Ketika Covid-19 Omicron Hambat Bisnis Pengusaha di Australia

Penyebaran Covid-19 varian Omicron menghambat sejumlah bisnis para pengusaha di Australia. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Jan 2022, 18:24 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2022, 18:23 WIB
Suasana Melbourne di Tengah Penerapan Jam Malam
Seorang pria berjalan di jalan yang sepi selama aturan jam malam di Melbourne, pada Selasa (17/8/2021). Kota terbesar kedua di Australia itu memberlakukan pembatasan tinggal di rumah pada pukul 9 malam hingga 5 pagi untuK meredam lonjakan Covid-19 varian Delta. (William WEST/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran COVID-19 varian Omicron menghambat sejumlah bisnis para pengusaha di Australia, ketika pembatasan diberlakukan untuk meredam penularan di negara itu.

Tahun lalu, Havana Tan berusaha menjalankan restorannya di Melbourne di tengah aturan lockdown, dan gelombang Omicron musim panas ini telah menjadi masa yang paling sulit untuk bisnisnya.

"Saya akan mengatakan ini adalah periode tersulit yang sebenarnya kami hadapi sejauh ini," ungkap Havana Tan, pemilik restoran Saint Germain di Melbourne, dikutip dari laman ABC News, Kamis (20/1/2022).

"Bahkan pembukaan di tengah pandemi, yang setidaknya ada bantuan pemerintah; sekarang kita masih kesulitan dantidak mendapat keringanan sewa yang sama," bebernya.

Masalah ini telah banyak disuarakan oleh banyak pengusaha di Australia, baik usaha besar maupun kecil, saat mereka berjuang dengan kekurangan staf, penundaan rantai pasokan, dan penurunan demand dari pelanggan selama musim panas.

Hambatan yang dihadapi Havana semakin sulit ketika hendak membuka kembali restorannya setelah liburan Natal, dia mendapati sebagian besar stafnya terpapar COVID-19 atau kontak dekat pasien yang terinfeksi.

Kasus tersebut membuat restorannya terpaksa tutup selama lima hari.

Sejak saat itu, penempatan staf menjadi sulit.

Dia menelepon stafnya setiap pagi, dan selalu menghitung apakah dia punya cukup uang untuk membuka restorannya.

Ketidakpastian itu, ungkapnya, lebih buruk musim panas ini daripada apa yang dia hadapi selama lockdown sebelumnya.

"Ada ketidakpastian, tetapi saya pikir ini lebih tidak pasti karena ini adalah hal sehari-hari," cerita Havana. Ditambah lagi, dia juga melihat penurunan demand.

Havana memperkirakan bisnisnya beroperasi hanya 60 persen dari biasanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengusaha di Perth Kekurangan Pekerja karena COVID-19

Ilustrasi Bisnis (Image by mohamed Hassan from Pixabay)
Ilustrasi Bisnis (Image by mohamed Hassan from Pixabay)

Kemudian di Perth, Australia Barat, seorang pengusaha bernama Grant Johnston mengkhawatirkan masalah yang sama, tetapi dalam skala yang jauh lebih besar.

Johnston menjalankan BestBar, sebuah perusahaan besar yang memasok industri konstruksi di Australia dengan baja tulangan yang mengalir melalui beton di semua properti perumahan, menara bertingkat tinggi, dan proyek infrastruktur besar pemerintah lainnya.

Johnston mempekerjakan lebih dari 400 orang di seluruh Australia dan memiliki 400 subkontraktor lainnya di perusahaannya.

Saat ini, bisnisnya sedang booming tetapi juga menghadapi risiko yang semakin banyak.

"Ini adalah saat terbaik dan terburuk untuk bisnis saya," ungkap Johnston.

Johnston mengatakan, penundaan pengiriman karena COVID-19 berarti dia harus memesan baja berbulan-bulan sebelumnya, bukan dari bulan ke bulan.

Musim panas ini, dengan sejumlah besar proyek dalam pembukuan perusahaannya, dia memastikan bisnisnya memiliki banyak baja.

Tetapi sekarang dia telah kehilangan sekitar 15 persen dari tenaga kerjanya sendiri di luar Australia Barat karena COVID-19, dengan banyak anggota stafnya merawat pasangan atau anak-anak mereka yang juga sakit atau terisolasi.

"Bukan hanya mereka (anggota staf) yang terkena COVID-19, sekarang seluruh keluarga mereka juga terkena COVID-19 dan kemudian itu mempengaruhi seluruh keluarga," kata Johnston.

"Kami jelas harus memberi semua staf cuti sakit dan mereka mendapatkannya, dan di neraca kami itu baik-baik saja karena memang disediakan," terang Johnston.

"Tetapi kami terus mengeluarkan uang dan tidak memiliki pemasukan karena kami tidak bisa mendapatkan baja di tempat," keluhnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya