Bos Freeport Bantah Tuduhan Sengaja Bakar Smelter Gresik

Kebakaran smelter Freeport Gresik yang terjadi pada Oktober 2024 itu berdampak pada terhentinya sementara operasional Freeport di Gresik. Akibatnya, perusahaan belum bisa memproduksi seperti yang direncanakan dan mengajukan perpanjangan izin ekspor kepada pemerintah.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 19 Feb 2025, 21:10 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 21:10 WIB
Smelter Freeport Kebakaran
Pabrik asam sulfat Smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur (Jatim) mengalami kebakaran pada Senin, pukul 17.45 WIB.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas membantah tudingan adanya unsur kesengajaan dalam insiden kebakaran smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Tony menegaskan, kebakaran tersebut terjadi akibat faktor teknis.

“Tidak ada di perusahaan kami atau di masyarakat Gresik, atau siapa pun yang berkepentingan, yang menginginkan smelter itu terbakar. Tidak ada untungnya kalau itu terbakar,” ujar Tony dikutip dari Antara, Rabu (19/2/2025).

Kebakaran tersebut disebabkan oleh aliran oksigen yang berlebihan, yang kemudian mengalir ke panel listrik yang mengalami kebocoran.

“Kondisi itu menimbulkan panas, lalu menyumbat dan akhirnya terbakar hingga terjadi ledakan,” jelasnya.

Menurut Tony, penyebab kebakaran tersebut telah melalui audit internal dan pemeriksaan oleh adjuster asuransi. Hasil investigasi juga sejalan dengan temuan Bareskrim Polri yang memastikan insiden ini bukan akibat kelalaian atau kesengajaan.

Kebakaran yang terjadi pada Oktober 2024 itu berdampak pada terhentinya sementara operasional Freeport di Gresik. Akibatnya, perusahaan belum bisa memproduksi seperti yang direncanakan dan mengajukan perpanjangan izin ekspor kepada pemerintah.

Tony juga membantah tuduhan bahwa kebakaran tersebut disengaja agar Freeport bisa mendapatkan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga.

“Kami ingin memperpanjang izin ekspor karena smelter belum bisa beroperasi maksimal. Konsentrat tembaga menumpuk di gudang dan belum bisa diolah di dalam negeri karena keterbatasan fasilitas,” katanya.

Tony menegaskan, pasar dalam negeri untuk konsentrat tembaga masih terbatas. Namun, jika memungkinkan, Freeport lebih memilih menjualnya di dalam negeri karena harganya setara dengan ekspor.

“Jadi, tidak benar ada motif membakar smelter agar bisa ekspor. Justru kalau ada smelter dalam negeri yang beroperasi, kami lebih memilih mengolahnya di dalam negeri karena lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik bagi bangsa ini,” tegas Tony.

Hasil Investigasi: Kebakaran Smelter Freeport Gresik Bukan Kelalaian Pekerja

Bakal Diresmikan Presiden Jokowi, Seperti Ini Penampakan Smelter Freeport Indonesia di Gresik
Dengan kapasitas pengolahan ini, PTFI telah mampu mengolah dan memurnikan sebesar 40% dari keseluruhan konsentrat tembaga yang diproduksi di Papua. (Sumber foto: Corporate Communication PT Freeport Indonesia)... Selengkapnya

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas memastikan bahwa kebakaran smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, pada 14 Oktober 2024 bukan karena kelalaian atau kesalahan dari pekerja. Penyataan berdasarkan hasil investigasi Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

“Bareskrim (Polri) menyatakan bahwa kejadian kebakaran tersebut adalah bukan karena kelalaian atau kealpaan atau kesalahan dari pekerja,” ujar Tony dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu (19/2/2025).

Sayangnya, Tony tidak menjelaskan lebih lanjut ihwal penyebab dari kebakaran smelter tersebut. Kebakaran terjadi di area pabrik pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia, Gresik pada 14 Oktober 2024 pukul 17.45 WIB.

Api pertama kali terdeteksi oleh teknisi listrik PT Chiyoda International Indonesia di WESP Stage 1C. Setelahnya, api membesar disertai ledakan, sehingga dilakukan pemadaman oleh Emergency Response Team (ERT).

Pemadaman dilakukan dengan bantuan pihak eksternal hingga api padam total pada pukul 22.16 WIB.

“Api berhasil kami padamkan dalam waktu kira-kira 4 jam,” ujar Tony.

Akibatnya, seluruh komponen material WESP mengalami kerusakan berat dan tidak dapat dioperasikan.

Atas kejadian tersebut, sesuai kriteria yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik, kebakaran itu dikategorikan sebagai "Kejadian Berbahaya".

Upaya Perbaikan

Bakal Diresmikan Presiden Jokowi, Seperti Ini Penampakan Smelter Freeport Indonesia di Gresik
PT Smelting merupakan fasilitas smelter tembaga pertama di Indonesia. (Sumber foto: Corporate Communication PT Freeport Indonesia)... Selengkapnya

Berbagai upaya untuk memperbaiki smelter pun dilakukan oleh PTFI, meliputi demolition, pembelian peralatan untuk perbaikan, hingga persiapan konstruksi atau instalasi alat-alat.

“Sekarang tengah berlangsung di saat yang bersamaan, beberapa peralatan sudah ada yang selesai dipasang dan pertengahan Maret itu akan kita mulai testing, commissioning dari beberapa peralatan,” kata dia.

Lebih lanjut pada pekan lalu, Tony menyampaikan 3 Boeing 747 kargo yang memuat peralatan tiba di Surabaya.

“Peralatannya sekitar 30 ton lebih dan juga ada pesawat Antonov yang kami sewa juga untuk sudah tiba di Surabaya membawa peralatan,” kata Tony.

Tony menegaskan bahwa hal tersebut menunjukkan Freeport serius ingin memperbaiki smelter dengan segera.

“Agar cepat selesai. Kalau kita angkut naik kapal laut akan lama sekali, sehingga kita bawa peralatannya dengan menggunakan pesawat terbang,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya