Liputan6.com, Jakarta - Indonesia lagi-lagi tak kuasa menahan banjir produk impor dari China. Kali ini, produk pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) asal Negeri Tirai Bambu yang sudah menguasai pasar domestik.
Pangsa pasar AC lokal bahkan hanya kebagian sedikit, yakni berkisar 20 persen. Sementara 80 persen sisanya masih impor, dimana mayoritas dikuasai AC impor dari China.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, banjir AC impor dari China ini merupakan konsekuensi liberalisasi bagi Indonesia, yang terlalu fokus pada banyaknya perjanjian dagang internasional.
Advertisement
"Memang ada semacam liberalisasi di pasar elektronik, karena selama ini jargon TKDN (tingkat komponen dalam negeri) sekadar hanya jargon. Tapi dalam realisasinya pun juga masih lambat implementasinya," ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu (5/3/2022).
"Kemudian, liberalisasi sebagai konsekuen Indonesia juga bergabung dalam berbagai kesepakatan di perdagangan bebas. Baik di kawasan, misalnya Asean-China. Kemudian sekarang juga ada RCEP," imbuhnya.
Lewat perjanjian dagang itu, otomatis beberapa produk harus dibebaskan bea masuk atau biaya impornya. Itu membuat produsen China yang sudah memiliki daya saing sangat bagus, efisien, punya ruang gerak lebih lias.
"Juga ada subsidi dari Pemerintah China untuk mendorong pembangunan kawasan industri, khususnya yang berorientasi ekspor," kata Bhima.
"Ya ditambah liberalisasi. Akhirnya membuat indonesia pasti akan kebanjiran produk-produk elektronik, AC dan lain-lainnya, khususnya dari China," singgungnya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Curhat Panasonic
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) Daniel Suhardiman mengungkapkan, AC impor China mendapat bantuan dari pemerintahnya, yakni dalam bentuk pemotongan pajak ekspor (tax rebate). Pada akhirnya, pasar Indonesia terkena gempuran AC impor yang sangat murah.
"Produk AC impor produk OEM (Original Equipment Manufacturing) dari China arusnya semakin deras lagi, karena pemerintah China memberikan fasilitas Export Tax Rebate hingga 17 persen bagi eksportir di negaranya," jelasnya.
Sementara produksi dalam negeri dikatakan sangat sulit bersaing dengan produk OEM impor China yang telah mendapat insentif. Melihat situasi ini, Daniel berharap pemerintah berpihak pada industri AC dalam negeri yang saat ini telah mencapai TKDN 40 persen.
Selain kondisi pasar dalam negeri yang cukup sulit saat ini, harus bersaing pula dengan produk impor yang bersubsidi. "Di sisi lain sejak pandemi ini harga bahan baku dan biaya logistik masih tinggi serta belum kembali normal," ungkapnya.
Advertisement