Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik Jawa Timur tidak sesuai target, perusahaan menjadi pandemi virus corona baru (Covid-19) sebagai salah satu alasan tidak tercapainya target.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Ridwan Djamaluddin mengatakan, per Juli 2020 realisasi kemajuan pembangunan smelter PTFI memcapai 5,86 persen, pencapaian tersebut di bawah rencana pembangunan 10,5 persen.
Baca Juga
Dia menyebut, tidak tercapainya realisasi kemajuan pembangunan disebabkan oleh sejumlah kendala yang dihadapi PTFI."Lahan sudah diselesaikan. Tapi nanti ada beberapa kendala lain yang disampaikan PTFI," kata Ridwan, dalam Rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8/2020)
Advertisement
Wakil Presiden Direktur PTFI Jenpino Ngabdi mengungkapkan, pekerjaan proyek pembangunan smelter Gresik yang sudah dilaksanakan adalah studi kelayakam atau Feasibility Study, pengerjaan awal, desain rinci atau Front End Engineering Design, dan pematangan lahan. Investasi yang telah dikeluarkan hingga tahapan tersebut mencapai USD 290 juta
"Hasilnya sampai di Juli ini secara fisik 5,8 persen dari rencana 10,5 persen," tutur Jenpino.
Menurut Jenpino, pembangunan smelter Gresik mengalami kendala, akibat pandemi Covid-19 membuat Kegiatan pengadaan barang mengalami keterlambatan karena diterapkannya Pembatasan Sosial.
"Vendor dan EPC kontraktor belum dapat finalisasi krna mereka alami kendala akibat pembatasan di negera mereka sehingga menyulitkan mereka bekerja efektif. Akibatnya EPC kontraktor belum finalisasi biaya dan waktunya," tuturnya.
Akibat kendala ini, Jenpino pun meminta penambahan waktu target penyelesaian pembangunan smelter Gresik selam satu tahun, sehingga yang seharusnya selesai pada 2023 menjadi molor hingga 2024.
"Sehingga perlu penyesuaian. Kita mohon waktu penyelesaiannya ini hingga 2024," tandasnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Operasikan Tambang Bawah Tanah, Freeport Berinvestasi USD 1,3 Miliar
Pada tahun 2020 ini, PT Freeport Indonesia (PTFI) mengeluarkan investasi USD 1,3 miliar untuk operasional pertambangan bawah tanah.
Ini diungkapkan Presiden Direktur Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas. “Hal itu karena memang cadangan open pit kita sudah habis, jadi memang beralih kepada pertambangan bawah tanah,” kata Tony seperti mengutip Antara di Jakarta, Senin (17/8/2020).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kondisi produksi PTFI saat ini hanya 60 persen dari kapasitas produksi pada 2022 nanti. Selain itu, untuk capaian penjualan bijih konsentrat sebesar 800 juta pound tembaga dan 8.000 ounce emas.
Hal itu dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi Freeport pada tahun 2021, sehingga beralih pada cadangan pertambangan bawah tanah.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengungkapkan produksi emas Indonesia tahun ini mengalami penyusutan di mana hingga Mei 2020 baru 9,98 ton, jauh di bawah pencapaian 2019 sebesar 109,02 ton.
Penurunan produksi emas itu sebagai imbas dari terpengaruhnya kegiatan produksi PT Freeport Indonesia di Papua, terkait masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah.
"Dengan total produksi mencapai 80 ton per tahun, selama ini Freeport menjadi penyumbang terbesar produksi emas Indonesia," jelas Irwandy Arif.
Irwandy memperkirakan masa transisi kegiatan penambangan Freeport bisa mencapai dua tahun. Namun jika perusahaan itu bisa mempercepat proses transisinya maka produksi emas RI juga akan kembali normal yaitu berkisar pada angka 120 ton per tahun.
Irwandy juga menegaskan bahwa jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, kalau pun Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun ini, ia memprediksi produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.
Advertisement