Suku Bunga Acuan BI Diperkirakan Masih akan Naik hingga 5,75 Persen

BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi di level 5,50 persen hingga akhir tahun 2022 dan kemungkinan menjadi di level 5,75 persen pada semester I 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2022, 16:50 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2022, 16:50 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan 1,75 persen dalam empat bulan terakhir. Kenaikan suku bunga BI ini diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai tahun depan. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan, ruang untuk BI menaikkan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) tetap terbuka hingga Kuartal I 2023.

Menaikkan suku bunga acuan merupakan langkah front-loaded, tindakan pre-emptive, dan berwawasan ke depan oleh BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan ekspektasi inflasi di tengah tekanan global maupun domestik.

Hal itu karena Indonesia masih dibayangi ketidakpastian di pasar keuangan global yang dapat menyebabkan permodalan arus keluar, yang memberi risiko terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan tekanan inflasi impor.

Selain itu, lanjutnya, dari dalam negeri pada Oktober 2022 tingkat inflasi mencapai 5,71 persen year on year (yoy), yang mana BI memperkirakan tingkat inflasi umum akan mencapai sekitar 5,6 persen dengan inflasi inti di 3,5 persen pada akhir tahun 2022.

“Dari sisi domestik, kita terus berharap tingkat inflasi berada sekitar 5 – 6 persen yoy, setidaknya sampai semester-I 2023,” kata Faisal dikutip dari Antara, Jumat (18/11/2022).

Dia memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi di level 5,50 persen hingga akhir tahun 2022 dan kemungkinan menjadi di level 5,75 persen pada semester I 2023.

“Karena tekanan datang dari sisi eksternal dan domestik, kami percaya BI melanjutkan kenaikan BI-7DRRR untuk menjamin stabilitas,” kata Faisal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Kembali Naikkan BI7DRR 50 Basis Poin Jadi 5,25 Persen

Cek Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI Selama Mitigasi COVID-19
Ilustrasi Bank Indonesia.

Sebelumnya, Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6 persen.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan November 2022, Kamis (17/11/2022).

Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi.

Selain itu, untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS, dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.


Bauran Kebijakan

Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi sebagai berikut:

Memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR tersebut untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya lebih awal;

Memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;

Melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI7DRR dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah;


Selanjutnya

Menerbitkan instrument sukuk Bank Indonesia yang menggunakan underlying berupa Surat Berharga pembiayaan inklusif, dan diakui sebagai surat berharga pembiayaan inklusif sejalan dengan komitmen Bank Indonesia untuk etrus mendukung pembiayaan inklusif serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit dengan melakukan pendalaman asesmen terkait respons suku bunga kredit baru terhadap suku bunga kebijakan.

Terus mendorong penggunaan QRIS dan melanjutkan pengembangan fitur serta layanan QRIS termasuk perluasan QRIS antar negara, seiring dengan telah tercapainya target 15 juta pengguna baru QRIS pada Oktober 2022.

Mendorong inovasi sistem pembayaran termasuk melanjutkan akseptasi BI-FAST kepada masyarakat melalui perluasan kepesertaan dan kanal layanan serta terus melanjutkan komunikasi publik secara berkala.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya