Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa perkembangan inflasi sampai dengan minggu keempat September 2022 sebesar 1,10 persen (mtm).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi hingga minggu keempat September 2022 yaitu bensin sebesar 0,91 persen (mtm), angkutan dalam kota sebesar 0,05 persen (mtm), angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm).
Baca Juga
"Sedangkan untuk telur ayam ras, pasir, semen dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," jelas dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (23/9/2022).
Advertisement
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ke-empat September yaitu bawang merah sebesar -0,06 persen (mtm), minyak goreng, daging ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar -0,03 persen (mtm).
Sedangkan untuk cabai rawit, tomat dan emas perhiasan masing-masing deflasi sebesar -0,02 persen (mtm), serta tarif angkutan udara sebesar -0,01 persen(mtm).
Erwin mengatakan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Menko Airlangga: Pemerintah Terus Dorong Kerja Sama Antar Daerah Tekan Angka Inflasi
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan jika pemerintah terus berupaya untuk menekan tingkat inflasi di daerah. Salah satu caranya dengan menggencarkan kerja sama antar daerah sebagai instrumen pengendalian.
Menurutnya, ada 66 kota dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tingkat inflasi di atas nasional. Diketahui, tingkat inflasi pada Agustus 2022 di angka 4,69 persen.
"Kerja sama antar daerah guna menekan inflasi akan terus didorong semakin efektif agar dapat menjaga stabilitas harga di masyarakat," kata dia dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com dengan tema Menjaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Tingginya Inflasi, Kamis (22/9/2022).
Menko Airlangga menerangkan, kondisi global mempengaruhi tingkat inflasi di berbagai negara, tak terlepas juga Indonesia. Kendati begitu, tingkat inflasi di Agustus 2022 sebesar 4,69 persen, lebih rendah dari posisi Juli 2022 4,94 persen.
Peningkatan inflasi di Juli tersebut disebabkan oleh lonjakan inflasi pangan yang tembus 11,47 persen year on year. Angka ini berhasil ditekan pemerintah menjadi 8,93 persen yoy pada Agustus 2022.
"kita akan terus menekan inflasi volatile food agar rdapat mencapa komitmen awal pada TPIP maret lalusebesar targetnya adalah 3-5 persen," ungkapnya.
Dia mencatat, tingkat inflasi lebih tinggi terjadi di beberapa negara, termasuk negara besar. Misalnya, Turki, India, Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Rusia. Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang tingkat inflasinya cukup rendah imbas dari ketidakpastian global.
Â
Advertisement
Tekanan Terhadap Pemulihan Ekonomi
Pada kesempatan itu, Menko Airlangga meyakini ketidakpastian global menekan tingkat pemulihan ekonomi di banyak negara. Ditambah dengan adanya kekhawatiran atas risiko resesi baru.
"IMF dan World Bank menyatakan bahwa terdapat risiko terjadinya resesi global dan krisis keuangan di tahun 2023," kata dia.
"Meski berada ditengah risiko ketidakpastian global yang meningkat, pertumbuhan ekonomi indonesia mampu meningkat hingga 5,44 persen yoy pada kuartal II, atau tumbuh diatas 5 persen selama tiga bulan berturut-turut," tambahnya.