Pendiri Unicorn Canva Jadi Miliarder Termuda Australia Berharta Rp 35 Triliun

Melanier Perkins, merupakan CEO dan salah satu pendiri Canva, perusahaan yang bergerak pada desain grafis online.

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Jun 2020, 22:28 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 21:00 WIB
Dok Canvas.
Pendiri Canva, Cameron Adams, Cliff Obrecht dan CEO Melanie Perkin. Dok Canva.

Liputan6.com, Jakarta Kesuksesan tak memandang umur. Terbukti pada miliarder kelahiran Perth, Australia bernama Melanie Perkins. Kesuksesan membawanya menjadi miliarder termuda di negaranya.

Melansir laman Forbes dan ibntimes, Kamis (25/6/2020), Perkins, merupakan CEO dan salah satu pendiri Canva, Unicorn perangkat lunak desain grafis online. Lewat software Canva, memungkinkan orang merancang grafis web, poster, kartu nama, dan undangan dengan mudah.

Semua berawal pada 2014, Perkins, ikut mendirikan Canva, yang berbasis di Sydney, dengan tunangannya Cliff Obrecht, usai keluar dari universitas.

Bisnis Canva terus menggeliat bahkan bisa berekspansi hingga Manila dan Beijing setelah lima tahun. Perkins mampu mengumpulkan kekayaan pribadi hingga USD 1,3 miliar (Rp 18,4 triliun) pada Oktober 2019. 

Bisnisnya kian tak terbendung di tengah pandemi. Apalagi ketika banyak orang mulai bekerja dari rumah dan menggunakan perangkat lunak selama lockdown berlaku.

Canva kini bernilai USD 8,77 miliar setelah mendapatkan pendanaan investor baru hingga USD 87 juta. Investor tersebut meliputi perusahaan Australia Blackbird Ventures dan perusahaan modal ventura Sequoia Capital di China.

Laju bisnis tentu berimbas pada kekayaan Perkins. Harta perempuan ini bertambah menjadi USD 2,5 miliar (Rp 35,5 triliun) hanya dalam beberapa bulan saja.

Di usia muda, wanita blasteran Filipina dan Australia ini menjadi wanita terkaya ketiga di negaranya. Daftar teratas adalah raja pertambangan Gina Rinehart, ketua perusahaanHancock Prospect, yang bernilai USD 16,25 miliar.

Posisi kedua dipegang Vicky Teoh, pendiri perusahaan telekomunikasi kelahiran Malaysia TPG Telcom yang kini bernilai USD 2,6 miliar.

 

Saksikan video di bawah ini:

Ide dari Sofa

Software Canva. Dok Canva
Software Canva. Dok Canva

Mengenai bagaimana dia memulai bisnis desain grafis cukup menarik. Perkins mengaku mendapatkan ide saat duduk di sofa sang ibu, ketika mempelajari tentang media digital pada tahun 2005.

"Pacarku menjadi co-founder dan kami mulai di ruang tamu ibuku," kata dia.

Perkins pun segera jatuh cinta dengan desain grafis. Terus mengasah kemampuan dia kemudian sering diundang untuk mengajar lokakarya desain grafis kepada siswa di fakultas lain.

Dari sini, dia menemukan bahwa banyak orang kesulitan untuk menggunakan perangkat lunak desain grafis.

Kemudian pada 2007, Perkins bersama sang tunangan Cliff Obrecht memulai bisnis desain buku tahunan di kota asalnya, Perth.

Salah satu pendiri ketiga, Cameron Adams,bergabung dengan pasangan ini pada tahun 2012 ketika mereka mengalihkan fokus bisnis pada penggunaan perangkat lunak untuk membuat alat desain grafis dan digital.

Alat ini dirancang dapat diakses non-desainer dan pemilik bisnis, dengan menyediakan template untuk menghasilkan produk fisik seperti menu dan selebaran.

"Saya hanya memiliki keyakinan bahwa di masa depan melakukan pekerjaan desain tidak akan rumit lagi," katanya.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya