Pengusaha Jerman Menyesal Jual Startup Buatannya ke Microsoft Meski Dirinya Jadi Miliarder

Microsot membeli Wunderlist dari pengusaha Jerman senilai Rp 1,4 triliun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Mar 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 21:00 WIB
Logo Microsoft (Dok. Microsoft)
Logo Microsoft (Dok. Microsoft)

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 2015, Microsoft membeli aplikasi Wunderlist dengan harga antara USD 100 juta ( (Rp 1,4 triliun) dan USD 200 juta (Rp 2,8 triliun).

Namun, pendiri aplikasi itu, yakni Christian Reber, mengungkapkan dirinya menyesali penjualan tersebut.

"Saya pikir menjual Wunderlist adalah pengalaman yang aneh bagi saya,” kata pengusaha yang berbasis di Berlin itu, dikutip dari CNBC, Jumat (11/3/2022).

"Saya merasa seperti kehilangan seorang anak dan sebagai ayah dari dua anak, saya merasa bisa mengatakan itu," ungkap dia.

"Saya benar-benar merasa seperti mengalami depresi. Saya merasa benar-benar tidak bahagia," lanjut dia.

Wunderlist adalah aplikasi To-do List (task manager) berbasis komputasi awan atau cloud dan mengumpulkan sekitar 16 juta pengguna.

Salah satu nilai jual terbesarnya adalah pengguna dapat mengaksesnya di ponsel dan juga komputer mereka.

Menjual aplikasi tersebut pun bukan keputusan yang mudah, ungkap Reber. "Saya merasa seperti saya benar-benar terputus dari tim saya dan dari perusahaan yang saya buat," katanya.

Reber sekarang percaya bahwa dia tidak siap secara mental untuk menjual Wunderlist, yang telah dia bangun sebesar mungkin selama lima tahun.

"Menjualnya tiba-tiba terasa sangat tidak intuitif," imbuh Reber.

Membutuhkan Waktu

Wunderlist
Wunderlist (play.google.com)

Ketika Microsoft datang untuk membeli Wunderlist, mitra Reber, yakni Charlette Prevot, sedang hamil.

Prevot mendirikan Wunderlist bersama Reber dan empat orang lainnya. "Pilihan yang harus saya buat sebagai pendiri adalah apakah saya meningkatkan putaran pertumbuhan dan mencoba mengubahnya menjadi bisnis yang menguntungkan, atau saya menjualnya dengan jumlah uang yang sangat menguntungkan dan keluarga saya mendapatkan kemandirian," kata Reber.

"Ketika saya menjualnya, saya tidak pernah merayakannya, saya tidak berpesta, tidak pergi untuk makan malam mewah. Saya kerap mengabaikan setiap email dan merasa sedih," ungkapnya.

Reber pun membutuhkan waktu satu atau dua tahun untuk mulai menerima keputusannya tersebut.

Tak lama setelah dijual pada tahun 2019, Microsoft mengumumkan rencananya untuk menutup Wunderlist dan menggantinya dengan Microsoft To Do.

Pada bulan September tahun itu, Reber mengajukan tawaran untuk kembali membeli aplikasi tersebut.

"Masih sedih Microsoft ingin menonaktifkan Wunderlist, meskipun masyarakat masih menyukai dan menggunakannya," tulis Reber di Twitter pada September 2019.

"Tolong izinkan saya membelinya kembali," katanya pada saat itu, mengarahkan permohonannya langsung kepada CEO Microsoft Satya Nadella dan Marcus Ash, wakil presiden produk dan teknik Microsoft.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya