Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berupaya agar tenaga kerja atau pencari kerja, tertarik masuk ke sektor pertanian. Salah satu upayanya dengan memanfaatkan teknologi inovasi alat mengolah lahan pertanian.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani untuk menggunakan alat dan mesin pertanian (Alsintan) modern. Hal itu dilakukan sejak 5 tahun terakhir. Petani mulai menggunakan alsintan seperti Kultivator, atau alat pengaduk dan penghancur gumpalan tanah.
Alat tersebut dilakukan sebelum penanaman (untuk mengaerasi tanah), maupun setelah benih atau bibit tertanam (untuk membunuh gulma).
Advertisement
“Strateginya dengan Alsintan. Agar generasi penerus mau bertani, khususnya dalam mengolah pertanian dapat terus bertahan dan tidak ditinggalkan. Jadi, kadang generasi muda ini tidak mau capek. Alat dan mesin pertanian, kultivator hanya berapa jam untuk satu hektare sudah bisa dilakukan. Tidak harus mencangkul berhari-hari. Sekarang sudah kita kenalkan,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Jumat (30/10).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, menjelaskan, penyebab turunnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian, karena tenaga kerja cenderung tidak memilih pertanian. Hal itu dilakukan dengan alasan upah murah. Sehingga pertanian cenderung diteruskan dengan turun menurun.
“Biasanya orang tua yang memiliki lahan pertanian dilanjutkan oleh anaknya atau keluarganya sendiri. Buruh tani dalam sehari diberikan honor Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu. Sehingga tenaga kerja lebih memilih sektor lainnya,” tutur Sarwo Edhy.
Penyebab lainnya, karena adanya alih fungsi lahan seperti ada pembangunan perumahan dari lahan yang dimiliki petani.
“Penurunan banyak lahan pertanian yang alih fungsi pembangunan perumahan. Tetapi apabila lahan pertanian yang sudah masuk rencana tata ruang wilayah (RTRW) tidak akan digunakan, kecuali untuk pertanian. Karena sudah berdasarkan RTRW maka tidak akan dibangun,” katanya.
Serap Tenaga Kerja
Keberadaan alsintan, diharapkan dapat memberikan dampak pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Khususnya para petani muda atau petani milenial.
"Sektor pertanian masih berpotensi menyerap tenaga kerja yang besar. Anak-anak muda pun juga tidak malu bertani karena sektor pertanian sudah modern," pungkas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy mengatakan, batuan Alsintan dari Kementan selama ini tidak hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga untuk menarik minat anak muda terjun ke pertanian.
"Tujuan utamanya tentu untuk meningkatkan produksi. Tetapi untuk memastikan ada regenerasi petani, anak muda harus diberikan sesuatu yang menarik minatnya. Yaitu dengan mekanisasi pertanian," kata Sarwo Edhy.
Apalagi, lanjut Sarwo Edhy, mandat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar dunia pertanian mulai diperkenalkan di lingkungan sekolah. Tujuannya, agar para siswa ini mulai mempertimbangkan untuk berkarir di dunia pertanian.
"Kementan segera menggencarkan program PMS (Petani Masuk Sekolahan). Program ini akan memperkenalkan dunia pertanian di lingkungan sekolah, baik dalam mata pelajaran maupun praktik," pungkas Sarwo Edhy.
Advertisement