Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS terpilih Joe Biden menunjuk mantan Gubernur The Federal Reserve atau Bank Sentral AS Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan. Ini merupakan sebuah keputusan bersejarah yang dapat membuatnya menjadi wanita pertama yang memimpin Kementerian Keuangan.
Dikutip cari CNBC, Selasa (24/11/2020), Yellen, yang saat ini berusia 74 tahun, dipandang sebagai pilihan yang aman secara politis untuk peran tersebut. Usul ini kemungkinan akan mendapatkan dukungan dari Senat Partai Republik karena Yellen mampu melakukan kompromi bipartisan selama waktu yang rapuh bagi perekonomian.
Mengutip BBC, Janet Yellen sebelumnya menjabat sebagai kepala bank sentral Amerika dan sebagai penasihat ekonomi top untuk mantan Presiden Bill Clinton. Dia mampu membantu mengarahkan pemulihan ekonomi setelah krisis keuangan 2007 dan resesi berikutnya.
Advertisement
Sebagai ketua Federal Reserve AS, Yellen dikenal karena lebih memusatkan perhatian pada dampak kebijakan bank terhadap pekerja dan biaya meningkatnya ketidaksetaraan di Amerika Serikat.
Donald Trump menentang tradisi Washington pada 2018 ketika dia memilih untuk tidak menunjuk Yellen untuk masa jabatan empat tahun kedua di The Fed.
Dimulai dengan Bill Clinton pada tahun 1990-an, presiden tetap menggunakan pemimpin bank yang ditunjuk oleh pendahulunya dalam upaya untuk menghilangkan politisasi bank.
Sejak meninggalkan jabatannya pada tahun 2018, Janet Yellen telah berbicara tentang perlunya Washington berbuat lebih banyak untuk melindungi ekonomi AS dari dampak pandemi virus corona.
Â
Sempat Sebut Donald Trump Tak Paham Ekonomi
Yellen sempat menyebut Donald Trump tidak memiliki pemahaman soal kebijakan ekonomi. Hal tersebut diungkapkan pada 2019 lalu. Trump dianggap Yellen tak paham tugas the Fed, yakni penyerapan tenaga kerja maksimal dan stabilitas harga. "Itu adalah tugas-tugas yang Kongres serahkan pada the Fed," jelas Yellen.
Bank Sentral AS pada dasarnya memang memiliki tiga tugas utama dalam ekonomi, yakni: memelihara tingkat maksimum ketenagakerjaan, menjaga harga stabil, dan mendukung tingkat suku bunga yang moderat dalam jangka panjang.
Yellen juga khawatir pada pemimpin Bank Sentral AS saat ini yang kerap disindir oleh Presiden Trump. Komentar Trump, menurut Yellen, mengganggu independensi Bank Sentral. Ini pun bisa memberi dampak buruk jika kondisi ekonomi sedang memburuk.
"Komentar-komentar Presiden Trump tentang Ketua Powell dan tentang Fed membuat saya khawatir, karena dua hal itu saya pikir memeiliki dampak, terutama jika kondisi AS sedang menurun, maka (komentar itu) dapat mengurangi kepercayaan pada the Fed. Dan saya pikir itu adalah hal buruk," kata dia.
Â
Advertisement
Ciptakan Kestabilan Ekonomi AS
Yellen adalah perempuan pertama yang duduki posisi Gubenur Bank Sentral AS. Ketika ia menjabat sebagai pimpinan the Federal Reserve, tingkat pengangguran 6,7 persen, dan pengangguran mencapai 4,1 persen saat dirinya turun dari jabatan tersebut. Angka itu terendah dalam 17 tahun.
"Pasar tenaga kerja berada di tempat jauh lebih kuat dari pada delapan tahun lalu, Meski sekarang sedikit kehilangan dibandingkan sekarang tapi saya merasa baik tentang prospek ekonomim" ujar Yellen dalam konfrensi pers terakhir pada Desember, seperti dikutip dari laman CNN Money, Selasa 6 Februari 2018.
Ia menuturkan, kesejahteraan orang AS sangat penting. Ini bukan kebetulan. Yellen terbukti menjadi pemimpin yang berhati-hati saat membantu mengarahkan ekonomi melalui masa-masa sulit. Dari tahun-tahun yang alami resesi kemudian mendekati pemulihan yang normal.
"Hal yang harus diketahui Janet yaitu bagaimana membalikkan situasi dan kembali kepada kebijakan normal. Selain itu tidak melakukannya dengan cepat," ujar Alice Rivlin, Senior the Brookings Institution.
Yellen dinominasikan oleh mantan Presiden AS Barack Obama, dan mulai tugas pada 2014. Namun sayang ia hanya menduduki posisi pimpinan the Federal Reserve selama satu periode.
Â
Besar di New York
Janet Yellen dibesarkan di New York City dan memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Universitas Yale.
Selain pekerjaannya di bank sentral AS The Fed dan di pemerintahan, dia adalah seorang profesor di University of California, Berkeley.
Dia menikah dengan George Akerlof, seorang ekonom pemenang Hadiah Nobel yang dia temui bekerja sebagai peneliti di The Fed pada tahun 1970-an.
Mereka memiliki seorang putra, yang juga merupakan seorang profesor ekonomi.
Perjalanan karirnya di dunia ekonomi juga menjadikannya ikon feminis di dunia ekonomi. Ketika dia meninggalkan The Fed pada tahun 2018, banyak yang memberikan penghormatan kepada kepemimpinannya dengan meniru tampilan khasnya dari blazer dengan kerah yang menonjol.
Â
Advertisement
Dianggap Cocok dengan Biden
Yellen memiliki sejarah panjang bekerja di Washington.
Sebelum Obama menunjuknya untuk memimpin The Fed pada 2014, dia telah menjabat sebagai salah satu anggota dewan selama satu dekade, termasuk empat tahun sebagai wakil ketua.
Dia dipandang sebagai pilihan yang mampu memuaskan anggota progresif dan sentris dari partai Demokrat Biden.
Pencalonannya untuk memimpin The Fed pada 2014 mendapat dukungan dari beberapa Republikan.
"Ucapan selamat untuk Janet Yellen di Departemen Keuangan," profesor kebijakan publik liberal dan mantan Sekretaris Tenaga Kerja Robert Reich menulis di Twitter.
Meskipun dia tidak berada di sayap kiri seperti beberapa nama yang dikabarkan sedang dipertimbangkan, seperti Senator Elizabeth Warren, dia masih "memahami besarnya jumlah korban yang stagnan, rasisme sistemik, dan ketimpangan yang semakin meluas telah mempengaruhi ekonomi dan masyarakat kita", katanya.