Butuh 340 Juta Vaksin Corona, Indonesia Libatkan Perusahaan China dan Korsel

Penelitian vaksin tak hanya dilakukan sendiri oleh Bio Farma, namun turut melibatkan perusahaan farmasi asal China.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2020, 17:10 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2020, 17:10 WIB
vaksin corona
vaksin corona

Liputan6.com, Jakarta - Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberi pernyataan mengejutkan soal perkembangan vaksin Covid-19 asal Indonesia. Menurut dia penelitian vaksin tak hanya dilakukan sendiri oleh Bio Farma, namun turut melibatkan perusahaan farmasi asal China.

Bahkan, langkah strategis ini telah dibahas secara teknis di tingkat kementerian terkait melalui rapat virtual pada hari ini. Mencakup Kementerian Keuangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi juga LIPI.

"Di mana untuk imunitas booster ini akan masuk ke tahapan uji klinis. Bahkan, tadi disampaikan untuk peralatan-peralatan seperti ventilator dan alat tes kita sudah bisa bikin sendiri," tegas Airlangga dalam webinar bersama Asosiasi Emiten Indonesia, Rabu (11/6).

Kemudian kata Airlangga, pengembangan vaksin Covid-19 juga sedang dilakukan oleh perusahaan swasta yang cukup ternama di Indonesia. Pun dalam pelaksanaanya, Airlangga menyebut perusahaan swasta ini akan menggandeng perusahaan farmasi asal Korea Selatan.

Airlangga sendiri menargetkan produksi vaksin dalam negeri mencapai 340 juta unit sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasional. Namun, ia menyadari untuk mempercepat proses pengembangan vaksin Covid-19 diperlukan regulasi oleh pemerintah.

"Mudah-mudahan dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan terkait super tax deduction yang besarnya mencapai 300 persen, ini bisa menjembatani untuk percepatan secara nasional. Jadi, vaksin itu menjadi penting," tegas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Menristek Prediksi Harga Vaksin Corona Covid-19 Bakal di Luar Harga Normal

Bambang P. S. Brodjonegoro
Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro menyampaikan, kementeriannya tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji, dan minyak kelapa murni untuk COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (3/5/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro memperkirakan harga vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan dari berbagai negara akan melonjak mengingat permintaan tinggi dengan suplai vaksin yang belum mencukupi.

Kondisi tersebut menurut Bambang, menjadi tantangan bagi Indonesia yang perlu mengimunisasi paling tidak 130 juta penduduk (setengah populasi) hingga 170 juta penduduk (dua per tiga populasi).

"Saya yakin meskipun nanti ada beberapa perusahaan yang menemukan vaksin, meskipun mereka mengklaim bisa memproduksi satu miliar ampul setahun. Kalau Bio Farma itu ratusan juta kapasitas produksinya setahun. Kita tidak ada jaminan Indonesia akan langsung bisa mendapatkan atau kalaupun kita bisa membeli langsung, ada kemungkinan harganya tidak bisa harga yang normal," ungkap Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro saat live streaming bersama Rakyat Merdeka dengan topik Vaksin Made in Indonesia melalui aplikasi telekonferensi pada Selasa (9/4/2020).

"Dalam kondisi pandemik dimana hukum demand dan supply yang normal tidak bisa karena sisi demand luar biasa besar, sisi supply sangat terbatas. Kita bisa bayangkan kalau kita hanya membeli maka harganya itu bisa melonjak apalagi kalau terlambat dalam membeli," sambungnya.

Menristek/Kepala BRIN menjelaskan saat ini tim pengembangan vaksin nasional sedang dibentuk yang beranggotakan seluruh kementerian yang terkait secara langsung dalam pengembangan vaksin.

"Saat ini kita sedang membentuk tim pengembangan vaksin nasional yang anggotanya tidak hanya Kemenristek/BRIN tapi juga mengikutsertakan Kementerian BUMN; Kementerian Kesehatan karena nantinya yang imunisasi adalah Kemenkes; Kementerian Luar Negeri karena kita perlu juga diplomasi vaksin; Kementerian Perindustrian karena industri nanti yang akan menghasilkan vaksin itu; dan beberapa kementerian lainnya," kata dia. 

Bambang menyebut, tujuannya adalah ingin mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat agar tidak tertinggal dibanding negara lain. Kemudian juga mengembangkan vaksin dari Indonesia sendiri yang diharapkan akan efektif terutama untuk virus Corona yang berkembang di Indonesia.

Pengembangan vaksin untuk strain virus Covid-19 dalam negeri juga diperlukan karena berdasarkan whole genome sequencing atau pengurutan menyeluruh dari gen virus yang ada di Indonesia, strain virus Covid-19 yang menyebar masuk dalam tiga belas strain virus.

 

Bank Data

Bambang Brodjonegoro
Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia mengatakan, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini sudah mengumpulkan tujuh whole genome sequencing dari Covid-19 di Jabodetabek dan Universitas Airlangga (Unair) sudah mengumpulkan enam whole genome sequencing dari episentrum atau pusat wabah Covid-19 di Surabaya dan sekitarnya. 

Dari total tiga belas whole genome sequencing ini, kata Bambang baru dua strain yang diidentifikasi sebagai strain Covid-19 yang beredar di Eropa. Sebelas strain sisanya masih dilabeli others atau masih belum masuk kategori yang dikenali oleh GISAID, yaitu bank data influenza dan coronavirus dunia.

"Indonesia baru menyampaikan kira-kira tiga belas whole genome sequencing. Itu karakter dari virus. Dari tiga belas yang sudah disubmit, tujuh oleh Eijkman dan enam dari Unair. Itu berarti tujuh dari Jabodetabek. Enam dari Surabaya yang sekarang menjadi salah satu episentrum dari jenis virus tersebut. Kita semuanya submit kepada GISAID," ucapnya.

Dijelaskan Bambang, GISAID ini semacam bank data influenza di dunia. Analisis mereka adalah mereka sekarang sudah punya enam kategori untuk virus Covid-19 di seluruh dunia.

Kemudian yang tidak masuk enam sementara diklasifikasikan sebagai others. Dari tiga belas yang dimasukkan dari Indonesia, lanjut Bambang tujuh dari Eijkman dan enam dari Airlangga, sebelas kategorinya masih others. 

"Artinya masih di luar enam kategori yang didefinisikan oleh GISAID. Sebelas masih others, dua kategorinya strain Eropa. Dua Eropa ini datang dari Surabaya. Ada sedikit perbedaan antara virus yang berkembang yang di Surabaya dan yang di Jabodetabek. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap vaksin yang akan dibuat," ungkap Menteri Bambang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya