Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga pangan pada periode lebaran menjadi hal yang umum terjadi. Pasalnya, pada momentum perayaan, baik lebaran ataupun hari besar lainnya, permintaan pasae mengalami peningkatan, sehingga pasar melakukan penyesuaian.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ngadiran, mengatakan bahwa lonjakan harga tertinggi pada Lebaran kali ini terjadi pada gula putih yang mencapai Rp 19 ribu. Sementara bahan pangan lainnya hanya mengalami sedikit kenaikan.
"Kalau harga pangan yang kenaikan tinggi itu gula putih, gula putih itu yang naiknya tinggi, nggak wajar," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa (26/5/2020).
Advertisement
Baca Juga
"Kalau yang lain-lain, ya daging naik ya, naik wajar. Artinya kalau daging naik itu kan memang kebutuhan meningkat dan ketersediaannya kan memang belum tercukupi, kalau daging masih wajar kenaikannya," sambungnya.
Sementara untuk kenaikan harga sayur mayur, Ngadiran menyebutkan masih bisa ditoleransi. Adapun bawang harganya relatif murah dikarenakan adanya impor. Kemudian untuk beras, harganya relatif stabil.
"Bawang kan karena impor masuk jadi harganya murah. Kalau yang beras itu stabil. Yang luar biasa hanya satu, hanya gula putih. yang lain-lain saya pikir bisa ditoleransi lah, nggak terlalu tinggi, masih standar," kata dia.
Terkait dengan melonjaknya harga gula putih, Ngadiran menyayangkan distribusi gula putih dengan harga eceran tertinggi (het) Rp 12.500 yang hanya dapat dibeli di Toko Tani dan Rumah Pangan Kita, dimana keduanya merupakan toko binaan milik pemerintah.
"Pemerintah pasang het Rp 12.500, tapi mana (barang/gula) yang yang mau dijual Rp 12.500 itu mana. Pemerintah jangan seeneknya saja bikin het Rp 12.500 tapi barangnya kita nggak boleh jual, yang jual dia (pemerintah) sendiri," keluhnya.
Sebab Lonjakan Harga
Ngadiran mengaku bahwa para pedagang tidak kebagian untuk dapat membeli gula putih sesuai HET dari pemerintah. Sehingga yang terjadi adalah lonjakan harga yang tidak wajar.
"Kita mau beli aja yang harga Rp 12.500 itu nggak dapat. Coba kita dikasih, jual aja ke kita Rp 12.500, biar kita yang jual Rp 13.000 atau Rp 13.500, gitu dong harusnya," seru Ngadiran.
Bahkan, lanjut Ngadiran, para pedagang mengaku tak keberatan membeli gula putih dengan harga Rp 12.500 - Rp 13 ribu dari pemerintah, namun tetap tidak ada gula putih yang bisa dibeli.
"Masa' jualnya di toko tani dan di rumah pangan kita, yang tokonya pemerintah. Kita nggak boleh jual. Kita mau beli Rp 12.500, (atau) biarin deh kita yang beli Rp 13 ribu, nggak dapat itu," pungkasnya
Advertisement