Rupiah Sulit Balik ke 15.000 per Dolar AS Jelang Lebaran, Ini Gara-garanya

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa Rupiah masih sulit untuk kembali ke level Rp15.000 di tengah bulan Suci Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 13 Mar 2025, 22:10 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 22:10 WIB
Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa Rupiah masih sulit untuk kembali ke level 15.000 per dolar AS di tengah bulan Suci Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

Ibrahim mencatat, pelemahan Rupiah masih didorong oleh situasi perang dagang AS-China yang mencakup serangkaian tarif impor baru, serta tarif uang diperluas ke negara-negara Eropa, Kanada, hingga Meksiko.

“(Selama) Ramadhan dan Lebaran, sepertinya untuk Rupiah di bawah Rp16.000 berat ya. Karena ada masalah perang dagang, walaupun tadi malam rilis data CPI melambat sehingga inflasi AS turun,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Ibrahim melihat, turunnya inflasi AS menandai bahwa persng dagang belum memberikan implikasi yang berat pada perekonomian AS, dan ada kemungkinan Federal Reserve yntuk memangkas suku bunga hingga tiga kali tahun ini.

“Tetapi saya melihat bahwa data CPI yang tadi malam rilis itu belum mencerminkan kondisi ekonomi di Amerika. Karena banyak orang beranggapan bahwa Amerika kemungkinan besar akan masuk resesi apabila terus melakukan perang dagang dengan negara-negara mitra bisnisnya seperti Tiongkok, Eropa, Meksiko, Kanada,” paparnya.

“Kondisi ini yang sebenarnya membuat dolar ini berfluktuasi,” sambung Ibrahim.

Meski ada beberapa koreksi, Ibrahim mengamati bahwa pelemahan Rupiah masih terbatas.

Juga pada Kamis (13/3), Kementerian Keuangan merilis data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencatat defisit 0,10%.

Defisit saat ini masih wajar karena terbilang kecil di 0,10%. Namun, Ibrahim mengingatkan, ada kekhawatiran dari pemeringkat internasional bahwa ada kemungkinan defisit anggaran ini akan terus melebar.

“Tetapi di sisi lain tadi untuk APBN, ini pun juga defisit tidak terlalu besar. Ini yang sebenarnya membuat para investor sedikit senang dan Rupiah kembali lagi mengalami penguatan. Tetapi saya masih pesimis juga kalau untuk penguatan,” imbuhnya.

 

Promosi 1

Rupiah Tembus Level 16.400 Kamis 13 Maret 2025

20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Rupiah (IDR) kembali menguat pada Kamis, 13 Maret 2025.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa Rupiah ditutup menguat 24 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat menguat 40 point di level Rp.16.428 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.452.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp. 16.420 - Rp.16.460,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Rupiah menguat seiring data Consumer Price Index AS lebih dingin dari yang diharapkan pada bulan Februari. 2025. Namun, pembacaan yang lebih rendah terutama didorong oleh penurunan beberapa item yang mudah berubah, dengan hasil yang masih menunjukkan bahwa inflasi tetap kuat.

Pembacaan CPI juga tidak mencerminkan dampak tarif Trump terhadap inflasi, Ibrahim menyoroti.

 

Kekhawatiran Analis

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

“Namun, analis memperingatkan bahwa meskipun pergerakan pasar optimis, kekhawatiran mendasar seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global tetap ada, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar dapat terus berlanjut dalam waktu dekat,” paparnya.

Sebelumnya, Trump pekan ini resmi mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk impor baja dan aluminium.

Presiden AS juga mengeluarkan sinyal tarif lebih lanjut pada barang-barang Uni Eropa. Sementara itu, Eropa yang merupakan mitra dagang utama AS mengatakan mereka akan membalas hambatan perdagangan yang telah ditetapkan oleh presiden AS.

“Fokus berlebihan Trump pada tarif telah mengguncang kepercayaan investor, konsumen, dan bisnis serta meningkatkan kekhawatiran resesi AS,” kata Ibrahim.

“Saat ini pasar tertuju pada data indeks harga produsen untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang inflasi AS. Inflasi yang lebih rendah memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan bank tersebut akan bertemu minggu depan,” bebernya.

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya