Liputan6.com, Jakarta - Nasib TikTok di Amerika Serikat (AS) masih belum jelas, setelah dilarang beroperasi oleh Mahkamah Agung AS dengan keputusan mulai berlaku pada 19 Januari 2025.
Namun, sebelum keputusan berlaku, aplikasi tersebut tiba-tiba langsung offline selama 13 jam sebelum akhirnya kembali aktif berkat intervensi Presiden AS ke-47, Donald Trump.
Baca Juga
Terkini, Donald Trump mengungkap informasi tentang bagaimana nasib TikTok di Amerika Serikat tersebut.
Advertisement
Dilansir GSM Arena, Selasa (11/3/2025), Trump mengungkap ada empat kelompok berbeda tertarik untuk membeli operasi TikTok di AS.
Berbicara dengan wartawan saat di atas Air Force One, Presiden ke-47 AS tersebut tidak merinci siapa saja pihak yang siap mengakuisisi platform berbagi video populer tersebut.
Sejumlah nama besar sempat dikaitkan dengan potensi akuisisi TikTok ini. Sebelumnya, kelompok dipimpin YouTuber populer MrBeast dan didukung oleh salah satu pendiri dan CEO Roblox menyatakan tertarik untuk membeli TikTok.
Sementara itu, pemilik LA Dodgers Frank McCourt dan investor Kevin O'Leary dari Shark Tank juga menunjukkan minat serupa.
Selain itu, rumor menyebutkan Elon Musk dan Microsoft juga sedang mempertimbangkan langkah untuk mengajukan penawaran. Jika benar, ini bisa menjadi akuisisi teknologi terbesar dalam sejarah.
Sementara itu, perintah eksekutif Trump yang menunda penegakan larangan TikTok selama 75 hari memberikan sedikit ruang bagi negoisasi dan kemungkinan kesepakatan bisnis antara ByteDance dan pembeli potensial.
Dengan lebih dari 70 juta pengguna aktif di AS, masa depan TikTok kini berada di persimpangan jalan. Apakah akan diakuisisi atau menghadapi nasib lebih drastis? Kita tunggu kabar selanjutnya.
ByteDance Cari Alternatif Selain Jual TikTok agar Tetap Bisa Beroperasi di AS
ByteDance, perusahaan induk TikTok, dilaporkan tengah menjajaki opsi untuk menjaga operasional layanan mereka di Amerika Serikat (AS) tanpa perlu menjualnya. Hal itu disampaikan oleh anggota dewan ByteDance, Bill Ford.
Seperti dikutip dari Financial Post, Jumat (24/1/2025), dalam wawacara ketika menghadiri World Economic Forum, Bill menuturkan, TikTok sedang mempertimbangkan beberapa alternatif agar bisa mematuhi undang-undang di AS.Â
Salah satunya opsi yang sedang dipertimbangkan adalah perubahan kendali operasional secara lokal. Karenanya, General Atlantic perusahaan ekuitas swasta yang memegang saham di ByteDance, optimistis solusi dapat ditemukan.
"Ada sejumlah alternatif yang bisa kami diskusikan dengan Presiden Donald Trump dan timnya, yang memungkinkan perusahaan tetap beroperasi tanpa harus menjual, mungkin dengan perubahan kendali tertentu," tutur Bill.
Advertisement
Optimistis Bisa Berjalan Lancar
Selain itu, ia juga optimistis pada dialog yang berkembang antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Ia berharap dialog dapat menciptakan lingkungan yang lebih konstruktif untuk penyelesaian masalah ini.
"Saya optimistis dengan dialog yang muncul antara Presiden Trump dan Presiden Xi. Hal ini dapat membantu menciptakan keterlibatan yang lebih positif dan menghasilkan solusi yang konstruktif," ujar Bill.
Saat ini, Presiden Trump diketahui telah menandatangani serangkaian perintah eksekutif, yang salah satu isinya adalah penangguhan sementara undang-undang yang melarang aplikasi TikTok di AS.
Dengan perintah eksekutif tersebut, Departemen Kehakiman tidak akan memberlakukan "Undang-Undang Melindungi Warga Amerika dari Aplikasi yang Dikendalikan Musuh Asing" selama 75 hari, yang secara efektif memperpanjang jangka waktu untuk mencapai kesepakatan.
