IMF Susutkan Revisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Kata Ekonom Begini

IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,2 persen dibandingkan sebelumnya berkisar 3,9 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 14 Okt 2021, 10:02 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2021, 10:02 WIB
FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,2 persen di 2021. Sementara pada 2022 prediksinya ekonomi Indonesia tumbuh 5,9 persen.

Padahal pada Juli, IMF masih memprediksi PDB Indonesia 2021 berkisar 3,9 persen (yoy) dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,3 persen.

Menanggapi, Ekonom sekaligus Direktur riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah, meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 bahkan bisa melebihi proyeksi IMF, yakni dikisaran 3,5 – 4,5 persen.

“Justru sebaliknya Saya meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 Masih bisa Lebih baik di kisaran 3,5 persen hingga 4,5 persen,” kata Piter kepada Liputan6.com, Kamis (14/10/2021).

Namun, prediksinya tersebut bisa tercapai jika di Indonesia tidak terjadi gelombang ketiga pandemi covid-19. “Dengan asumsi tidak terjadi gelombang ketiga pandemi,” imbuhnya.

Menurut Piter prediksi tersebut dipengaruhi oleh 3 hal, pertama, dia menilai unsur basis yang rendah (low-base effect) sangat berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

“Pertama karena Masih ada low base effect. Pertumbuhan yang negatif pada tahun lalu akan membuat pertumbuhan kecil ditahun ini akan terhitung besar,” ujarnya.

Kedua, dipengaruhi mulai pulihnya ekonomi di kuartal II dan IV. Meskipun sebelumnya Pemerintah menerapkan PPKM darurat, namun pertumbuhan ekonomi tetap positif di kuartal III.

“Ketiga, ada support dari kenaikan harga komoditas. Indonesia terus mengalami surplus neraca perdagangan,” ujarnya.

Sebagai informasi, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2021 mengumumkan, Indonesia berhasil menorehkan surplus neraca perdagangan sebesar 19,17 miliar secara kumulatif pada Januari-Agustus 2021.

BPS menyatakan Indonesia terus mengukir catatan surplus neraca perdagangan sejak 16 bulan terakhir. Padahal Indonesia terakhir kali mencatat defisit pada April 2020 lalu.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kata Kemenkeu Soal Revisi Pertumbuhan Ekonomi

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu mewakili pemerintah angkat bicara mengenai revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini.

Dia memastikan jika pemerintah akan mewaspadai berbagai risiko global yang akan terjadi. "Pemerintah Indonesia juga terus mewaspadai berbagai risiko global yang terjadi. Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih terus menjadi fokus perhatian pemerintah," kata Febrio, Rabu (13/10/2021).

Kendati begitu, pemerintah tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 pada level 4,9 persen.

Pemerintah Indonesia terus mewaspadai berbagai risiko global yang terjadi. Caranya dengan meningkatkan kapabilitas dalam penanganan pandemi dan menjaga kewaspadaan dengan tetap disiplin pada protokol kesehatan. Termasuk terus menyukseskan program vaksinasi.

"Per 12 Oktober 2021, total vaksinasi Indonesia mencapai 157,93 juta dosis (28,87 persen terhadap populasi), di mana dosis pertama mencapai 100,32 juta dosis (36,68 persen) dan dosis kedua 57,61 juta dosis (21,06 persen)," kata dia.

Febrio mengatkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia terus menguat. Khususnya sejak September 2021, seiring membaiknya situasi pandemi Covid-19.

Hal ini tercermin dari berbagai indikator ekonomi, seperti mobilitas penduduk yang kembali tumbuh positif dan PMI Manufaktur yang kembali ke level ekspansif.

"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut termasuk perkembangan indikator ekonomi terkini, pemerintah melihat outlook pertumbuhan Indonesia di 2021 di kisaran 3,7 hingga 4,5 persen," kata dia.

Febrio menegaskan pemerintah akan memastikan kebijakan ekonomi dan fiskal akan terus diarahkan untuk mendukung upaya pengendalian pandemi, menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi, serta akselerasi reformasi struktural.

Hal ini tercermin dalam kebijakan APBN 2022 yang telah disepakati oleh Pemerintah dan DPR RI. Ini juga menunjukkan adanya sikap kewaspadaan dan antisipatif terhadap peningkatan risiko global yang telah terjadi.

"Dengan semangat pengendalian pandemi, pemulihan ekonomi dan reformasi yang kuat, pemerintah berupaya untuk menciptakan pertumbuhan dan pembangunan Indonesia yang berkesinambungan dan inklusif di tengah lingkungan global yang menantang," kata dia.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya