Pengembang Properti Optimis Ekonomi Indonesia Segera Pulih dari Resesi

Sejumlah pengembang properti nasional optimistis perlemahan ekonomi dan resesi akan segera pulih.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Nov 2020, 12:10 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2020, 12:10 WIB
Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sudah dipastikan berada dalam kondisi resesi, setelah pemerintah resmi mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-2020 kembali mengalami kontraksi sebesar 3,2 persen.

Kendati begitu, sejumlah pengembang properti nasional optimistis perlemahan ekonomi akan segera pulih. Berbagai langkah kebijakan stimulus dalam Program Pemulihan Ekonomi (PEN) yang semakin digencarkan oleh pemerintah, menjadi alasan utama adanya kepercayaan diri para pelaku usaha termasuk property devepor saat menghadapi kondisi resesi seperti sekarang ini.

Direktur Eksekutif PT Hong Kong Kingland, Jiko Tandijono mengatakan perlemahan ekonomi akibat Pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia mengalaminya. Ketimbang meratapi kondisi, lebih baik tetap optimis menjalani aktivitas bisnis.

“Pasang surut adalah hal biasa dalam bisnis. Karena itu, kami tetap menjalankan proses pembangunan Apartment Kingland Avenue, seperti sekarang ini kami mulai mengerjakan konstruksi struktur atas tower kedua, The Fritz,” katanya dikutip Senin (9/11/2020).

Pandemi Covid-19, lanjut Jiko, menuntut pengembang properti untuk terus berinovasi agar dapat beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi. Salah satu inovasi yang dilakukan Kingland Avenue adalah menampilkan desain unit apartment sesuai dengan standar kesehatan Covid-19, seperti lokasi kamar mandi bedekatan dengan pintu masuk serta ukuran jendela lebih lebar untuk sirkulasi udara maksimal.

“Desain seperti ini sangat sesuai denga standar kesehatan Covi-19. Sebab, saat penghuni masuk apartemen bisa langsung cuci tangan,” imbuhnya. Jiko mengklaim, sejak awal pandemi hingga sekarang permintaan unit-unit hunian pada Kingland Avenue tidak pernah surut. Buktinya, penjualan The Fritz Tower sudah mencapai 60 persen dari total 700 unit yang ditawarkan.

“Dengan harga mulai dari Rp400 jutaan, konsep desain arsitekur bertema Scandinavian Kontemporer pada The Fritz, sangat cocok dengan kebutuhan konsumen yang didominasi kaum millennial dan Gen Z dimana kedua generasi ini memiliki kecenderungan gaya hidup dinamis dan praktis,” pungkas Jiko Tandijono.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Resesi, Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Singapura

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Pejalan kaki di salah satu JPO Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi 3,49 persen di kuartal III 2020.  Dengan pengumuman tersebut, Indonesia resmi resesi karena pada kuartal II ekonomi Indonesia juga tumbuh negatif 5,32 persen.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra el Talattov mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III minus lagi dan akhirnya dinyatakan resesi, Indonesia lebih baik dibanding negara lain yang sudah duluan resesi.

“Kalau dibandingkan dengan negara lain misalnya dibandingkan dengan Singapura, Indonesia lebih baik dimana Singapura minus 7 persen. Kita lebih baik minus 3,49 persen,” kata Abra kepada Liputan6.com, Minggu (8/11/2020).

Tapi jika dibandingkan dengan negara Vietnam tentu jauh, kata Abra, kuartal III Vietnam tumbuh positif 2,6 persen, dan Tiongkok kuartal III tumbuh positif 4,9 persen.

Vietnam dan Tiongkok berhasil bisa mencapai pertumbuhan positif karena penanganan covid-19 di negara mereka cukup efektif. Sedangkan untuk Indonesia penanganan fundamental covid-19 belum mencapai puncak.

“Penanganan covid-19 belum mencapai puncak, kita gelombang pertama belum melalui, jadi itu yang menjadi persoalan kita,” jelasnya.

Ia pun mengkhawatirkan pola penanganan covid-19 yang belum efektif ini akan berlanjut di kuartal IV. Lantaran hal itu terbukti kasus covid-19 di Indonesia hingga kuartal III masih di kisaran 3.000-4.000 kasus, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat yang semakin menurun.

“Saya khawatir pola ini akan berlanjut di kuartal IV, karena tidak cukup ada suatu faktor yang bisa mendorong masyarakat untuk berbelanja lebih banyak lagi di kuartal IV nanti,” ujarnya.

Apalagi vaksin yang dijanjikan Pemerintah bisa didistribusikan di bulan November ini ternyata meleset dari target awal. Bahkan sampai Desember pun belum tentu terjadi pendistribusiannya, hal itu juga menyebabkan confidence masyarakat untuk perekonomian di kuartal IV masih akan berat dan bisa saja tetap berada jurang resesi.

Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 2 Kuartal Berturut-Turut

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki bersiap menyeberang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut.

Catatan ini sesuai banyak perkiraan bahwa Indonesia akan jatuh ke lubang resesi pada kuartal ketiga. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari ramalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minus 3 persen.

"Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga secara tahunan (year on year/yoy) masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).

Namun demikian, Suhariyanto mengatakan, jika dibanding pencapaian di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh lebih bagus di kuartal III ini.

"Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-III 2020 itu masih mengalami kontraksi sebesar 2,03 persen," jelasnya.

Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus 3,49 persen juga masih lebih baik dibanding triwulan kedua yang terkontraksi 5,32 persen.

"Artinya terjadi perbaikan dan tentunya kita berharap di kuartal IV situasi akan menjadi membaik. Apalagi dengan adanya pelonggaran PSBB," ujar dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya