Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Inggris akan terhindar dari ancaman resesi tahun ini.
Melansir laman BBC, Rabu (24/5/2023) IMF kini meramal ekonomi Inggris akan tumbuh 0,4 persen di tahun 2023, setelah bulan lalu sempat diperkirakan akan berkontraksi sebesar 0,3 persen.
IMF menyebut, pertumbuhan ekonomi Inggris akan didorong oleh permintaan konsumen yang kuat dan penurunan biaya energi.
Advertisement
Tetapi badan itu juga mengingatkan bahwa Inggris masih dihantui oleh angka inflasi yang tinggi, dan suku bunga yang lebih tinggi masih perlu dipertahankan oleh Bank of England.
Saat berpidato di London, direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa angka pertumbuhan yang meningkat dipicu oleh penurunan harga energi, meredakan kekhawatiran atas dampak Brexit dan peningkatan stabilitas keuangan.
"(Pemerintah telah mengambil) langkah tegas dan bertanggung jawab dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya.
Tetapi Georgieva juga melihat pemotongan pajak belum memungkinkan, memperingatkan bahwa saat ini "tidak terjangkau, juga tidak diinginkan".
Laporan IMF juga mencatat bahwa risiko ekonomi Inggris cukup besar, dengan bahaya terbesar datang dari "persistensi yang lebih besar dari yang diantisipasi dalam penetapan harga dan upah", yang akan membuat inflasi lebih tinggi lebih lama.
Georgieva menyarankan, Inggris perlu mengatasi lonjakan masyarakat yang tidak bekerja, serta mereka yang memiliki penyakit jangka panjang.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Inggris Disebut Akan Lebih Baik dari Negara Eropa
Kanselir Jeremy Hunt menyambut laporan terbaru IMF mengenai perkembangan ekonomi Inggris.
Dia mengatakan laporan itu "menghargai tindakan kami untuk memulihkan stabilitas dan menjinakkan inflasi".
"Jika kita berpegang pada rencana tersebut, IMF mengkonfirmasi prospek pertumbuhan jangka panjang kita lebih kuat daripada di Jerman, Prancis, dan Italia," sebutnya.
Sementara menurut Pat McFadden, kepala sekretaris Partai Buruh untuk Departemen Keuangan, laporan itu mengungkapkan "kerapuhan ekonomi Inggris, menyoroti perlambatan aktivitas ekonomi sejak tahun lalu dan inflasi yang sangat tinggi".
Advertisement
Resesi Global Mengancam, Stabilitas Jasa Keuangan Indonesia Aman
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2023, stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga dengan baik ditengah ancaman resesi global bergejolaknya sistem perbankan Global.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan April 2023, Jumat (5/5/2023).
"RDK bulanan pada tanggal 3 Mei 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional (April) tetap terjaga, dengan permodalan dan likuiditas yang baik, sehingga mampu berdaya tahan dalam menghadapi gejolak global," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar.
Mahendra menjelaskan, eskalasi tensi geopolitik, berlanjutnya permasalahan perbankan di Amerika Serikat, serta tingkat inflasi Global yang menurun, namun masih bertahan di tingkat yang tinggi menjadi sumber potensi kerentanan utama bagi stabilitas sektor keuangan global.
OJK melihat, beberapa yang indikator sektor riil di Amerika Serikat bergerak melemah, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya resesi, serta isu pembatasan utang Amerika Serikat telah menambah ketidakpastian di pasar.
Selain itu, kekhawatiran akan pengangkatan likuiditas terus meningkat di tengah berlanjutnya pengangkatan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama Global.
Disisi lain, OJK mencatat pasar tenaga kerja di Amerika Serikat dan Eropa masih kuat, begitupun perekonomian Tiongkok yang melanjutkan pemulihan pasca pandemi.
OJK berharap langkah cepat dari otoritas terkait penanganan gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa dapat meredam penularan tekanan lebih lanjut secara global.