Barata Indonesia dan Pabrik Gula Rajawali Kerja Sama Wujudkan Swasembada

PT Barata Indonesia (Persero) melakukan kerjasama strategis dengan PT Pabrik Gula Rajawali I dalam pengembangan Pabrik Gula

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Jul 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 16:10 WIB
PT Barata Indonesia (Persero) melakukan kerjasama strategis dengan PT Pabrik Gula Rajawali I
PT Barata Indonesia (Persero) melakukan kerjasama strategis dengan PT Pabrik Gula Rajawali I, anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)/ Holding Pangan ID FOOD di bidang penyediaan sarana prasarana pabrik gula (dok: Dian)

Liputan6.com, Surabaya PT Barata Indonesia (Persero) melakukan kerja sama strategis dengan PT Pabrik Gula Rajawali I, anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)/ Holding Pangan ID FOOD di bidang penyediaan sarana prasarana pabrik gula.

Direktur Operasional PT Pabrik Gula Rajawali I, Nanik Soelistyowati mengatakan, sinergi antara kedua belah pihak tersebut akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kedua belah pihak.

"Kami sangat terbantu dengan PT Barata Indonesia yang selama ini telah menjadi partner kami untuk memenuhi kebutuhan manufaktur industri gula, karena itu kami berterimakasih atas kerjasama ini dan semoga bisa berkembang ke kerjasama di bidang lainnya,” ujar Nanik, Jumat (8/7/2022).

Sementara itu, Direktur Pemasaran Barata Indonesia, Sulistyo Handoko menyambut antusias kolaborasi yang dilakukan oleh kedua perusahaan.

"Sebagai perusahaan manufaktur nasional dengan pengalaman panjang dibidang industri agro, Barata Indonesia terbukti menghasilkan produk komponen pabrik gula yang handal dan telah terpasang di berbagai pabrik gula di penjuru tanah air," ucapnya.

 

Dukungan

Petani Tebu
Seorang petani membawa tebu untuk dijual di pabrik gula di Modinagar di Ghaziabad, New Delhi, (31/1). Pemerintah India akan fokus pada sektor pertanian dalam anggaran tahunannya yang dirilis pada 1 Februari. (AFP Photo/Prakash Singh)

Sulis mengungkapkan, perseroan berkomitmen terus mendukung pengembangan infrastruktur industri gula nasional dengan menjadi solution provider bagi pembangunan pabrik gula tanah air.

"Yang tidak kalah penting adalah kami ingin terus memberikan nilai tambah serta mendorong terciptanya kemandirian industri dalam negeri melalui komitmen penggunaan konten lokal yang tinggi," ujarnya.

Sulis berharap, kerja sama ini juga penting bagi terwujudnya ketahanan pangan serta terciptanya kemandirian industri manufaktur nasional.

"Kedepan, kami berharap kerjasama ini tidak berhenti disini saja dan Barata Indonesia bisa terus mengambil peran dalam mendukung program transformasi pangan yang sedang dicanangkan Holding Pangan ID FOOD," ucapnya.

Capai Swasembada 2025, RI Harus Produksi 3,9 Juta Ton Gula Konsumsi

Geliat Petani Tebu di Tengah Ekspansi Gula Impor
Aktivitas petani tebu di Desa Betet, Pesantren, Kediri, Jatim pada akhir September lalu. Bulog hanya membeli sekitar 100 ribu ton, sehingga sebagian petani terpaksa menjual gula dengan harga di bawah Rp 9.000 per Kg. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus memperbaiki kinerja dan menjalankan restrukturisasi perusahaan negara yang bergerak di sektor strategis.

Setelah berhasil menjalani transformasi di sektor keuangan, kesehatan, energi, pelabuhan, digital, pertambangan yang ramah lingkungan, serta sektor lainnya, dalam rangka ketahanan pangan, kini Kementerian BUMN fokus meningkatkan kapasitas gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi.

Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 menargetkan swasembada gula konsumsi di tahun 2025.

Salah satu langkah strategis Kementerian BUMN dalam menggapai swasembada gula nasional adalah pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).

Perusahaan ini merupakan sub holding dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), yang fokus di bidang industri gula, mulai dari hulu hingga hilir. PT SGN saat ini mengonsolidasikan 36 pabrik gula di seluruh Indonesia.

"Untuk mencapai swasembada GKP tahun 2025, produksi GKP dalam negeri harus sebesar 3,9 juta ton," Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), M. Abdul Ghani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).

Lebih lanjut Ghani menjelaskan, PTPN Group melalui PT SGN mendukung penuh upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada gula nasional.

Dukungan tersebut tidak semata berlandaskan perhitungan dan kalkulasi usaha dan aspek komersial. PTPN Group sebagai perusahaan BUMN, memiliki kewajiban moral untuk membangun dan mendukung ketahanan pangan, termasuk ketersediaan pasokan dan stabilitas harga gula konsumsi.

“Melalui PT SGN, PTPN Group akan melakukan transformasi kelas dunia di komoditas tebu dan gula,” ujar Abdul Ghani.

Target Operasi

gula pasir
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

PTPN Group memberikan tanggung jawab dan target operasional kepada PT SGN agar mampu memproduksi gula konsumsi sebanyak 2,6 juta ton per tahun.

Serta meningkatkan produktivitas perkebunan tebu dari 67 ton per hektare (ha) menjadi 97 ton per ha. Target ini merupakan target jangka menengah, yang harus terealisasi pada 2030.

Dalam rangka memenuhi target tersebut, PT SGN telah menyusun cetak biru (blue print) model bisnis dan operasional. Di dalam blue print tersebut, PT SGN akan meningkatkan kinerja operasional, baik di sektor hulu, maupun hilir.

Di sektor hulu, PT SGN berupaya melakukan ekstensifikasi (peningkatan produksi melalui penambahan luas lahan tebu) melalui serangkaian kerja sama pemanfaatan lahan, termasuk lahan bengkok milik pemerintah desa di seluruh Indonesia. PT SGN juga melalukan intensifikasi (peningkatan produktivitas bahan baku tebu) melalui pendampingan dan pembinaan Petani Tebu Rakyat (PTR).

“Saat ini, PTPN Group menguasai 132.524 ha lahan tebu, sedangkan total lahan tebu milik PTR mencapai 228.584 ha,” ujar Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara, Aris Toharisman.

PT SGN akan melalukan serangkaian pendekatan, pembinaan, dan pendampingan kepada PTR. Perusahaan akan memperbaiki sistem budidaya tebu melalui perbaikan kualitas bibit, pupuk, dan pestisida, pengaplikasian teknologi dan smart farming, akses permodalan dan asuransi pertanian, hingga jaminan pembelian hasil panen (off-taker).

“Melalui serangkaian pendampingan holistik, harapannya produktivitas tebu PTR meningkat,” ujar Aris.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya