Diserbu Investor, China dan Malaysia Berebut Garap Blok Masela

SKK Migas mengungkap perusahaan asal China, Petrochina dan perusahaan asal Malaysia, Petronas minat garap migas di blok Masela.

oleh Arief Rahman H diperbarui 23 Nov 2022, 12:45 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2022, 12:45 WIB
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. SKK Migas mengungkap perusahaan asal China, Petrochina dan perusahaan asal Malaysia, Petronas minat garap migas di blok Masela.

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkap perusahaan asal China, Petrochina dan perusahaan asal Malaysia, Petronas minat garap migas di blok Masela. Menyusul, hengkangnya Shell yang semula ingin menggarap proyek disini.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan ada sekitar 4 perusahaan yang sudah ada pembicaraan. Kendati dia belum mengungkap rinci siapa saja perusahaan yang berminat masuk.

Soal rencana masuknya perusahaan energi ke Blok Masela, Dwi menegaskan kalau itu perlu dikomunikasikan dengan Inpex asal Jepang. Pasalnya, Inpex merupakan operator di Blok Masela.

"Jadi kan blok masela itu kan operatornya kan inpex jepang, jadi oleh karena itu tentu segala keinginan dari pihak lain untuk masuk itu tentu harus berkomunikasi dengan inpex sendiri," ujarnya kepada wartawan disela-sela IOG Convention 2022, di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).

Menurut data yang dimilikinya, setidaknya ada 4 perusahaan yang berminat masuk ke Blok Masela. Diketahui, beberapa diantaranya adalah Petronas dan Pertamina yang kerap disebut.

"Ya sebenarnya cukup banyak ya, misalnya etlis kita mengindikasikan ada 3 atau 4 gitu ya, tapi kan masing-masing punya persyaratan sendiri-sendiri yang harus dikolaborasikan dengan inpex itu sendiri," bebernya.

Terbaru, ada perusahaan asal China, Petrochina yang dikabarkan berminat menggarap Blok Masela. Dwi mengonfirmasi kabar tersebut, termasuk kabar Petronas yang sama-sama berminat.

"(Petrochina) Termasuk. Petronas termasuk,"ungkapnya singkat.

 

Diarahkan ke Inpex

Inpex.
Inpex.

Dwi kembali menegaskan kalau seluruh pihak yang berminat masuk ke Blok Masela harus menjalin diskusi dengan Inpex selaku operator di sana. Dia juga mengaku mendorong perusahaan-perusahaan lainnya untuk ikut menggarap.

"Kita telah mendorong yang lain-lain untuk bisa ikut join kalo memang nanti bisa mempercepat investasi, jadi kita dorong, tapi semua kita alirkan ke inpex," sambungnya.

Informasi, blok masela diminati investor setelah perusahaan yang berpusat di Belanda, Shell hengkang dari wilayah tersebut.

 

Minta Blok Masela Tak Disandra Inpex dan Shell

Kronologi Keberadaan Blok Masela
Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto meminta kepada Inpex Corporation dan Shell untuk segera menyelesaikan pembicaraan mengenai hak partisipasi. Dwi melihat dengan belum selesainya masalah hak partisipasi ini membuat kedua perusahaan migas ini menyandera proyek Abadi Blok Masela.

"Kami terus memaksa Impact dan Shell untuk tidak menyandera proyek ini (Abadi Masela) karena ini strategi masing-masing korporasi," ujar Dwi Soetjipto dalam RDP DPR RI Komisi VII, Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Untuk diketahui, Shell Upstream Overseas Ltd hengkang dari konsorsium Inpex di Blok Masela dua tahun lalu. Shell meninggalkan porsi hak partisipasi (participation interest/PI) sebesar 35 persen. Sampai saat ini pembicaraan mengenai hak partisipasi tersebut belum selesai.

"Ada waktu itu untuk negosiasi antara Inpex dengan Shell yang kemudian negosiasi ini gagal sehingga Inpex tidak mengambil alih," terang dia.

Saat negosiasi tersebut gagal, Shell melakukan bidding tender secara terbuka. Dwi pun mengakui pada saat lelang terbuka tersebut ada beberapa yang tertarik untuk masuk ke Blok Masela.

Kendati begitu, kata Dwi, pada update data posisi terakhir Inpex sudah mencoba membangun kolaborasi strategi dengan Pertamina sebagaimana yang telah diarahkan oleh pemerintah waktu itu.

"Pertamina sudah melakukan data room study dan dijanjikan oleh Pertamina November ini menyampaikan namanya non founding over kepada Shell. Kami sedang menunggu itu," jelas dia.

Disisi lain, Dwi pun menambahkan bahwa Petronas juga tertarik untuk masuk dan kalau mungkin bisa bekerja sama dengan Pertamina dalam hal pergantian Shell.

"Ini perkembangan tentang Shell," tutupnya.

 

Petronas Berminat

Hadapi Cuaca Ekstrim, Ditjen Migas Minta Badan Usaha Susun Upaya Mitigasi
Minyak dan Gas Bumi

Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Malaysia Petronas berminat untuk mengelola lapangan gas bumi abadi Blok Masela, di Kepulauan Tanimbar Maluku. Blok ini tadinya akan digarap oleh Shell tetapi kemudian menyatakan mundur dari proyek pengembangan Blok Masela.

"Ada yang nawarin Petronas dia tertarik, kita masih kaji. Petronas tinggal nunggu komitmen pemerintah, mekanisme masih diomongin lanjut. Cuma menyatakan berminat," ujar Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman, kepada media, Jakarta, Selasa (15/11/2022).

Menurut Fatar pemerintah kecolongan karena keputusan yang diambil Shell untuk mundur dari Blok Masela. "Kita kecolongan ketika Shell, pada waktu itu kita yang pertama kali bikin dan bagus sekali di Indonesia dalam term on condition fiskal-nya, dia tidak menerapkan sampai produksi," terang Fatar.

Pemerintah, lanjutnya, merasa sangat kecewa dengan Shell, padahal Shell sebenarnya mampu untuk melanjutkan proyeknya di Indonesia.

"Jadi gini kita harapkan dengan bagusnya term and condition dia Shel kan perusahaan besar, itu dijalankan harusnya ya di tengah jalan dia exit padahal bagus," jelad Fatar.

Oleh karena itu, pemerintah bersama SKK migas dan regulator minyak dan gas lainnya ke depannya sedang melakukan dan membuat aturan bagi perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam proyek, tetapi tidak bisa keluar begitu saja.

"Ke depan kalau dapat insentif sampai produksi selesai nggak boleh keluar," tandasnya.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya