5 Fakta Terbaru Blok Masela di Maluku, Proyek Gas Raksasa yang Lama Terbengkalai Kini Ditargetkan Dapat Pembeli

Blok Masela ditargetkan mulai produksi LNG pada 2029. SKK Migas desak Inpex segera cari pembeli dan percepat investasi.

oleh Rizka Nur Laily Muallifa Diperbarui 16 Feb 2025, 11:31 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2025, 11:31 WIB
Ilustrasi kilang LNG
Ilustrasi kilang LNG (Foto: SKK Migas)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Blok Masela merupakan salah satu proyek gas alam cair (LNG) terbesar di Indonesia yang telah mengalami berbagai tantangan sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1998. Terletak di Laut Arafura, Maluku, proyek ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan produksi energi nasional dan mendorong hilirisasi gas untuk industri dalam negeri.

Namun, sejak ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), perkembangannya berjalan lambat. Berbagai faktor seperti perubahan skema pengelolaan, tarik-ulur kebijakan, hingga pergantian investor membuat proyek ini sempat terkatung-katung.

Kini, pemerintah melalui SKK Migas menargetkan agar LNG dari Blok Masela bisa mendapatkan pembeli pada tahun 2025. Inpex Corporation selaku operator proyek juga didesak untuk segera menyelesaikan kontrak penjualan gas guna memastikan keberlanjutan investasi. Lalu, bagaimana perkembangan terbaru dari Blok Masela? Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Minggu (16/2/2025), berikut ulasannya.

Target Penjualan LNG Blok Masela pada 2025

Setelah bertahun-tahun mandek, SKK Migas akhirnya menargetkan agar Blok Masela bisa mendapatkan pembeli gas (offtaker) pada 2025. Proses tender konstruksi atau Front-End Project Engineering, Procurement, and Construction (FPCI) sedang berlangsung untuk mempercepat pengambilan keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID).

Menurut Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, proses ini sangat penting agar proyek dapat segera berjalan.

Selain itu, SKK Migas juga meminta agar kesepakatan antara Inpex dan PT Pupuk Indonesia yang telah berlangsung sejak 2020 segera naik level dari Memorandum of Understanding (MoU) ke Head of Agreement (HoA).

Jika kesepakatan ini terealisasi, produksi Blok Masela yang ditargetkan beroperasi pada 2029 bisa berjalan lebih cepat.

Ancaman Pencabutan Konsesi bagi Inpex jika Tidak Ada Kemajuan

Lambatnya perkembangan Blok Masela membuat Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, memberikan Surat Peringatan Pertama (SP-1) kepada Inpex.

Ancaman ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak ingin proyek Blok Masela terus terhambat. Inpex harus segera mencari pembeli gas, menyelesaikan perjanjian kontrak, dan mempercepat pengembangan agar proyek ini benar-benar bisa terealisasi sesuai target.

Manfaat Blok Masela bagi Indonesia

Blok Masela
Blok Masela (Foto: indonesia.go.id)... Selengkapnya

Selain sebagai sumber energi, Blok Masela memiliki dampak strategis bagi perekonomian nasional. Beberapa manfaatnya antara lain:

Pasokan Gas untuk Industri Domestik

Memiliki kapasitas produksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Blok Masela berpotensi memasok LNG ke industri dalam negeri seperti pembangkit listrik dan pabrik pupuk.

Meningkatkan Investasi dan Lapangan Kerja

Pengembangan proyek ini diperkirakan akan menyerap ribuan tenaga kerja di sektor migas dan infrastruktur pendukung lainnya.

Meningkatkan Devisa Negara

Perkiraan nilai proyek mencapai USD 19,8 miliar (sekitar Rp 285 triliun), ekspor LNG dari Blok Masela dapat menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong agar proyek ini segera terealisasi tanpa hambatan.

Akuisisi Shell oleh Pertamina dan Petronas: Apakah Bisa Mempercepat Proyek?

Pada tahun 2023, Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petronas Masela berhasil mengakuisisi 35% saham milik Shell di Blok Masela. Dengan pembagian kepemilikan baru ini:

  • Inpex Corporation (Jepang) → 65%
  • Pertamina Hulu Energi (Indonesia) → 20%
  • Petronas Masela (Malaysia) → 15%

Pertamina dan Petronas diharapkan bisa mempercepat pengembangan Blok Masela dengan menghadirkan teknologi baru, termasuk Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung produksi LNG yang lebih ramah lingkungan.

Tantangan yang Masih Dihadapi Blok Masela

Meskipun ada perkembangan positif, beberapa tantangan masih membayangi proyek ini, di antaranya:

Proses FID yang Masih Berlarut

FID merupakan tahapan krusial dalam proyek migas. Jika tidak segera diputuskan, proyek bisa kembali terhambat.

Kebutuhan Infrastruktur Pendukung

Blok Masela terletak di daerah terpencil di Laut Arafura, sehingga perlu investasi besar untuk membangun pelabuhan, pipa gas, dan fasilitas lainnya.

Fluktuasi Harga LNG Global

Ketidakstabilan harga LNG di pasar internasional bisa berdampak pada daya tarik proyek ini bagi calon pembeli.

Pemerintah berharap dengan adanya tekanan kepada Inpex dan partisipasi Pertamina-Petronas, semua tantangan ini bisa diatasi dalam waktu dekat.

People Also Ask

Kapan Blok Masela akan mulai beroperasi?

Blok Masela ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal IV tahun 2029, dengan harapan produksi bisa dimulai lebih cepat jika proses investasi berjalan lancar.

Apa dampak Blok Masela bagi perekonomian Indonesia?

Blok Masela berpotensi meningkatkan pasokan gas domestik, menciptakan ribuan lapangan kerja, serta menyumbang devisa dari ekspor LNG.

Siapa yang mengelola Blok Masela?

Saat ini, Blok Masela dikelola oleh Inpex Corporation (65%), Pertamina Hulu Energi (20%), dan Petronas Masela (15%) setelah akuisisi saham Shell pada 2023.

Mengapa Blok Masela lama terhambat?

Faktor utama adalah perubahan skema pengelolaan dari offshore ke onshore, permasalahan investasi, serta lambatnya proses pencarian pembeli LNG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya