Turki Krisis: Lira Anjlok dan Indeks Saham Hancur Usai Penangkapan Tokoh Oposisi

Krisis ekonomi Turki yang kompleks, disebabkan oleh kebijakan ekonomi kontroversial, sanksi AS, dan ketidakstabilan politik, berdampak pada penurunan nilai Lira, inflasi tinggi, dan ketidakpastian ekonomi global.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 22 Mar 2025, 21:30 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2025, 21:30 WIB
Ilustrasi bendera Turki. (Unsplash)
Ilustrasi bendera Turki. (Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Turki menuju krisis. Nilai tukar Lira terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) anjlok ke rekor terendah pada perdagangan 19 Maret 2025. Di hari yang sama, indeks saham acuan Turki juga anjlok hingga 7%.

Kejadian tersebut menyusul penangkapan mendadak wali kota Istanbul Ekrem Imamoglu yang merupakan pesaing Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ekrem Imamoglu juga merupakan tokoh partai oposisi terkemuka.

Media pemerintah Anadolu menuliskan bahwa Imamoglu, yang memenangkan pemilihan wali kota di kota terpadat di Turki pada April 2023, ditangkap atas tuduhan termasuk terorisme dan kejahatan terorganisasi. Anadolu mengutip tuduhan tersebut dari Kantor Kepala Kejaksaan Umum Istanbul.

Kantor berita tersebut melaporkan bahwa jaksa juga mengeluarkan surat perintah untuk 100 orang lainnya di partai politik Imamoglu.

Wali kota populer berusia 53 tahun itu dipandang sebagai kandidat partai oposisi berikutnya untuk kursi kepresidenan Turki. Partai Rakyat Republik (CHP) Imamoglu, partai oposisi utama Turki, akan mengadakan pemilihan pendahuluan pada tanggal 23 Maret, di mana Imamoglu diperkirakan akan muncul sebagai kandidat presiden kelompok tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Partai Rakyat Republik dengan tegas menolak tuduhan terhadap Imamoglu dan menyebut tindakan itu sebagai kudeta.

“Membuat keputusan atas nama rakyat, menggunakan kekerasan untuk menggantikan keinginan rakyat atau menghalanginya adalah kudeta,” tulis Ozgur Ozel, ketua CHP, platform media sosial X, dikutip dari CNBC, Sabtu (22/3/2025).

“Saat ini ada kekuatan yang menghalangi bangsa untuk menentukan presiden berikutnya. Kita menghadapi upaya kudeta terhadap presiden kita berikutnya.”

CNBC telah menghubungi Kantor Kepresidenan Turki untuk memberikan komentar.

Imamoglu pada hari Rabu mengunggah sebuah video di X dengan judul, “Kehendak rakyat sedang dihantam.”

Promosi 1

Ekonomi Turki Buruk sejak 2018

Ilustrasi bendera Turki (pixabay)
Ilustrasi bendera Turki (pixabay)... Selengkapnya

Krisis ekonomi yang melanda Turki sebenarnya sudah terjadi sejak 2018. Krisis ditandai dengan anjloknya nilai Lira Turki terhadap dolar AS, inflasi yang meroket, dan ketidakstabilan politik. Berbagai faktor internal dan eksternal saling terkait, menciptakan pusaran masalah ekonomi yang hingga kini belum sepenuhnya teratasi.

Ketidakpercayaan investor asing dan kebijakan ekonomi pemerintah menjadi pemicu utama krisis ini.

Awal mula krisis ditandai dengan ketegangan politik antara Turki dan Amerika Serikat pada 2018. Penahanan Pendeta Amerika, Andrew Brunson, memicu sanksi ekonomi AS terhadap Turki, yang kemudian menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan dan memicu penarikan modal asing secara besar-besaran.

Defisit perdagangan yang signifikan membuat Turki sangat rentan terhadap guncangan eksternal seperti ini.

Sejak saat itu, krisis ekonomi Turki terus memburuk. Kebijakan ekonomi kontroversial pemerintah, khususnya terkait suku bunga, justru memperparah inflasi. Penurunan suku bunga yang bertentangan dengan teori ekonomi konvensional semakin memperlemah nilai Lira dan meningkatkan kesulitan pembayaran utang luar negeri.

Situasi ini diperburuk oleh ketidakstabilan politik dalam negeri, termasuk penangkapan tokoh oposisi yang memicu protes publik.

Anjloknya Nilai Lira dan Inflasi yang Meroket

Salah satu dampak paling nyata dari krisis ini adalah penurunan drastis nilai Lira Turki. Pada Maret 2025, Lira mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Hal ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat dan meningkatkan biaya impor. Inflasi juga meroket, mencapai 75% pada Mei 2024, dan terus menjadi momok bagi perekonomian Turki.

Penurunan nilai Lira juga berdampak pada bursa saham Turki yang mengalami penurunan tajam, bahkan sempat dibekukan sementara. Krisis utang pribadi juga meningkat, dengan banyak warga Turki yang kesulitan membayar utang kartu kredit. Situasi ini menciptakan ketidakpastian ekonomi yang luas dan memengaruhi berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Pemerintah Turki telah berupaya mengatasi krisis dengan menaikkan suku bunga, namun dampaknya masih belum signifikan. Tantangan yang dihadapi masih sangat besar, mengingat kompleksitas masalah yang mendasarinya. Krisis ini tidak hanya berdampak pada Turki, tetapi juga berpotensi memicu fluktuasi mata uang dan ketidakstabilan di pasar global.

Dampak Global dan Upaya Pemerintah

Krisis ekonomi Turki memiliki implikasi global, terutama bagi negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi erat dengan Turki. Ketidakpastian di Turki dapat memicu fluktuasi mata uang dan ketidakstabilan di pasar global. Investor asing menjadi lebih waspada dalam berinvestasi di Turki, memperburuk situasi ekonomi.

Pemerintah Turki telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi krisis, termasuk menaikkan suku bunga untuk menstabilkan mata uang dan mengatasi inflasi. Namun, upaya tersebut belum mampu membendung krisis secara efektif. Tantangan ke depan masih sangat besar, dan dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk mengatasi akar masalah ekonomi Turki.

Krisis ini juga memicu krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Protes publik yang meluas menunjukkan ketidakpuasan masyarakat atas penanganan krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah. Ketidakstabilan politik semakin memperburuk situasi ekonomi yang sudah rapuh.

Secara keseluruhan, krisis ekonomi Turki merupakan masalah yang kompleks dan multi-faceted. Penyebabnya meliputi faktor internal seperti kebijakan ekonomi yang kontroversial dan ketidakstabilan politik, serta faktor eksternal seperti sanksi ekonomi dan ketidakpastian global. Dampaknya sangat signifikan, baik bagi ekonomi Turki maupun ekonomi global. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mengatasi krisis, tantangan yang dihadapi masih sangat besar.

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa krisis ini masih jauh dari selesai dan terus menjadi perhatian dunia. Perlu strategi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi akar masalah dan membangun kembali kepercayaan investor serta stabilitas ekonomi Turki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya