Harga Minyak Anjlok karena Lonjakan Covid-19 di India

Penurunan harga minyak ini juga terjadi karena investor tengah menyesuaikan posisi menjelang pelaksanaan keputusan OPEC+.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Apr 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2021, 08:00 WIB
ilustrasi tambang migas
Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga dunia turun 0,7 persen. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 di India akan menurunkan permintaan bahan bakar dari negara importir terbesar ketiga di dunia.

Selain itu, penurunan harga minyak ini juga terjadi karena investor tengah menyesuaikan posisi menjelang kenaikan produksi negara pengekspor minyak dan sekutunya atau OPEC+ yang rencananya akan dilakukan mulai Mei 2021.

Mengutip CNBC, Selasa (27/4/2021), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga dunia turun 0,7 persen ke level USD 65,65 per barel, setelah naik 1,1 persen pada Jumat lalu.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,37 persen menjadi USD 61,91 per barel, setelah melonjak 1,2 persen pada perdagangan Jumat kemarin.

Kedua patokan harga minyak mentah tersebut turun sekitar 1 persen pada perdagangan minggu lalu.

"Sentimen pasar tertekan di tengah kekhawatiran lonjakan jumlah kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama di India. Hal ini tentu saja akan memangkas permintaan bahan bakar," jelas kepala analis Fujitomi Co, Kazuhiko Saito.

Perdana Menteri India Narendra Modi mendesak semua warga untuk divaksinasi dan berhati-hati, setelah sebelumnya mengatakan bahwa badai infeksi telah mengguncang India, karena negara itu mencetak rekor global baru untuk infeksi Covid-19 terbanyak dalam sehari.

Di Jepang, sebagai negara pembeli minyak terbesar keempat di dunia, tengah menjalankan kebijakan keadaan darurat ketiga di Tokyo, Osaka, dan dua prefektur lainnya, dimulai Minggu. Langkah ini dijalankan untuk memerangi lonjakan kasus Covid-19.

“Investor, termasuk spekulan, telah mengalihkan dana dari pasar minyak ke pasar biji-bijian baru-baru ini karena volatilitas yang jauh lebih tinggi pada harga jagung dan biji-bijian lainnya,” kata Fujitomi Saito.

Harga jagung, gandum, dan kedelai Chicago mencapai level tertinggi pada minggu lalu karena kekhawatiran cuaca dingin pada tanaman di seluruh daerah yang memproduksi biji-bijian di AS. Hal ini menopang harga, bersama dengan ekspektasi untuk lebih banyak menggunakan produk pertanian untuk bahan bakar nabati.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertemuan OPEC+

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +, secara mengejutkan pada pertemuan 1 April menyetujui untuk mengurangi pembatasan produksi sebesar 350.000 barel per hari (bph) di bulan Mei 2021.

Pengurangan pembatasan tersebut berlanjut 350.000 bpd lagi di bulan Juni dan selanjutnya 400.000 bpd atau lebih di bulan Juli.

Kelompok produsen minyak akan mengadakan pertemuan teknis pada minggu ini. Hal ini untuk membicarakan perubahan besar tersebut dan kemungkinan besar tidak akan bisa diubah. Hal ini diungkap oleh Wakil Perdana Menteri Rusia dan sumber OPEC + pada pekan lalu.

Pertemuan komite teknis ditetapkan pada hari Senin, di mana fundamental pasar dan kepatuhan dengan pemotongan produksi akan dibahas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya