Pemulihan Ekonomi China Bakal Lamban Karena Covid-19

Eekonom memprediksi ekonomi China tidak akan pulih dengan cepat dari wabah terbaru Covid-19. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Mei 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2022, 12:00 WIB
Kasus COVID-19 Meroket, China Lockdown Shanghai
Kapal berlayar di sepanjang Sungai Huangpu di distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan pencegahan Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). Jutaan orang di China pusat keuangan dikurung di rumah ketika bagian timur Shanghai dikunci untuk mengekang Covid terbesar di negara itu. (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom memprediksi ekonomi China tidak akan pulih dengan cepat dari wabah terbaru Covid-19. Para ekonomi ini memprediksi pemulihan ekonomi di China bakal berlangsung lamban. 

“Untuk China, cerita utama di sini adalah kita telah melihat cahaya di ujung terowongan. Dislokasi rantai pasokan terburuk di China dari penguncian Covid tampaknya akan berakhir," ujar Robin Xing, kepala ekonom China Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International, Selasa (24/5/2022).

"Tapi kami juga berpikir jalan menuju pemulihan kemungkinan akan lambat dan bergelombang," kata Xing.

Selama akhir pekan, distrik pusat kota Shanghai kembali melarang warga meninggalkan kompleks apartemen mereka untuk melakukan tes Covid-19 massal.

Lebih banyak wilayah di ibu kota Beijing juga meminta warga bekerja dari rumah ketika jumlah kasus harian lokal meningkat - mencapai 83 kasus pada Minggu (22/5/2022) - tertinggi untuk wabah terbaru di kota itu.

Ketika pandemi Covid-19 pertama kali melanda China pada tahun 2020, negara itu sempat bangkit dari kontraksi kuartal pertama menjadi tumbuh pada kuartal kedua.

Tahun ini, China menghadapi varian Covid-19 yang jauh lebih menular, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah secara keseluruhan, dan lebih sedikit stimulus pemerintah.

Namun sekitar seminggu lalu, Shanghai mengumumkan rencana untuk keluar dari lockdown — dan dibuka kembali sepenuhnya pada pertengahan bulan Juni 2022.

“Banyak wilayah dan kota telah memperketat pembatasan pada tanda pertama kasus lokal," terang Meng Lei, ahli strategi ekuitas China di UBS Securities, dalam sebuah catatan pekan lalu.

"Studi kasus kami di Shanghai, Jilin, Xi'an, dan Beijing menunjukkan gangguan logistik dan rantai pasokan adalah titik nyeri terbesar yang memengaruhi dimulainya kembali produksi," ungkapnya. 

"Oleh karena itu, dimulainya kembali pekerjaan kemungkinan akan dilakukan secara bertahap daripada terjadi dalam semalam," lanjut dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Wabah Terbaru Covid-19 Memperlambat New Normal di Sektor Bisnis China

Beijing Perluas Kebijakan Kerja dari Rumah
Seorang pekerja dengan pakaian pelindung menyemprotkan disinfektan di pusat perbelanjaan yang ditutup di Beijing pada Senin, 23 Mei 2022. Beijing memperpanjang perintah bagi pekerja dan siswa untuk tinggal di rumah dan memerintahkan pengujian massal tambahan pada hari Senin untuk membendung kasus COVID-19 yang kembali meningkat di ibu kota China. (AP Photo/Andy Wong)

Kepala ekonom di Hang Seng Bank China yang berbasis di Shanghai, yakni Dan Wang, mengatakan bahwa dampak paling signifikan dari naiknya kasus Covid-19 adalah bahwa hal itu mengganggu waktu pembuatan kebijakan normal.

Dia mengatakan gelombang kasus Covid-19 dan penguncian terbaru di China benar-benar baru dimulai setelah pemerintah pusat merilis rencana ekonomi tahunannya pada pertemuan parlemen "Dua Sesi" pada bulan Maret.

Dengan ekonomi China yang sangat terkelola, pertemuan tahunan ini merupakan bagian penting dari siklus pengembangan dan penerapan kebijakan nasional — lintas departemen dan wilayah negara itu.

"Gangguan rantai pasokan dan konsumsi yang lesu dapat dikelola, tetapi begitu jadwal kebijakan terganggu, sulit untuk mengembalikannya ke jalur aslinya dengan cepat,” kata Wang.

Ada begitu banyak target ekonomi yang berbeda sehingga “banyak kompromi harus dibuat antara berbagai departemen [pemerintah]," katanya.

"Hal itu telah membuat proses kebijakan sangat lambat dan tertinggal," tambah Wang.


Masih Ada Harapan

Beijing Perluas Kebijakan Kerja dari Rumah
Pekerja yang mengenakan masker mendorong troli yang berisi makanan untuk dibawa pulang melewati restoran hotpot yang tutup di Beijing pada Senin, 23 Mei 2022. Beijing memperpanjang perintah bagi pekerja dan siswa untuk tinggal di rumah dan memerintahkan pengujian massal tambahan pada hari Senin untuk membendung kasus COVID-19 yang kembali meningkat di ibu kota China. (AP Photo/Andy Wong)

Namun, ada juga kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi di China bisa datang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.

“Intinya adalah, pengalaman dari dua tahun terakhir menunjukkan bahwa resesi yang disebabkan oleh Covid-19 cenderung berakhir dengan cepat, terutama dengan respons kebijakan yang cepat dan kuat," kata Larry Hu, kepala ekonom China di Macquarie, dalam sebuah catatan pekan lalu.

Hal ini diperkuat dengan sebagian besar wilayah di China, di mana sebagian pekerjaan tetap berjalan, meskipun ada persyaratan tes Covid-19.

Sekitar 80 persen manufaktur di China sudah kembali normal. Meskipun kota besar Shenzhen menutup hampir semua bisnis selama sekitar sepekan di bulan Maret, kata Klaus Zenkel, ketua cabang Kamar Dagang Uni Eropa di China, kepada CNBC.

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19
Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya