SMF Kucurkan Program Pembiayaan Homestay Rp 11 Miliar

Program pembiayaan homestay termasuk sinergi SMF dengan Kementerian Pariwsata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Nov 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2021, 09:00 WIB
Konferensi pers kinerja SMF kuartal III 2021, Jumat, (26/11/2021) (Foto: SMF)
Konferensi pers kinerja SMF kuartal III 2021, Jumat, (26/11/2021) (Foto: SMF)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) telah menyalurkan anggaran Rp 11 miliar untuk program pembiayaan homestay pada 2021 dari total yang disiapkan Rp 20 miliar.

Program pembiayaan homestay termasuk sinergi SMF dengan Kementerian Pariwsata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN) di sektor pariwisata . Sektor tersebut saat ini terpukul karena pandemi COVID-19.

SMF telah merealisasikan program pembiayaan homestay di 11 desa yang terletak dalam destinasi super prioritas pariwisata (DSPP) Borobudur, DSPP Mandalika dan daerah potensi pariwisata di Banyuwangi dan Sumedang.

"Alokasi pembiayaan realisasi 11 desa untuk 91 unit homestay baru Rp 11 miliar. Kita punya dana Rp 20 miliar. Tahun depan kita tambah. Alokasi ke eksisting, buka baru lagi," ujar Direktur SMF Trisnadi Yulrisman, saat media gathering di Lombok, NTB, dikutip Minggu (28/11/2021).

Ia optimistis penyaluran program pembiayaan homestay tersebut dapat terserap seluruhnya pada 2021. Hal ini seiring kebangkitan sektor pariwisata dan Indonesia dalam hadapi pandemi COVID-19. Selain itu, ia melihat potensi sektor pariwisata di sejumlah daerah di Indonesia untuk mengembangkan desa wisata. Apalagi perseroan juga menawarkan skema bunga 3 persen per tahun sehingga tidak memberatkan.

"Kita lihat kondisi. Bisa hadapi pandemi COVID-19 kebangkitan pariwisata jalan, kita yakin jabis. Banyuwangi masih akan ada lagi tahun depan, masih banyak daerah di Jawa Timur, Jawa Barat antara lain di Sumedang dan Tasikmalaya," tutur dia.

Untuk target 2022, ia belum dapat menyebutkan detil program pembiayaan homestay itu.

"Belum, kita akan lakukan kajian di sisi yang kita fokuskan pembiayaan homestay,kumpulkan data-data, ada skema pendanana membutuhkan kajian kita," ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Program Pembiayaan Homestay di Desa Kuta

Program pembiayaan homestay SMF di Desa Kuta, Lombok, NTB (Foto: Liputan6.com/Agustina Melani)
Program pembiayaan homestay SMF di Desa Kuta, Lombok, NTB (Foto: Liputan6.com/Agustina Melani)

Sementara itu, pemilik homestay juga telah mendapatkan manfaat dari program pembiayaan homestay melalui SMF. Salah satunya pemilik homestay di Desa Kuta, Lombok, NTB, Tomi Julianda Akbar.

Pria yang memiliki homestay sejak 2016 ini mengajukan program pembiayaan Rp 50 juta untuk bangun satu kamar dan renovasi. Tenor pembiayaan program tersebut empat tahun dan bunga 3 persen per tahun.

"Rp 50 juta untuk bangun satu kamar dan renovasi," ujar dia.

Ia memberikan harga sewa tergantung kondisi. Selama COVID-19, ia tidak terima tamu lantaran sepi. "Sewa tergantung. Ada yang Rp 150 ribu, kalau ramai bisa Rp 250 ribu," ujar dia.

Adapun penyelenggaraan World Superbike Championship (WSBK) 2021 memberikan angin segar untuk Tomi. Hal ini seiring pandemi COVID-19 mendorong sektor pariwisata tertekan sehingga berakibat pada penyewaan homestay.

Tomi pun mengalihkan kamar homestay untuk pekerja WSBK 2021 di Sirkuit International Pertamina Mandalika.

"Banyak pekerja sirkuit. Harga (sewa-red) Rp 700 ribu-Rp 800 ribu, yang penting diisi dulu," ujar dia yang memiliki tujuh unit kamar homestay.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya