21 April Memperingati Hari Apa: Mengenal Lebih Dalam Hari Kartini

Pelajari sejarah dan makna peringatan Hari Kartini setiap 21 April. Simak perjuangan R.A. Kartini dan relevansinya di era modern.

oleh Fitriyani Puspa Samodra Diperbarui 19 Feb 2025, 10:19 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 10:19 WIB
21 april memperingati hari apa
21 april memperingati hari apa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati sebuah hari bersejarah yang dikenal sebagai Hari Kartini. Peringatan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap sosok Raden Ajeng Kartini, seorang pahlawan nasional yang dikenal luas atas perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Namun, apa sebenarnya makna di balik peringatan ini dan mengapa sosok Kartini begitu penting dalam sejarah Indonesia? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sejarah Penetapan Hari Kartini

Penetapan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini memiliki latar belakang historis yang menarik. Keputusan ini diambil berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964. Dalam keputusan tersebut, tidak hanya ditetapkan Hari Kartini, tetapi juga mengukuhkan R.A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Pemilihan tanggal 21 April bukan tanpa alasan. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran R.A. Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Dengan menetapkan hari kelahirannya sebagai Hari Kartini, pemerintah Indonesia bermaksud untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan.

Sejak penetapannya, Hari Kartini telah menjadi momen penting dalam kalender nasional Indonesia. Peringatan ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk merefleksikan kembali perjuangan Kartini dan relevansinya dengan kondisi perempuan Indonesia saat ini.

Siapakah R.A. Kartini?

Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan R.A. Kartini, adalah sosok yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Kartini tumbuh dalam lingkungan keluarga bangsawan Jawa. Ia adalah putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang Bupati Jepara, dengan M.A. Ngasirah.

Meskipun lahir dalam keluarga bangsawan, Kartini memiliki pandangan yang jauh berbeda dari kebanyakan perempuan pada zamannya. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, kritis, dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Kartini mendapat kesempatan untuk bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) atau setara dengan Sekolah Dasar, sebuah privilese yang tidak dimiliki oleh kebanyakan anak perempuan pribumi pada masa itu.

Namun, sesuai dengan adat Jawa pada masa itu, Kartini harus menjalani masa pingitan saat memasuki usia remaja. Selama masa pingitan ini, Kartini tidak diperbolehkan keluar rumah dan harus mempersiapkan diri untuk pernikahan. Meskipun demikian, semangat belajar Kartini tidak pernah padam. Ia memanfaatkan waktunya untuk membaca buku-buku dan berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda.

Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh Kartini selama masa pingitan inilah yang kemudian membentuk pemikiran-pemikirannya tentang emansipasi wanita, pendidikan, dan kesetaraan gender. Ia mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan dan bagaimana ketidaksetaraan gender telah membatasi potensi perempuan Indonesia.

Perjuangan R.A. Kartini

Perjuangan R.A. Kartini tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya pada zamannya. Pada awal abad ke-20, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, masih sangat kental dengan budaya patriarki. Perempuan seringkali dianggap sebagai warga kelas dua yang perannya terbatas pada urusan rumah tangga. Pendidikan dan partisipasi dalam kehidupan publik masih menjadi hal yang tabu bagi kebanyakan perempuan.

Dalam kondisi inilah Kartini memulai perjuangannya. Beberapa aspek penting dari perjuangan Kartini meliputi:

  • Pendidikan untuk Perempuan: Kartini meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan perempuan dari keterbatasan dan ketidakadilan. Ia bercita-cita untuk mendirikan sekolah khusus perempuan, di mana para gadis dapat belajar dan mengembangkan potensi mereka.
  • Penentangan terhadap Poligami: Kartini dengan tegas menentang praktik poligami yang umum terjadi pada masa itu. Ia melihat poligami sebagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan.
  • Emansipasi Wanita: Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk dalam bidang politik dan ekonomi.
  • Penghapusan Diskriminasi Gender: Melalui tulisan-tulisannya, Kartini mengkritik berbagai bentuk diskriminasi gender yang ada dalam masyarakat Jawa pada masa itu.

Perjuangan Kartini tidak hanya terbatas pada aksi-aksi nyata, tetapi juga tercermin dalam pemikiran-pemikirannya yang ia tuangkan dalam surat-surat kepada teman-temannya di Belanda. Surat-surat ini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan dalam buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911.

Warisan dan Pengaruh R.A. Kartini

Meskipun R.A. Kartini meninggal pada usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun, pengaruh dan warisannya terus hidup hingga saat ini. Pemikiran-pemikiran Kartini telah menjadi inspirasi bagi gerakan emansipasi wanita di Indonesia dan bahkan di luar negeri. Beberapa warisan penting dari Kartini meliputi:

  • Inspirasi bagi Gerakan Perempuan: Perjuangan Kartini menjadi inspirasi bagi banyak gerakan perempuan di Indonesia. Ia dianggap sebagai pelopor feminisme di Indonesia.
  • Pengaruh dalam Bidang Pendidikan: Cita-cita Kartini untuk memberikan pendidikan bagi perempuan telah mendorong berdirinya banyak sekolah khusus perempuan di Indonesia.
  • Perubahan Paradigma: Pemikiran Kartini telah membantu mengubah paradigma masyarakat Indonesia tentang peran dan posisi perempuan dalam masyarakat.
  • Karya Sastra: Surat-surat Kartini yang dikumpulkan dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" menjadi karya sastra penting yang terus dibaca dan dikaji hingga saat ini.

Pengaruh Kartini tidak hanya terbatas pada masanya, tetapi terus relevan hingga saat ini. Banyak prinsip dan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini masih menjadi isu penting dalam konteks kesetaraan gender di Indonesia modern.

Peringatan Hari Kartini di Era Modern

Di era modern, peringatan Hari Kartini telah mengalami berbagai transformasi. Meskipun esensi dari peringatan ini tetap sama, yaitu menghormati perjuangan Kartini dan mempromosikan kesetaraan gender, cara perayaannya telah berkembang seiring waktu. Beberapa bentuk peringatan Hari Kartini di era modern meliputi:

  • Upacara dan Perayaan Formal: Banyak institusi, termasuk sekolah dan kantor pemerintah, mengadakan upacara khusus pada tanggal 21 April untuk memperingati Hari Kartini.
  • Lomba dan Kegiatan Kreatif: Berbagai lomba dan kegiatan kreatif sering diadakan untuk memperingati Hari Kartini, seperti lomba memasak, fashion show pakaian tradisional, atau lomba menulis esai tentang emansipasi wanita.
  • Seminar dan Diskusi: Banyak organisasi mengadakan seminar dan diskusi untuk membahas isu-isu terkini seputar kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
  • Kampanye Media Sosial: Di era digital, peringatan Hari Kartini juga merambah ke media sosial dengan berbagai kampanye dan hashtag khusus.
  • Program Pemberdayaan Perempuan: Beberapa lembaga memanfaatkan momentum Hari Kartini untuk meluncurkan atau mempromosikan program-program pemberdayaan perempuan.

Meskipun bentuk perayaannya beragam, tujuan utama dari peringatan Hari Kartini tetap sama, yaitu untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Relevansi Perjuangan Kartini di Era Modern

Meskipun lebih dari satu abad telah berlalu sejak masa hidup Kartini, banyak aspek dari perjuangannya yang masih relevan dengan kondisi perempuan Indonesia saat ini. Beberapa isu yang masih menjadi tantangan meliputi:

  • Akses Pendidikan: Meskipun telah ada kemajuan signifikan, masih ada kesenjangan dalam akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan di beberapa daerah di Indonesia.
  • Kesetaraan di Dunia Kerja: Perempuan masih menghadapi berbagai bentuk diskriminasi di tempat kerja, termasuk dalam hal gaji dan kesempatan untuk menduduki posisi kepemimpinan.
  • Kekerasan Berbasis Gender: Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan masih menjadi isu serius di Indonesia.
  • Representasi Politik: Meskipun ada peningkatan, representasi perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan masih belum setara.
  • Stereotip Gender: Stereotip dan ekspektasi sosial terhadap peran gender masih kuat dalam masyarakat Indonesia.

