Tarif KRL Naik, Penumpang Tak Keberatan

Sejumlah masyarakat menilai tarif KRL naik yang akan diberlakukan tidak akan berdampak signifikan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Jan 2022, 19:15 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2022, 19:15 WIB
20151020- November 2015 KRL Naik 50 Persen-Jakarta
Sejumlah penumpang berjalan keluar dari KRL, Jakarta, Selasa (20/10/2015). PT KRL Commuter Jakarta akan menyesuaikan tarif KRL Jabodetabek sampai 50 % mulai November 2015. (Liputan6.com/Immanuel Anton)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah masyarakat menilai tarif KRL naik yang akan diberlakukan tidak akan berdampak signifikan. Kemudahan penggunaan e-money atau kartu multitrip jadi alasannya.

Diketahui, Pemerintah akan mengkaji mengenai kenaikan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) menjadi Rp 5.000 untuk 25 km pertama pada April 2022 mendatang. Salah satunya yang jadi dukungannya, terkait survei kemampuan bayar dan keinginan bayar dari masyarakat di Jabodetabek

Salah satu warga Bogor, Zaki mengatakan tak keberatan jika tarif baru diberlakukan. Hal ini mengacu kebiasaan pengguna KRL dengan kartu multi trip atau e-money.

"Kalau saya pribadi sebetulnya gak keberatan ya, karena mudah, ada kartu e-money," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (13/1/2022).

Sementara itu di sisi lain, ia menyoroti kenaikan tarif ini kemungkinan berpengaruh bagi pelaku perjalanan yang menghunakan kartu single trip.

"Kan mereka yang sering mengantre di loket, untuk kembalikan kartu dan mengambil uang jaminan, kemungkinan mereka yang merasakan dampaknya, " katanya.

Informasi, pengguna KRL dengan kartu single trip ini perlu membayar uang jaminan Rp 10.000 plus ongkos ke stasiun tujuan. Setelahnya, ia akan mengambil kembali uang jaminan itu setelah perjalanan usai sambil mengembalikan kartu single trip yang digunakan.

Sementara itu, Reza pengguna KRL rutin tujuan Gondangdia mengatakan kenaikan tarif masih masuk dalam batas wajar. Dengan asumsi kenaikan Rp 2.000, ia akan membayar sekitar Rp 11 Ribu jika berangkat dari Bogor.

"Masih masuk itungannya sih, jadi gak terlalu masalah, cuma memang untuk top-up rutin akan jadi ada tambahan," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penyesuaian Layanan

FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Data sementara Kementerian Kesehatan hingga 10 Januari 2022, total ada 506 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Terpisah, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno menilai perlu ada penyesuaian pelayanan dari operator yang bisa dinikmati oleh konsumen. Sehingga hal ini bisa memuluskan penerimaan konsumen terhadap kenaikan harga.

“Kalau dari pandangan konsumen kenaikan itu sesuatu yang bisa dipahami ketiga ada penyesuaian terhadap layanan, apakah PT KCI dalam hal ini sebagai operator juga meningkatkan standar pelayanannya,” katanya dalam sambungan telepon dengan Liputan6.com, Kamis (13/1/2022).

“Ini yang harus disamppaikan kepada publik bahwa standar pelayanan yang kemarin itu di upgrade, sehingga ada standar yang lebih tinggi untuk dipenuhi,” imbuh Agus.

Rencananya, ongkos KRL akan naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 5.000 untuk 25 km pertama. Sedangkan 10 km selanjutnya bakal dikenakan penambahanan biaya Rp 1.000.

Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Direktorat Lalu Lintas dan L Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub Arif Anwar mengatakan, rekomendasi usulan kenaikan tarif merupakan hasil kajian kemampuan membayar (ability to payment) dan kesediaan pengguna untuk membayar (willingness to pay) kereta api perkotaan.

"Nah ini dari hasil survei tadi ini masih ada tahap diskusi juga. Kita akan usulkan penyesuaian tarif KRL kurang lebih Rp 2.000 pada 25 km pertama. Jadi kalau yang semula sebesar Rp 3.000 untuk 25 km ini jadi Rp 5.000," terangnya, Rabu (12/1/2022).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya