Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan harga emas ini karena sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa Partai Demokrat tidak akan dapat mengendalikan Senat AS.
Langkah ini tentu saja akan berdampak cukup besar karena terkait stimulus fiskal. Partai Republik selama ini terus menjegal langkah pemberian stimulus yang lebih besar di tengah pandmei Corona sehingga berdampak ke harga emas.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Kamis (5/11/2020), harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD 1.896,02 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD 1.896,20 per ounce.
Advertisement
Harga emas turun lebih dari 1 persen di awal sesi karena dolar AS muncul sebagai safe haven favorit. Hal ini terjadi setelah Presiden Donald Trump keliru mengklaim kemenangan dengan jutaan suara masih belum dihitung dalam pemilihan presiden AS.
"Pelaku pasar sangat berharap bahwa senat tidak akan bergeser ke arah Demokrat. Kita tidak mungkin mendapatkan stimulus yang sama dengan yang diharapkan pasar," kata kepala analis komoditas TD Securities Bart Melek.
Meskipun Joe Biden diperkirakan akan memenangkan Pilpres AS, Demokrat tampaknya gagal dalam upaya mereka untuk mengambil kendali di Senat AS.
Biden diperkirakan akan menyuntikkan stimulus dalam jumlah besar untuk meringankan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19. Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, yang kemungkinan besar bisa terjadi akibat stimulus yang besar. Dengan begitu, harga emas diperkirakan bakal naik.
“Tetapi di luar itu kita masih akan mendapatkan sesuatu. Jangan lupa bahwa Federal Reserve sangat akomodatif. Ada jalur lain untuk stimulus dan tidak semuanya melalui Kongres AS, ”tambah Melek.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perdagangan Sebelumnya
Harga emas naik pada hari Selasa karena dolar tergelincir dan ambiguitas mengenai deklarasi hasil pemilihan presiden AS mendorong investor untuk mencari perlindungan dari logam safe-haven.
Dikutip dari CNBC, Rabu (4/11/2020), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1,907.96 per ounce. Emas berjangka AS ditutup naik 0,9 persen menjadi USD 1.910,40.
“Satu-satunya pendorong di balik harga emas adalah kemungkinan besar akan terjadi kekacauan seputar pemilihan umum AS, dari prediksi tidak memiliki presiden malam ini,” kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.
Terlepas dari keunggulan konsisten dari Partai Demokrat Joe Biden dalam jajak pendapat nasional, kontes ini akan segera berakhir di negara bagian, dan mungkin perlu beberapa hari sebelum hasilnya diketahui karena penundaan penghitungan suara.
"Kami akan menembus di atas level USD 2.000 per ounce dengan potensi tertinggi sepanjang masa dengan pelantikan (presiden) (pada 20 Januari)," kata Sica.
Dia menambahkan bahwa emas akan memiliki momentum yang signifikan hingga pertemuan berikutnya. Presiden diputuskan dan kemudian akan tergantung pada stimulus lebih lanjut.
Harga emas juga mendapat dukungan dari dolar yang jatuh, karena investor bertaruh pada kemenangan oleh Biden, yang berpotensi menyuntikkan stimulus lebih besar ke dalam ekonomi yang dilanda virus.
Pandemi terus mengamuk dengan beberapa negara Eropa berada di bawah penguncian baru.
"Hasil pemilu, saat kami mendapatkannya, kemungkinan akan ramah-emas dengan kemungkinan dolar melemah, stimulus baru, suku bunga di wilayah negatif dan kemungkinan bahwa Fed akan mulai membeli aset jangka panjang," analis StoneX Rhona O'Connell kata dalam sebuah catatan.
Komite Pasar Terbuka Federal akan memulai pertemuan dua hari pada hari Rabu.
Harga emas telah naik ke level tertinggi sepanjang masa di USD 2.072,50 per ons pada bulan Agustus, tetapi sejak itu turun karena berkurangnya kepemilikan oleh Exchange Traded Funds (ETF) emas.
Advertisement