Menghadapi tantangan-tantangan ini, semangat dan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini masih sangat relevan. Perjuangan untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan masih perlu dilanjutkan dalam konteks modern.

Kritik dan Kontroversi Seputar Hari Kartini

Meskipun Hari Kartini telah lama diperingati dan dihormati di Indonesia, tidak berarti peringatan ini bebas dari kritik dan kontroversi. Beberapa pandangan kritis terhadap peringatan Hari Kartini meliputi:

  • Simplifikasi Perjuangan: Beberapa kritikus berpendapat bahwa peringatan Hari Kartini terkadang terlalu menyederhanakan kompleksitas perjuangan Kartini dan gerakan perempuan di Indonesia.
  • Fokus pada Aspek Simbolis: Ada kritik bahwa peringatan Hari Kartini seringkali lebih berfokus pada aspek simbolis (seperti mengenakan pakaian tradisional) daripada substansi perjuangan Kartini.
  • Pengabaian Tokoh Perempuan Lain: Beberapa pihak merasa bahwa fokus yang berlebihan pada Kartini dapat mengabaikan kontribusi tokoh-tokoh perempuan lain dalam sejarah Indonesia.
  • Relevansi di Era Modern: Ada pertanyaan tentang sejauh mana perjuangan Kartini masih relevan dengan tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia saat ini.
  • Interpretasi Sejarah: Beberapa sejarawan mempertanyakan akurasi dari beberapa narasi populer tentang kehidupan dan perjuangan Kartini.

Terlepas dari kritik-kritik ini, mayoritas masyarakat Indonesia tetap memandang Hari Kartini sebagai momen penting untuk merefleksikan kemajuan dan tantangan dalam hal kesetaraan gender di Indonesia.

Peran Pemerintah dalam Memperingati Hari Kartini

Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam memperingati Hari Kartini dan mempromosikan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini. Beberapa upaya pemerintah meliputi:

  • Penyelenggaraan Acara Nasional: Setiap tahun, pemerintah menyelenggarakan acara-acara nasional untuk memperingati Hari Kartini, termasuk upacara resmi dan berbagai kegiatan tematik.
  • Kebijakan dan Program: Pemerintah menggunakan momentum Hari Kartini untuk meluncurkan atau mempromosikan kebijakan dan program yang mendukung pemberdayaan perempuan.
  • Pendidikan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengintegrasikan pembelajaran tentang Kartini dan perjuangannya dalam kurikulum sekolah.
  • Penghargaan: Pemerintah sering memberikan penghargaan kepada perempuan-perempuan berprestasi pada peringatan Hari Kartini.
  • Kampanye Publik: Melalui berbagai media, pemerintah melakukan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.

Upaya-upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa semangat perjuangan Kartini terus hidup dan relevan dalam konteks Indonesia modern.

Hari Kartini dalam Konteks Global

Meskipun Hari Kartini adalah peringatan nasional Indonesia, perjuangan dan nilai-nilai yang dipromosikan oleh Kartini memiliki resonansi global. Dalam konteks internasional, Hari Kartini dapat dilihat sebagai bagian dari gerakan global untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Beberapa aspek global dari Hari Kartini meliputi:

  • Perbandingan dengan Tokoh Perempuan Internasional: Perjuangan Kartini sering dibandingkan dengan tokoh-tokoh perempuan internasional seperti Simone de Beauvoir atau Virginia Woolf.
  • Kontribusi pada Wacana Feminisme Global: Pemikiran Kartini memberikan perspektif unik dari sudut pandang perempuan Asia dalam wacana feminisme global.
  • Inspirasi bagi Gerakan Perempuan di Negara Berkembang: Perjuangan Kartini menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan di negara-negara berkembang lainnya, terutama dalam konteks perjuangan melawan kolonialisme dan patriarki.
  • Relevansi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB: Nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, khususnya tujuan kesetaraan gender.

Dengan melihat Hari Kartini dalam konteks global, kita dapat memahami bagaimana perjuangan lokal dapat memiliki dampak dan relevansi yang lebih luas.

Peran Media dalam Memperingati Hari Kartini

Media, baik tradisional maupun digital, memainkan peran penting dalam memperingati Hari Kartini dan menyebarluaskan nilai-nilai yang diperjuangkannya. Beberapa peran media meliputi:

  • Penyebaran Informasi: Media berperan dalam menyebarkan informasi tentang sejarah Kartini dan makna Hari Kartini kepada masyarakat luas.
  • Platform Diskusi: Media menyediakan platform untuk diskusi dan debat tentang isu-isu terkini seputar kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
  • Liputan Acara: Media meliput berbagai acara dan kegiatan yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Kartini.
  • Kampanye Digital: Melalui media sosial dan platform digital lainnya, media membantu mempromosikan kampanye-kampanye terkait Hari Kartini.
  • Profil Perempuan Inspiratif: Media sering menampilkan profil perempuan-perempuan inspiratif yang dianggap meneruskan semangat Kartini di era modern.

Peran media ini sangat penting dalam memastikan bahwa pesan dan nilai-nilai Hari Kartini terus relevan dan dapat diakses oleh generasi baru.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai sejak masa Kartini, masih ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya mencapai kesetaraan gender di Indonesia. Beberapa tantangan dan peluang di masa depan meliputi:

  • Tantangan:
    • Mengatasi kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan
    • Meningkatkan partisipasi perempuan dalam bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika)
    • Menghapuskan berbagai bentuk kekerasan berbasis gender
    • Mengatasi stereotip gender yang masih kuat dalam masyarakat
    • Meningkatkan representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan
  • Peluang:
    • Memanfaatkan teknologi digital untuk pemberdayaan perempuan
    • Mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif gender
    • Meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam mempromosikan kesetaraan gender
    • Mendorong partisipasi aktif laki-laki dalam gerakan kesetaraan gender
    • Mengintegrasikan perspektif gender dalam semua aspek pembangunan nasional

Dengan memahami tantangan dan peluang ini, kita dapat lebih baik dalam merencanakan strategi untuk melanjutkan perjuangan Kartini di masa depan.

Kesimpulan

Peringatan Hari Kartini pada tanggal 21 April setiap tahunnya bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momen penting untuk merefleksikan perjalanan panjang perjuangan kesetaraan gender di Indonesia. Sosok R.A. Kartini, dengan visi dan perjuangannya yang visioner, telah meletakkan fondasi bagi gerakan emansipasi wanita di Indonesia.

Meskipun telah lebih dari satu abad berlalu sejak masa hidup Kartini, nilai-nilai dan semangat yang ia perjuangkan tetap relevan hingga saat ini. Kesetaraan akses pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih menjadi isu-isu penting yang perlu terus diperjuangkan.

Di era modern, peringatan Hari Kartini telah berkembang menjadi lebih dari sekadar mengenang sosok pahlawan nasional. Ini telah menjadi momen untuk mengevaluasi pencapaian, mengidentifikasi tantangan yang masih ada, dan merencanakan langkah-langkah konkret menuju kesetaraan gender yang lebih baik.

Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perjuangan Kartini dalam konteks modern. Ini berarti tidak hanya memahami sejarah, tetapi juga aktif berpartisipasi dalam upaya-upaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

Akhirnya, peringatan Hari Kartini pada 21 April seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk kesetaraan dan keadilan adalah proses yang berkelanjutan. Dengan menghormati warisan Kartini dan mengadaptasikannya dengan tantangan kontemporer, kita dapat terus bergerak maju menuju visi masyarakat yang lebih inklusif dan setara sebagaimana yang diimpikan oleh Kartini lebih dari satu abad yang lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya