PGN Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia USD 80 per Barel di 2022

Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar memproyeksikan harga minyak mentah dunia berkisar USD 65 sampai USD 80 per barel.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2022, 13:20 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2022, 13:20 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar memproyeksikan harga minyak mentah dunia berkisar USD 65 sampai USD 80 per barel. Proyeksi ini didasarkan atas kebutuhan minyak mentah yang kembali ke level sebelum pandemi.

"Kira-kira untuk minyak akan di sekitar USD 65 hingga USD 80 per barel. Kenapa harganya seperti itu? yang pertama demand kebutuhan krmbali sebelum pandemi," ujarnya dalam acara PGN Energy Outlook 2022, Jakarta, Rabu (12/1).

Arcandra mencontohkan, kebutuhan minyak mentah sebelum pandemi Covid-19 mencapai 100 juta barel per hari. Sedangkan, selama wabah virus corona tersebut melanda dunia kebutuhan minyak turun menjadi 90 juta barel oer hari.

"Nah, di awal 2022 ini sudah ada tanda-tanda kembali di 100 juta barel per day. Ini membuat minyak bertahan di sekitar USD 65 sampai USD 80 per barel," ungkapnya.

Meski begitu, lanjut Arcandra, harga minyak mentah dunia masih dipengaruhi oleh kemampuan dunia dalam mengontrol Covid-19, termasuk varian Omicron. Menurutnya, jika dunia berhasil menjinakkan virus Covid-19 maka harga minyak tetap becokol dikisaran USD 65 sampai USD 80 per barel.

"Namun, jika pandemi tidak terkontrol harga minyak bisa turun di bawah USD 65 per barel. Ini disebabkan turunnya permintaan akan minyak," tutupnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Minyak di Asia Turun Dipicu Kekhawatiran Merebaknya Varian Omicron

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelumnya, Harga minyak di Asia melemah di perdagangan Senin (10/1). Penurunan harga dipicu kekhawatiran kasus varian virus corona Omicron yang meningkat pesat akan menghantam aktivitas ekonomi. Meski demikian, kerugian tertahan oleh gangguan pasokan di Kazakhstan dan Libya.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 38 sen atau 0,46 persen menjadi diperdagangkan di USD 81,37 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 34 sen atau 0,43 persen, menjadi diperdagangkan di USD 78,56 per barel.

Lebih dari 304,87 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus corona baru secara global dan 5.834.506 telah meninggal, menurut penghitungan Reuters.

Perusahaan-perusahaan energi AS memulai tahun baru dengan terus menambah rig minyak dan gas alam setelah meningkatkan jumlah rig pada 2021, setelah dua tahun mengalami penurunan.

Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik dua rig menjadi 588 dalam seminggu hingga 7 Januari, tertinggi sejak April 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya yang diikuti dengan cermat pada Jumat (7/1).

Namun, gangguan pasokan di bagian lain dunia kemungkinan akan mendukung harga.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya