Tingkatkan Pendapatan Petani Singkong Babel, Kementan Beri Bantuan Saprodi

Minat petani mengembangkan ubi kayu sangat tinggi karena biaya produksi dan pengolahan tanaman cukup murah dan lebih mudah dalam perawatan tanamannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2020, 18:34 WIB
singkong.
Kementan memberikan bantuan pengembangan ubi kayu berupa sarana produksi sebesar 1.400 hektar di Kabupaten Bangka dan Bangka Barat. Dok Kementan

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan pengembangan ubi kayu atau singkong berupa sarana produksi sebesar 1.400 hektar di Kabupaten Bangka dan Bangka Barat. Bantuan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani selama pandemik dan sekaligus program ketahanan pangan.

“Produksi ubi kayu di Babel cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kami, bahkan sebagian diolah di pabrik untuk dijual keluar,” ujar Junaidi Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bangka Belitung.

Junaidi menambahkan bahwa minat petani mengembangkan ubi kayu sangat tinggi karena biaya produksi dan pengolahan tanaman cukup murah dan lebih mudah dalam perawatan tanamannya.

Singkong atau ubi kayu sebagai pangan alternatif dan tepung, juga diolah menjadi bahan baku beras arus yang menjadi makanan khas warga Babel.

Varietas yang biasa ditanam adalah Casesa dengan provitas mencapai antara 25-28 ton/ha, dan memiliki kandungan pati sekitar 25-27 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain.

“Singkong jadi favorit petani karena harga jual yang cukup tinggi sekitar Rp. 850 – Rp 1.300 dan banyak para pengusaha yang menanamkan investasi pembuatan pabrik di sini” tutur Junaidi.

Tercatat di Bangka terdapat 3 pabrik besar dan 2 pabrik besar yang menampung singkong dari petani.

Penjualan hasil panen petani ditampung oleh pabrik setiap harinya dan diatur oleh pihak pabrik, tujuannya agar pabrik tidak menerima jumlah bahan baku yang melebihi kapasitas harian.

Atau sebaliknya kekurangan bahan baku untuk kebutuhan harian pabrik, bagi petani mitra dan koperasi jadwal panen serta jadwal pengiriman bahan baku sudah diatur dan disepakati antara pihak pabrik dengan petani.

Sementara petani mandiri seringkali hasil panennya tidak dapat diterima pabrik karna jadwal panen dan pengiriman yang belum di koordinasikan.

“Ke depan kami akan berkoordinasi dengan pihak pabrik untuk melancarkan penjualan hasil panen, dan membina petani untuk dapat berorganisasi melalui koperasi petani” ucap Junaidi.

Ini dikarenakan banyak petani yang non mitra pabrik agar hasil panen program Kementan ini dapat diserap secara optimal oleh para stakeholder.

 

Tindak Lanjut Arahan Mentan

Singkong.
Kementan memberikan bantuan pengembangan ubi kayu berupa sarana produksi sebesar 1.400 hektar di Kabupaten Bangka dan Bangka Barat. Dok Kementan

Di tempat terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan bantuan ini adalah tindaklanjut dari arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk membantu petani singkon di Provinsi Babel.

Mentan berharap dengan adanya bantuan ini bisa meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan ketahanan pangan kita disaat pandemik Covid-19 seperti sekarang.

“Petani harus naik kelas bersatu membentuk korporasi sehingga petani bisa punya posisi tawar. Korporasi juga bisa menjadi solusi petani untuk mengatasi permasalahan klasik seperti anjloknya harga" ungkapnya.

Selain itu Suwandi mengingatkan perlu juga adanya inovasi-inovasi baru produk, nantinya diharapkan korporasi petani ini bisa membuat produk turunan sehingga bisa mendapat nilai tambah dari komoditi yang diolah.

“Makanan lokal kuncinya ada di hilir market driven, bagaimana men-create pasar supaya pangan lokal jadi lifestyle. Bangun market driven-nya, pasar dibangun, baru produksi mengikuti. Kalau pasar bagus petani akan mengikuti berproduksi,” tandas Suwandi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya