Kejar Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Jokowi Minta Realisasi Belanja Pemerintah Dipercepat

Efektivitas belanja pemerintah baik pusat maupun daerah jadi hal yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Mei 2021, 10:25 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 10:25 WIB
jokowi
Presiden Jokowi saat memberi pernyataan terkait KPK di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/5/2021). (Biro Pers Media Istana)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap 2021 sebagai tahun percepatan pemulihan ekonomi nasional. Oleh karenanya, dia menargetkan angka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 persen pada kuartal II 2021.

"Kalau kita lihat di kuartal I, ekonomi kita tumbuh di minus 0,74 persen. Target kita di kuartal II melompat jadi kurang lebih 7 persen. Bukan sesuatu yang mudah, bukan sesuatu yang gampang," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah, Kamis (27/5/2021).

Dengan demikian, Jokowi menekankan, orkestrasi program percepatan pemulihan ekonomi harus betul-betul terkelola dengan baik.

"Pemerintah sudah persiapkan hampir Rp 700 triliun yang harus direalisasikan secara cepat, karena kita kejar-kejaran dan tepat sasaran, agar ekonomi kita bisa bangkit kembali," imbuhnya.

Jokowi pun menegaskan, efektivitas belanja pemerintah baik pusat maupun daerah jadi hal yang sangat penting. Dia pun menyoroti angka realisasi belanja pemerintah hingga Mei 2021 yang masih sangat tipis.

"Pertama, saya minta percepatan belanja pemerintah terus dikawal dan ditingkatkan. Supaya kita tahu, realisasi belanja pemerintah masih rendah, masih 15 persen untuk APBN dan 7 persen dari APBD," paparnya

"Serapan belanja pemulihan ekonomi nasional juga baru 24,6 persen. Masih rendah sekali lagi kecepatan dan ketepatan sasarannya," dia menambahkan.

Selain itu, Jokowi juga menyentil pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah yang masih teramat lambat. Menurut data yang dibacakannya, realisasi pengadaan barang dan jasa di kementerian/lembaga pada kuartal I 2021 baru 10,98 persen.

"Kemudian pengadaan barang jasa di pemerintah daerah masih kurang dari 5 persen. Ini yang terus harus diikuti, dikawal dan dibantu," tegas Jokowi

Oleh karenanya, ia lantas memintah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk betul-betul mencari penyebab lambatnya realisasi belanja pemerintah. Dia pun mendesak agar segera dicarikan solusi dan ditawarkan jalan keluarnya.

"Karena target kita di kuartal II pertumbuhan ekonomi jadi 7 persen. Bayangkan, dari minus 0,74 ke 7 persen. Tapi ketika belanja direalisasikan, angka itu bukan sesuatu yang mustahil," ujar Jokowi.

"Karena target year on year pertumbuhan ekonomi kita 4,5-5,5 persen. Kalau ini tak ketemu angka 7 persen untuk dikejar, tahun 2021 juga bisa jadi tak tercapai. Meski kita tahu ada ketidakpastian ekonomi global, tapi kita semua harus usaha," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi Tembus 8,3 Persen di Kuartal II 2021

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai 7,1 hingga 8,3 persen di kuartal II 2021.

Hal ini diungkapkannya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Senin (24/5/2021).

"Proyeksi kita di Kementerian Keuangan (pertumbuhan ekonomi) di kuartal II antara 7,1 persen sampai 8,3 persen," katanya.

Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh pengeluaran yang berkontribusi besar terhadap PDB, seperti konsumsi rumah tangga yang diproykesi 6 hingga 6,8 persen dan konsumsi pemerintah di 8,1 persen hingga 9,7 persen.

Investasi juga diharapkan tumbuh antara 9,4 hingga 11,1 persen, ekspor 14,9 sampai 19,7 persen dan impor 13 hingga 19,7 persen.

Lanjutnya, pertumbuhan ekonomi ini dilandasi oleh beberapa hal, seperti indikator ekonomi dunia yang sudah membaik. PMI manufaktor global berada di level 55,8 dan di Indonesai berada di 54,6, lebih baik dibandingkan April di level 53,2.

“Untuk full years kami masih modest karena kuartal I masih terkoreksi karena Covid-19 meningkat. Kita harap kuartal III dan kuartal IV masih akan terealisasi,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya