Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mengalami penurunan selama tiga sesi berturut-turut pada hari Rabu. Anjloknya harga minyak mentah dunia ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi mulai April, serta ketegangan perdagangan yang meningkat akibat tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko.
Dikutip dari CNBC, Kamis (6/3/2025), berikut data terbaru harga minyak Brent dan WTI:
Advertisement
Baca Juga
- Minyak Brent turun USD 1,80 atau 2,53% menjadi USD 69,24 per barel.
- Minyak WTI (West Texas Intermediate) turun USD 2,05 atau 3% menjadi USD 66,21 per barel.
Harga minyak sempat mencapai titik terendah dalam beberapa tahun sebelum akhirnya sedikit pulih:
Advertisement
- Brent turun hingga USD 68,33, level terendah sejak Desember 2021.
- Minyak mentah AS turun ke USD 65,22, level terendah sejak Mei 2023.
Pernyataan Pejabat AS Memberikan Harapan Pasar
Harga minyak sedikit pulih setelah Kepala Departemen Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan di Bloomberg TV bahwa Trump akan membuat keputusan akhir terkait kemungkinan pemberian keringanan tarif bagi industri tertentu.
Menurut sumber terpercaya, tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap berlaku, namun ada pertimbangan untuk menghapus tarif 10% pada impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, selama memenuhi aturan asal dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).
Stok Minyak Mentah AS Naik Tajam
Laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 3,6 juta barel menjadi 433,8 juta barel, jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yang hanya 341.000 barel.
Akibat laporan ini, harga Brent anjlok lebih dari USD 2.
Menurut analis di Panmure Liberum, Ashley Kelty, kebijakan tarif AS terhadap China, Kanada, dan Meksiko telah memicu reaksi cepat dari negara-negara tersebut, meningkatkan kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan dampaknya terhadap permintaan energi.
Respons Kanada, China, dan Meksiko terhadap Tarif Trump
Kanada dan China segera membalas kebijakan tarif Trump pada hari Selasa. Sementara itu, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menyatakan bahwa negaranya akan merespons, meskipun tanpa rincian lebih lanjut.
Menurut analis JP Morgan, jika pertumbuhan PDB AS melambat 100 basis poin, maka ini dapat mengurangi pertumbuhan permintaan minyak global hingga 180.000 barel per hari (bpd).
Advertisement
OPEC+ Tingkatkan Produksi Minyak, Harga Tertekan
Keputusan OPEC+ pada hari Senin untuk meningkatkan produksi untuk pertama kalinya sejak 2022 semakin menekan harga minyak.
Mulai April, OPEC+ akan meningkatkan produksi sebesar 138.000 barel per hari sebagai bagian dari strategi untuk mengembalikan pasokan secara bertahap.Langkah ini merupakan bagian dari rencana untuk mengurangi pemotongan produksi hampir 6 juta bpd, yang setara dengan 6% dari permintaan global.Menurut Giovanni Staunovo, analis dari UBS, keputusan OPEC+ ini dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa akan ada lebih banyak peningkatan pasokan di bulan-bulan mendatang.
Namun, analis dari Morgan Stanley Research menyebutkan bahwa OPEC+ mungkin hanya akan meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan, bukan sepenuhnya menghapus pemotongan pasokan minyaknya.
AS Hentikan Izin Chevron untuk Beroperasi di Venezuela
Pemerintahan Trump juga mengumumkan bahwa izin operasi Chevron di Venezuela akan dicabut. Kebijakan ini berisiko mengurangi pasokan minyak global hingga 200.000 barel per hari, menurut catatan strategis dari ING Commodities.
JP Morgan mencatat bahwa permintaan minyak global bulan lalu mencapai 103,6 juta bpd, meningkat 1,6 juta bpd dibandingkan tahun lalu, namun masih di bawah proyeksi kenaikan 1,8 juta bpd.
