Terhempas Covid-19, Taman Hiburan Disney akan PHK 28.000 Karyawan

Disneyland California menjadi salah satu taman hiburan yang terkena dampak Virus Corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2020, 21:40 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 21:39 WIB
Walt Disney World
Kastil Cinderella di Walt Disney World, Lake Buena Vista, Florida, Amerika Serikat. (ROBERT SULLIVAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona yang sudah melanda kurang lebih 9 bulan sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dunia. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah taman hiburan Disney.

Tak kuat menghadapi penutupan berkepanjangan dan terbatasnya kehadiran pengunjung, taman hiburan Disney yang berbasis di California berencana memberhentikan atau PHK 28.000 karyawan. Mereka berasal dari berbagai bidang seperti divisi taman, hiburan dan produk konsumen.

Mengutip dari CNBC, Rabu (30/9/2020) Kepala Taman Hiburan Disney, Josh D’Aamaro diketahui mengirimkan memo kepada karyawan. Isinya menjabarkan beberapa “keputusan sulit” yang harus diambil perusahaan akibat pandemi Virus Corona.  Termasuk mengakhiri cuti ribuan karyawan. Di mana sekitar 67 persen dari 28.000 pekerja yang terkena PHK adalah karyawan paruh waktu.

“Seperti yang bisa Anda bayangkan keputusan sebesar ini tidaklah mudah. Selama beberapa bulan terakhir, tim manajemen bekerja tanpa lelah untuk menghindari keharusan memisahkan siapapun dari perusahaan. Kami telah memotong pengeluaran, menangguhkan modal proyek, mencabut anggota pemeran sambil tetap membayar tunjangan dan memodifikasi operasi agar berjalan seefisien mungkin. Namun kami tidak dapat bertanggung jawan untuk tetap memiliki staf saat beroperasi pada kapasitan terbatas seperti ini,” demikian isi sebagian memo yang ditulis D’Amaro kepada karyawan.

Disney sendiri telah mengeluarkan banyak uang sejak wabah Virus Corona dimulai. Pada kuartal kedua perusahaan melaporkan kerugian USD 1 miliar.

Pada kuartal ketiga perusahaan melaporkan kerugian yang lebih curam mencapai USD3,5 miliar. D’Amaro dan timnya telah bekerja untuk membujuk legislator negara bagian California agar membolehkan pembukaan kembali, namun Disney tetap tidak mungkin untuk dibuka kembali.

 Reporter: Tasya Stevany

Saksikan video di bawah ini:

Ekonom: Gelombang PHK Terus Berlanjut Meski Pandemi Covid-19 Usai

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi lajur penyebrangan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli hingga PHK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ekonom INDEF Aviliani, menilai gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak hanya terjadi selama pandemi covid-19, melainkan ke depannya PHK akan tetap terjadi dampak dari perubahan perilaku masyarakat pasca covid-19.

“Nah kalau kita lihat sekarang PHK sudah ada tapi memang belum terlalu signifikan atau besar-besaran tetapi kecil-kecilan, namun ke depan menurut saya PHK itu bukan hanya terjadi karena pandemi aja tapi karena behavior masyarakat kita yang berubah menjadi permanen,” kata Aviliani dalam The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 8) Banking Industry Perspective, Selasa (29/9/2020).

Menurutnya, pandemi covid-19 ini memaksa kita untuk mempercepat digitalisasi, yang semula perusahaan berencana mengurangi pegawai dalam 5 tahun lagi, namun sekarang dipercepat sehingga PHK tidak bisa dielakkan.

Lantaran Oktober nanti, Aviliani menilai akan banyak perusahaan yang meminta restrukturisasi atau bantuan. Karena daya tahan perusahaan hanya mampu bertahan selama 6-1 tahun saja dalam menghadapi krisis,  mau tidak mau Ketika perusahaan-perusahaan sudah mulai tumbang maka akan banyak terjadinya PHK.

“Kalau perusahaan itu kreatif sebenarnya dia bisa memanfaatkan ini sebagai peluang, saya bilang the power of kepepet punya ide untuk survive, kalau yang kayak gitu perusahaan ini tidak akan PHK justru mereka bisa mengambil keuntungan di tengah pandemi,” ujarnya.

Namun sebaliknya, bagi perusahaan yang tidak bisa kreatif dan tidak bisa melakukan apapun, atau mungkin perusahaan hanya bisa melakukan cost efficiency maka akan banyak yang kena PHK.

“Nah ini harus diantisipasi oleh masyarakat maupun pemerintah karena ini akan terjadi (PHK) mau tidak mau,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya