Corona Bikin Penumpang Pesawat Turun hingga 80 Persen di Seluruh Dunia

Maskapai penerbangan bisa beroperasi kembali dengan aman dan memperoleh pendapatan kembali.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Jun 2020, 11:45 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2020, 11:45 WIB
Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar pesawat terbang putra alm. B.J Habibie, Ilham Akbar Habibie mengatakan supaya maskapai penerbangan bisa beroperasi kembali dengan aman dan memperoleh pendapatan kembali, dengan menerapkan protokol kesehatan saja tidak cukup, melainkan harus mengembangkan inovasi baru.

“Bagaimana kita melihat masa depan di era pasca covid-19, maskapai penerbangan kita ini berminggu-minggu bermulan-bulan tidak ada pendapatan tentunya sulit. Ini yang kita alami kelihatan di sini tolak ukur beberapa bulan dengan adanya covid-19 kurva pendapatan yang menukik ke bawah sekali, dalam 3 bulan kapasitas 100 persen maskapai terjun bebas ke 20 persen, jadi 80 persen kapasitas airlines yang ada tidak digunakan,” kata Ilham dalam satu diskusi online Membangun Kedirgantaraan di tengah pandemi covid-19, Rabu (3/6/2020).

Menurut Putra pertama almarhum BJ Habibie ini, menjelaskan jika dibandingkan dengan keadaan sulit terdahulu, misalnya adanya virus sejenis covid-19 seperti SAR pada 10 tahun yang lalu, tidak memberikan dampak yang signifikan pada penurunan load factor pesawat terbang. Hanya wabah covid-19 saja yang menyebabkan penurunan sampai 80 persen dari semua kapasitas maskapai sedunia.

“Nah ini tentunya adalah bencana yang luar biasa dan sudah beberapa maskapai udara yang sehat dia sudah menyatakan bangkrut, yang terkemuka di Asia Tenggara mungkin maskapai udara dari Mueang thai airlines  sudah dinyatakan bangkrut,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengatakan jika maskapai penerbangan ingin terus beroperasi dan mencari eksimbangan antara pendapatan dengan keadaan covid-19 ini, maka diperlukan inovasi. Menerapkan physical distancing saja tidak cukup menekan penyebaran covid-19, dan tentunya akan sulit menerapkan hal itu.

“Kalau kita lihat maskapai airlines tetap ingin mencetak laba dengan adanya peraturan macam-macam PSBB di semua negara karena berbeda-beda, karena dibuat analisa oleh  IATA (Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional), diperkirakan kalau load factor itu faktor kepenuhan pesawat terbang kalau semua tempat duduk itu semua digunakan maka load factor adalah 100 persen kalau setengah 50 persen,” jelasnya.

 

Terapkan Teknologi Baru

Ilham Akbar Habibie pada acara Indonesia Education Forum di Jakarta, Jumat (18/10/2019)
Ilham Akbar Habibie pada acara Indonesia Education Forum di Jakarta, Jumat (18/10/2019). Liputan6.com/Keenan Pasha

Sementara jika menerapkan sebuah inovasi dengan memanfaatkan teknologi baru yang disesuaikan dengan bisnis, maka maskapai penerbangan akan memperoleh laba penghasilan.

Misalnya ia menyebut ada suatu perusahaan di Italia yang sudah menggagas inovasi membuat pelindung tempat duduk di dalam pesawat, yang bentuknya seperti kapsul, yang di atasnya dikelilingi oleh lapisan bening yang berfungsi untuk memproteksi antar penumpang saat duduk bersampingan.

 “Jadi perlu adanya inovasi, jadi kita bisa menerbangkan pesawat terbang dengan cara yang sudah kita kenal, jadi ekonomi class dipenuhkan semaksimal mungkin, kemudian kita tetap memperhatikan PSBB baik di Indonesia dan negara lain, itu suatu hal yang sulit sekali kita menemukan, kecuali kita berinovasi, kan manusia itu mahluk kreatif,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya