terbatasnya transportasi.

Ditambah, ada sebagian masyarakat yang panik memborong bahan-bahan pokok dengan jumlah yang besar, seperti gula yang tadinya harganya per kilo Rp 12,500 naik ke Rp 18.000. Hal ini membuat biaya produksi warteg semakin mahal.

Harapan Pedagang Warteg

20170131-Sidang Ahok-Jakarta-Warteg
Penutupan jalan saat Sidang Ahok membuat pedagang warteg di Jalan RM Harsono kehilangan pelanggannya. (Liputan6.com/Muslim AR)

Apa harapan pedagang warteg terhadap pemerintah jika melakukan karantina wilayah, yaitu:

1. Pemerintah diharapkan memberi insentif relaksasi kredit yang diberikan berupa pembayaran bunga atau angsuran diberikan kelonggaran selama 1 tahun.

2. Pemeberian subsidi biaya beban listrik.

3. Penurunan harga gas LPG untuk ukuran 3 Kg.

4. Penurunan harga BBM.

5. Pemerintah perlu melakukan operasi pasar guna mengendalikan harga-harga kebutuhan sembak.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya