Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut pembangkit listrik tenaga panas bumi jadi yang paling potensial di Indonesia. ini berkaitan dengan transisi energi menuju energi baru terbarukan.
Bukan tanpa alasan, Nicke mengatakan hal itu lantaran Indonesia masuk dalam bagian dari cincin api dunia. Artinya dengan banyaknya gunung api di Indonesia, jadi hal yang potensial untuk dilirik sebagai pembangkit listrik geothermal.
“Di sisi pembangkit geothermal ini, Indonesia punya potensi karena indonesia sendiri masih dalam ring of fire,” katanya dalam Media Briefing Pertamina, Jumat (18/3/2022).
Advertisement
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto menyampaikan Indonesia menempati posisi kedua paling banyak dalam instalasi pembangkit geothermal di dunia. besaran energinya mencakup sebesar 2.276 MW dengan 13 pembangkit di Indonesia.
“Indonesia menempati posisi kedua paling banyak terkait instalasi pembangkit tenaga geothermal ini di dunia,” katanya.
Besaran itu masih berada dibawah Amerika Serikat dengan 3.722 MW. Di bawah Indonesia ada Filipina dengan 1.918 MW, Turki dengan 1.710, dan New Zealand dengan 1.037 MW.
Sementara itu, menurut materi paparannya, total kapasitas geothermal di seluruh dunia pada 2021 sebesar 15.854 MW yang tersebar di banyak negara di dunia.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prioritas
Nicke Widyawati menyebut isu transisi energi menuju energi bersih harus jadi prioritas. Ia menilai ini telah jadi topik dan tujuan utama dari berbagai forum internasional.
Diantaranya, Presidensi G20 Indonesia yang saat ini memasukkan topik transisi energi sebagai topik utama diantara dua topik lainnya. Nicke menyebut, Pertamina berkontribusi banyak dalam mendorong transisi energi ini.
“Saat ini, transisi energi adalah isu yang harus jadi prioritas, dan sebagai perusahaan energi, Pertamina harus menjadi pemimpin dalam mengejar target bauran energi bersih di Indonesia,” katanya.
Dalam konteks mengejar transisi energi, pemerintah telah menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030 mendatang. Nicke mengaku, Pertamina siap mendukung upaya pemerintah tersebut untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan emisi lainnya yang menyebabkan pemanasan global.
Nicke membeberkan ada delapan pilar transisi energi. Pertama, meningkatkan kilang Pertamina untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, pengembangan lebih lanjut Bioenergi dalam bentuk biomassa dan bioetanol, dan mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kapasitas panas bumi terbesar serta komersialisasi hidrogen.
Kemudian, Pertamina juga mengambil peran strategis dalam ekosistem baterai yang terintegrasi di Indonesia. Nicke menyebut pihaknya juga memperkuat gasifikasi terintegrasi untuk sektor rumah tangga hingga industri. Lalu, di bidang pembangkit listrik, Nicke menegaskan komitmennya menekan jejak karbon.
Advertisement