Sah, Erick Thohir jadi Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah Gantikan Bos OJK

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir resmi menjabat Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) periode 2021-2024.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jan 2021, 18:49 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2021, 18:49 WIB
Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir resmi menjabat Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) periode 2021-2024 menggantikan Ketua MES sebelumnya yang dijabat oleh Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso.

Penetapan Erick sebagai pimpinan MES sendiri berdasarkan hasil sidang Tim Formatur Munas MES V yang digelar di secara virtual pada Sabtu, (23/1) sore.

Dalam sambutannya, Erick menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengurus yang telah memberikan kepercayaan untuk menakodai MES dalam empat tahun mendatang. Dia pun berjanji untuk menjaga amanah tersebut dengan mempercepat upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

"Bismillah, ini adalah amanah yang harus saya jaga. Saya merasa terhormat bisa memimpin sebuah organisasi yang punya visi dan misi yang kongkrit untuk pengembangan ekonomi Syariah di Indonesia," tegasnya.

Erick menyampaikan, di bawah kepemimpinannya ingin membuktikan bahwa kondisi pandemi Covid-19 justru menjadi momentum bagi ekonomi syariah untuk bangkit dan memiliki daya tahan lebih baik atas berbagai gejolak ekonomi.

"Kondisi pandemi harus menjadi momentum, untuk menunjukkan bahwa ekonomi syariah memiliki daya tahan lebih baik terhadap gejolak dan krisis," tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyoroti tingkat penetrasi bank syariah Indonesia yang masih rendah. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, tingkat penetrasinya sangat jauh tertinggal.

"Data penetrasi bank syariah kita masih rendah kalau kita bandingkan dengan Turki dan Yordania. Jangan bandingkan dengan Malaysia, padahal tetangga tapi jauh sekali," jelas Menteri Erick dalam Webinar Masyarakat Ekonomi Syariah 7th Indonesia Islamic Economic Forum (IIEF) pada Jumat (22/1).

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, penetrasi pasar bank syariah di Indonesia masih sangat rendah yaitu 4,1 persen. Sementara Malaysia sudah mencapai 29 persen, Yordania 16,4 persen, dan Turki 6,1 persen.

Oleh sebab itu, pemerintah terus berusaha meningkatkan penetrasi bank syariah. Terlebih lagi, pergeseran minat penduduk Indonesia terhadap konsep syariah sudah mulai terjadi sejak 2016.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

MES Dorong Kontribusi Keuangan Syariah untuk Pemulihan Ekonomi

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat menggelar jumpa pers tutup tahun 2018 di Gedung OJK, Jakarta, Rabu (19/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Wimboh Santoso mengatakan dalam upaya pemulihan ekonomi saat ini kontribusi semua sektor termasuk ekonomi dan keuangan Syariah sangat diperlukan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional ini.

“Dalam mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional, peran sektor jasa keuangan menjadi sangat krusial sebagai katalis penggerak dalam memulihkan perekonomian kita, termasuk tentunya peran dari sektor ekonomi dan keuangan Syariah,” kata Wimboh dalam sambutannya pada pembukaan Musyarawah Nasional MES V secara virtual, di Jakarta Sabtu.

Sementara itu, Wapres Ma’ruf Amin dalam kesempatan itu mengatakan bahwa pengembangan ekonomi syariah harus bersinergi dengan sistem konvensional untuk memperkuat dan mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional.

“Perlu dukungan dan komitmen yang sungguh-sungguh termasuk dari MES agar perkembangan ekonomi dan keuangan syariah dapat semakin cepat dalam mendukung perekonomian nasional,” kata Wapres.

Menurut Wimboh, di tengah pandemi ini, sektor jasa keuangan Syariah tetap mampu tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 21,58 persen yoy (2019: 13,84 persen), bahkan pembiayaan bank umum Syariah mencatatkan pertumbuhan 9,5 persen yoy di tengah kontraksi kredit perbankan nasional sebesar -2,41 persen.

Perkembangan ekonomi dan keuangan Syariah di Indonesia juga turut diapresiasi dunia internasional. Sepanjang tahun 2020, Indonesia telah diakui sebagai salah satu negara dengan progres terbaik dalam hal ekonomi dan keuangan Syariah, yaitu Refinitiv Islamic Finance Development Report 2020 menempatkan Indonesia pada ranking ke-2 secara global sebagai The Most developed countries in Islamic Finance dan Global Islamic Economy Indicator 2020/2021 mencatat Indonesia sebagai ranking ke-4 global untuk sektor ekonomi Syariah, serta peringkat ke-6 untuk keuangan Syariah.

Penilaian lembaga internasional itu menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah, antara lain:

- Sebagai negara dengan 87 persen atau setara 230 juta penduduk muslim, Indonesia memiliki potensi pengembangan ekonomi dan industri keuangan Syariah yang sangat besar.

- Pertumbuhan ekonomi Syariah yang tinggi. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Syariah tercatat sebesar 5,72 persen. Lebih tinggi dibanding pertumbuhan PDB nasional.

- Semakin meningkatnya industri halal Indonesia. Pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia antara lain makanan, kosmetik dan obat-obatan, travel, fashion telah mencapai 3 Miliar USD dan terus dalam tren meningkat

Tantangan

Ilustrasi keuangan syariah
Ilustrasi keuangan syariah/Shutterstock.

Namun demikian, beberapa tantangan harus segera diatasi antara lain; market share industri jasa keuangan Syariah relatif masih rendah yaitu sebesar 9,90 persen dari total aset nasional, masih rendahnya literasi keuangan Syariah masih sebesar 8,93 persen, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03 persen.

Sementara itu, Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1 persen juga masih jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19 persen.

Selain itu, diferensiasi model bisnis/produk Syariah juga masih terbatas sehingga diperlukan inovasi dan kreativitas pelaku industri jasa keuangan Syariah, kemudian dibutuhkan peningkatan adopsi teknologi untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin cepat dan dinamis, serta perlunya SDM dengan ekspertis di bidang ekonomi dan keuangan Syariah untuk mengikuti berbagai dinamika dan perubahan kondisi perekonomian maupun teknologi.

Wimboh meminta kepada semua anggota MES untuk meningkatkan kegiatan dan program kerja yang bermanfaat dan efektif dalam rangka peningkatan kontribusi ekonomi dan keuangan Syariah dalam mendukung perekonomian nasional.

Peran MES antara lain harus terus ditingkatkan dengan memberikan kontribusi langsung pada pemberdayaan umat dalam pendirian dan pengembangan BWM, mendukung upaya peningkatan kapasitas industri keuangan Syariah seperti merger bank Syariah milik Negara.

Selain itu, kontribusi MES bisa dilakukan dengan aktif mendorong perkembangan ekonomi digital dan teknologi finansial Syariah sebagai platform yang diharapkan dapat banyak membantu program-program pemberdayaan umat, terutama para pelaku UMKM.

MES juga bisa berperan meningkatkan kapasitas SDM insani ekonomi dan keuangan Syariah antara lain melalui pelatihan dan sertifikasi profesi, E-Learning Ekonomi Syariah, serta pemberian beasiswa ekonomi Syariah.

Riset ekonomi Syariah juga harus diperbanyak melalui pembentukan tim atau grup riset MES untuk menghasilkan riset ekonomi dan keuangan Syariah yang berkualitas dan diakui internasional.

MES juga perlu memperluas jaringan dan meningkatkan peran MES di kancah global melalui pembentukan Pengurus Wilayah Khusus MES di berbagai negara dan menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga internasional. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya