Rupiah Terus Melemah Dekati Level 15.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah mendekati level psikologis Rp15.000 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jul 2022, 10:16 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2022, 10:16 WIB
Rupiah Tembus Rp15.000 per USD
Pegawai menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022). Melansir data Refinitiv, hingga 4 Juni 2022 pukul 11:10 WIB rupiah melemah 0,15 persen ke Rp14.957 per USD 1. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi dibuka melemah mendekati level psikologis Rp15.000 per dolar AS.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 6 poin atau 0,04 persen ke posisi 14.978 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.972 per dolar AS.

"Untuk rupiah masih terpengaruh sentimen inflasi Indonesia. Nilai inflasi yang diumumkan pekan lalu lebih tinggi dari perkiraan," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Selasa (5/7/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juni sebesar 0,61 persen (mom) atau 4,35 persen (yoy), tertinggi sejak 2017.

Penyumbang inflasi pada Juni utamanya berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras.

Sementara itu, pada Juli 2022 pemerintah akan menaikkan tarif listrik. Hal itu berpotensi untuk memacu inflasi pada periode tersebut.

"Tingginya nilai inflasi ini dinilai akan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena tingginya inflasi akan menggerus daya beli masyarakat," ujar Revandra.

Pada Senin (4/7) lalu, rupiah ditutup melemah 29 poin atau 0,19 persen ke posisi 14.972 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.943 per dolar AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inflasi Dunia Ancam Pemulihan Ekonomi RI, Sri Mulyani Was-Was

Raker Kemenkeu dengan Komisi XI DPR RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/1/2022). Rapat kerja tersebut terkait evaluasi APBN tahun 2021 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 serta rencana PEN 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 bisa mencapai 4,9 persen hingga 5,4 persen.

Alasannya, mobilitas masyarakat kian meningkat dan berbagai aktivitas ekonomi kembali berjalan seiring dengan terkendalinya Covid-19.

Hanya saja, momentum pemulihan ekonomi saat ini mengalami tekanan dari kenaikan inflasi dunia yang mulai merembes ke pasar domestik. Hal ini pun berpotensi menggerus pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sedang mengalami peningkatan.

"Konsumsi masyarakat yang akan pulih tetapi harus dilihat hati-hati karena inflasi akan menggerus dukungan dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita," kata Sri Mulyani di kompleks DPR, Jakarta, Jumat (1/7).

Tak hanya itu, sumber pertumbuhan terbesar lainnya yakni sektor investasi juga berpotensi terganggu jika inflasi terus mengalami kenaikan. Kenaikan inflasi di dalam negeri pun terancam pertumbuhannya.

"Kemungkinan akan tergerus kalau inflasi interested naik, ini bisa menurunkan investasi," katanya.

 


Jadi Penentu Ekonomi

FOTO: Pemerintah Kucurkan Rp 455,62 Triliun untuk PC-PEN 2022
Pekerja menyelesaikan proyek bangunan bertingkat di Jakarta, Kamis (24/2/2022). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mengucurkan anggaran Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) sebesar Rp 455,62 triliun di 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Artinya, dua sektor ini menjadi penentu kinerja ekonomi tahun ini rentan terhadap kenaikan inflasi. Untuk itu, bendahara negara ini akan menjaga pertumbuhan agar tetap bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.

Dia menginginkan pertumbuhan ekonomi hanya sukses dari sisi pertumbuhan angka. Melainkan juga harus bisa menciptakan kesempatan baru bagi masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

"Pemulihan ekonomi ini bukan untuk kembalikan gross tetapi menciptakan kesempatan kerja baru dan mengurangi kemiskinan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya