Hari Kartini 21 April 2022 Jadi Libur Nasional? Ini Penjelasannya

Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Apr 2022, 23:50 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2022, 21:49 WIB
Ilustrasi kata-kata bijak, wanita, R.A Kartini
Ilustrasi Hari Kartini 21 April. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia menyambut Hari Kartini, untuk memperingati pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.

Sebagai informasi, Hari Kartini yang bertepatan pada 21 April ditetapkan sebagai Hari Nasional sejalan dengan terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 108 Tahun 1964.

Sementara itu, apakah Hari Kartini 21 April termasuk dalam Libur Nasional?

Menurut daftar libur dan cuti yang dirilis pemerintah pada 7 April 2022, Hari Kartini 21 April tidak termasuk dalam hari libur nasional.

Hari libur nasional dan cuti bersama 2022 tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama (Menag), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB) Nomor 375 Tahun 2022, Nomor 1 Tahun 2022, Nomor 1 Tahun 2022.

Dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet RI, berikut daftar libur nasional yang tertuang dalam SKB:

– 1 Januari : Tahun Baru 2022 Masehi

– 1 Februari : Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili

– 28 Februari : Isra Mikraj Nabi Muhammad saw

– 3 Maret : Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944

– 15 April : Wafat Isa Almasih/Wafat Yesus Kristus

– 1 Mei : Hari Buruh Internasional

– 2-3 Mei : Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah

– 16 Mei : Hari Raya Waisak 2566 BE

– 26 Mei : Kenaikan Isa Almasih/Kenaikan Yesus Kristus

– 1 Juni : Hari Lahir Pancasila

– 9 Juli : Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah

– 30 Juli : Tahun Baru Islam 1444 Hijriah

– 17 Agustus : Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

– 8 Oktober : Maulid Nabi Muhammad saw

– 25 Desember : Hari Raya Natal 

 

Adapun jadwal cuti bersama yang ditetapkan sebagai berikut: 29 April, 4 Mei, 5 Mei, dan 6 Mei : Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sejarah R.A Kartini

Ilustrasi Hari Kartini
Ilustrasi Hari Kartini. Celebration vector created by freepik - www.freepik.com

Hari Kartini merupakan hari untuk mengenang jasa Raden Adjeng Kartini sebagai pahlawan perempuan dan pejuang emansipasi perempuan di Tanah Air.

Diketahui bahwa R.A. Kartini sangat dikenal di Indonesia sebagai pahlawan yang gigih memperjuangkan emansipasi perempuan.

Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, ini dikenal sebagai sosok yang mempelopori kesetaraan antara perempuan dan pria di Indonesia. 

Semasa hidupnya, R.A. Kartini merasa banyak diskriminasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan pada masa itu di mana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan.

Dikutip laman Kemdikbud, Rabu (20/4/2022), R.A. Kartini lahir dari keluarga bangsawan dari seorang ayah yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Jepara dan Ibunya bernama M.A. Ngasirah. 

Sebagai seorang bangsawan, R.A. Kartini berhak memperoleh pendidikan. Ayahnya kemudian menyekolahkan Kartini di ELS (Europese Lagere School). Di sana R.A. Kartini belajar bahasa Belanda. Lantaran tradisi ketika itu, anak perempuan harus tinggal di rumah untuk ‘dipingit’, maka Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun.

Disinilah sejarah perjuangan R.A. Kartini bermula. Selama tinggal di rumah, Kartini belajar sendiri dan mulai menulis surat-surat kepada teman korespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda. 

Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari Abendanon, Kartini mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang  kemajuan berpikir perempuan Eropa. Lalu timbulah keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu memiliki status sosial yang amat rendah.


Perhatian Kartini pada Emansipasi Perempuan

Ibu Kartini
Ilustrasi Ibu Kartini (Liputan6.com/Johan Fatzry)

R.A. Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan Eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa Belanda.

Sedangkan di usianya yang ke-20, Kartini banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa Belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.

Kartini juga mulai banyak membaca De Locomotief, surat kabar dari Semarang yang ada di bawah asuhan Pieter Brooshoof.

Adapun leestrommel, sebuah paketan majalah yang didapatkan Kartini yang dikirimkan oleh toko buku kepada langganan mereka yang di dalamnya terdapat majalah-majalah tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 

Kartini kecil sering juga mengirimkan beberapa tulisan yang kemudian ia kirimkan kepada salah satu majalah perempuan Belanda yang ia baca, yaitu De Hollandsche Lelie.

Buku-buku bertuliskan Belanda tersebut membuat pikiran Kartini semakin terbuka dan semakin maju.

Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi perempuan, tetapi juga masalah sosial umum. 

infografis Journal_ Sederat Fakta Perjalanan Hidup R.A Kartini
infografis Journal_ Sederat Fakta Perjalanan Hidup R.A Kartini (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya