Dijuluki Ratu Utang, Sri Mulyani: Itu Tak Berdasar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung stigma yang pernah didengarnya, salah satunya soal sebutan 'Ratu Utang'.

oleh Arief Rahman H diperbarui 03 Okt 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2022, 18:00 WIB
Menkeu raker dengan Banggar DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani usai mengikuti rapat kerja pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022). Rapat tersebut membahas postur sementara RUU APBN TA 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung stigma yang pernah didengarnya, salah satunya soal sebutan 'Ratu Utang'. Menurutnya, hal itu adalah stigma yang tak berdasar.

Dia mengisahkan hal ini di hadapan para mahasiswa di ajang Indonesia Economic Outlook Forum 2023, di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Senin (3/10/2022).

Stigma itu berkaitan dengan kemampuan mahasiswa, atau masyarakat umum terkait penggunaan data, khususnya terkait ekonomi.

Menkeu Sri Mulyani berharap mahasiswa dihadapannya, khususnya mahasiswa jurusan ekonomi bisa fasih dan memiliki kemampuan untuk membaca data dan membedah data.

"Maka saya akan sangat senang sekali karena Indonesia akan diisi oleh ekonom muda yang cemerlang yang tahu data behavior gimana capture dalam suatu modeling, anda mengolahnya anda bisa membacanya anda berdebat mengenai interpretssi data, dan hasil running anda, thats beautiful. Itu debat yang menyenangkan banget," paparnya dalam Indonesia Economic Outlook Forum 2023, Senin (3/10/2022).

Ia juga memberi contoh debat-debat yang tak berdasar. Misalnya, berbagai ungkapan yang membawa stigma yang tidak tepat, seperti sebutan, kadrun, cebong, hingga 'Ratu Utang'.

"Karena debat yang tidak menyenangkan hanya bilang 'ah kamu bego', 'ah kamu kadrun', 'ah kamu cebong', itukan kayak gitu kan. Tapi anda bisa bicara, oh Sri Mulyani Ratu Utang, itu kayak gitu-gitu adalah bukan debat tapi stigma," terangnya.

Ia berpesan ke para mahasiswa ekonomi itu untuk bisa membaca data dengan kerangka teori yang tepat, sesuai dengan yang diketahui. Dengan demikian, debat atau diskusinya akan tepat sasaran dan sesuai substansi.

"Kalau anda, anda kan bicara fata dengan theorical framework yang anda ketahui, anda bisa run, bisa saja ada beda karena model beda, dan kemudian and abisa pun hasil yang sama pun anda bisa bacanya berbeda. Sah," ujarnya.

"Dan itu enak nantinya kita bicaram how much the economy suffering from the shock. Itukan shock. How much it will take untuk membuat remedi bahkan recovernya," tambah bendahara negara itu.

 

Ancaman Dunia

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Suasana deretan gedung bertingkat dan rumah pemukiman warga terlihat dari gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap kalau krisis iklim jadi ancaman serius pasca dunia melewati pandemi covid-19. Bahkan, ini bisa membuat tingkat pertumbuhan ekonomi dunia semakin melambat.

Sebelumnya, ia mewanti-wanti soal potensi terjadinya resesi di berbagai negara di dunia. Alhasil, itu dipandang jadi salah satu tantangan ekonomi yang harus diwaspadai.

Sementara itu, ketika ekonomi dunia mulai berangsur pulih dari pandemi, ancaman krisis iklim atau climate change menjadi tantangan baru bagi ekonomi dunia.

"Climate change adalah the global threat yang sangat serius. Kalau kita sekarang have the taste of how does it look, kalau negara dan dunia dihadapkan shock besar seperti pandemi, at least you heave initial taste of those global shock. Maka climate change is gonna be another shock," paparnya dalam Indonesia Economic Outlook Forum 2023, Senin (3/10/2022).

Ancaman nyata yang ada didepan mata, kata dia, adalah krisis pangan hingga krisis energi. Termasuk dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina dimana berimbas pada melemahnya suplai di seluruh dunia.

 

 

Perlambatan Ekonomi

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di sisi lain, ancaman kenaikan inflasi turut menyertai krisis tersebut. Dua hal ini, menurut bendahara negara itu bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Tapi ini memberikan kosnekuensi yang luar biasa bagi negara-negara di dunia. Perang di Ukraina, menimbulkan disrupsi dari sisi pasokan, maka jika anda melihat agregat supply, its gonna be adanya suatu shock. Kalau itu tren, ya gak tren seperti ini (naik), dia bisa jatuh," ujarnya.

"Dan kalau pun dia jatuh, nanti slope-nya mungkin tidak sama dengan pre-covid, bisa jadi dia menjadi lebih landai, artinya kita mungkin gak bisa recover cepat," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya