Liputan6.com, Jakarta Para bank sentral negara-negara di dunia tengah merancang desain mata uang digital sebagai bentuk lain dari mata uang yang saat ini sudah ada. Desain tersebut saat ini sedang dalam pembahasan para negara anggota G20 agar kehadirannya tidak mengancam sektor tertentu yang sudah ada.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ryan Rizaldy mengatakan dalam forum global muncul isu kekhawatiran kehadiran mata uang digital berpotensi mengganggu sistem keuangan, khususnya pada perbankan.
Baca Juga
"Memang ada resiko kalau ada kesalahan sedikit dan kita tidak ingin ini bisa mengganggu sistem keuangan dan desainnya ini sedang coba dijawab," kata Ryan dalam Taklimat Media: Major Implication of Digital Currency di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) 1, Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7).
Advertisement
Dalam diskusi tersebut muncul beberapa solusi, seperti tidak mengenakan suku bunga dalam ekosistem mata uang digital. Ada juga usulan memberikan limit tertentu agar masyarakat tidak menarik uangnya dari perbankan dan memindahkannya dalam bentuk mata uang digital.
"Kalau mengacu di seminar itu, sudah ada berbagai kemungkinan solusi yang bisa ditempuh agar dampaknya lebih rendah kepada perbankan," kata Ryan.
Uji Coba
Sebelum diterapkan pun mata uang digital akan diujicobakan terlebih dulu. Kehadirannya juga kata Ryan tidak mengganggu mandat bank sentral dalam menjalankan tugasnya seperti menjaga stabilitas nilai rupiah, pelaksanaan moneter dan menjalankan kebijakan KSSK.
"Ini prinsip yang kita pegang, jadi memang ada solusi agar dampaknya lebih minim terhadap intermediasi," katanya.
Mata uang digital ini akan didesain agar bisa digunakan untuk bertransaksi. Sebagaimana produk-produk tertentu yang hanya bisa menggunakan mata uang kripto. Sehingga penggunaanya merupakan sebuah keniscayaan di masa depan.
"Kalau sekarang beli produk harus dengan aset kripto, maka di masa depan hal itu bisa jadi keniscayaan. Kita mau bertransaksi kaya apa, ini bisa jadi kesana. Kalau kripto aset saja bisa, ya kita juga bisa," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
BI: Mata Uang Digital Berpotensi Jadi Alat Tukar yang Sah
Bank sentral negara dunia saat ini tengah menjajaki kehadiran Central Bank Digital Currency (CBDC) atau mata uang digital.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menilai mata uang digital nantinya bisa memainkan peran penting dalam sistem keuangan masa depan. Alasannya mata uang digital sangat cocok digunakan sebagai alat tukar ketika bertransaksi.
"CBDC berpotensi cocok untuk digunakan sebagai alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi," kata Juda Agung saat membuka acara Tech Sprint: Central Bank Digital Currency dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2022: Digital Currency, Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7).
Juda mengatakan fitur utama dalam mata uang digital saat ini tidak ada dalam ekosistem saat ini atau dalam uang kertas tradisional. Sehingga mata uang digital harus mampu tampil sebagai instrumen untuk mempengaruhi insentif pasar. Termasuk juga untuk mengelola risiko keuangan yang muncul dari ekosistem terdesentralisasi.
"Ini adalah motivasi kuat bagi bank sentral di seluruh dunia dalam memperluas upaya mereka pada eksperimen CBDC," kata Juda.
Selanjutnya
Berdasarkan survei Bank for International Settlements (BIS) tahun 2021, mata uang digital banyak diteliti. Sebanyak 86 persen dari pusat responden bank secara aktif meneliti kasus potensial mata uang digital. Dari hasil tersebut, 60 persen di antaranya sedang dalam tahap eksperimen dan 14 persen telah menerapkan proyek percontohan.
Sementara itu, kebutuhan untuk mengeksplorasi mata uang digital sangat tinggi untuk bank sentral. Desain pilihan masih dibiarkan belum terselesaikan.
"Dalam praktiknya, kita perlu memahami bagaimana kebijakan tujuan, masalah praktis, dan kemampuan teknologi berpotongan," kata dia.
Advertisement