IMF: Tarif Impor Timbulkan Risiko Besar ke Ekonomi Global

IMF mengingatkan bahwa tarif impor berisiko menimbulkan aksi jual besar-besaran di pasar saham di seluruh dunia oleh para investor.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 08 Apr 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2025, 13:00 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa penerapan tarif impor yang sangat tinggi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump menimbulkan risiko yang signifikan terhadap perekonomian global. 

Mengutip The Guardian, Selasa (8/4/2025) IMF juga mengingatkan bahwa tarif impor berisiko menimbulkan aksi jual besar-besaran di pasar saham di seluruh dunia oleh para investor.

Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan bahwa penting bagi AS dan mitra dagangnya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dari perang dagang, sementara pasar saham anjlok pada hari Jumat (4/4) karena Tiongkok membalas tarif tersebut.

"Kami masih menilai implikasi ekonomi makro dari langkah-langkah tarif yang diumumkan, tetapi hal itu jelas merupakan risiko yang signifikan terhadap prospek global di saat pertumbuhan ekonomi sedang lesu," kata Georgieva.

"Penting untuk menghindari langkah-langkah yang dapat semakin merugikan ekonomi dunia. Kami mengimbau Amerika Serikat dan mitra dagangnya untuk bekerja secara konstruktif guna menyelesaikan ketegangan perdagangan dan mengurangi ketidakpastian," jelasnya.

IMF memperkirakan bahwa tarif impor hingga 50% atas impor ke AS telah menghapus triliunan dolar dari nilai perusahaan-perusahaan terbesar di dunia di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi di negara tersebut.

"Praktik AS ini tidak sejalan dengan aturan perdagangan internasional, sangat merugikan hak dan kepentingan sah Tiongkok, dan merupakan praktik intimidasi sepihak yang umum," kata komisi tarif dewan negara Tiongkok.

Miliarder Bill Ackman: Trump Kehilangan Kepercayaan Pebisnis Dunia

Bill Ackman Disinyalir akan Menjadi Warren Buffett Selanjutnya
Bill Ackman. Foto: businessinsider.com.au... Selengkapnya

Investor ternama sekaligus miliarder asal Amerika Serikat (AS), Bill Ackman menilai bahwa Presiden Donald Trump berisiko kehilangan kepercayaan para pebisnis menyusul pemberlakukan tarif impor ke negara-negara mitra dagang utama.

Mengutip CNBC International, Selasa (8/4/2025) Ackman menilai AS sedang menuju musim dingin pada perekonomiannya akibat dari peluncuran kebijakan tarif dagang oleh Presiden Trump.

"Dengan mengenakan tarif yang besar dan tidak proporsional pada teman dan musuh kita dan dengan demikian meluncurkan perang ekonomi global terhadap seluruh dunia sekaligus, kita sedang dalam proses menghancurkan kepercayaan pada negara kita sebagai mitra dagang," tulis Ackman dalam postingannya di platform media sosial X.

"Bisnis adalah permainan kepercayaan. Presiden kehilangan kepercayaan dari para pemimpin bisnis di seluruh dunia," kata Ackman.

"Konsekuensi bagi negara kita dan jutaan warga negara kita yang telah mendukung presiden — khususnya konsumen berpenghasilan rendah yang sudah berada di bawah tekanan ekonomi yang sangat besar akan sangat negatif. Ini bukan yang kita pilih," ucap manajer dana lindung nilai tersebut.

 

Peluang Resesi AS Naik jadi 60%

Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Senin (3/2/2025). (Dok. AP Photo/Evan Vucci)... Selengkapnya

Tarif impor terbaru Trump menetapkan pungutan dasar sebesar 10% pada semua barang impor yang akan masuk AS, yang berdampak pada lebih dari 180 negara dan menghantam pasar global.

Tiongkok menghadapi tarif tertinggi, dengan pemerintahan Trump telah mengumumkan bea masuk sebesar 54% sejak Februari 2025. Beijing telah membalas dengan tarif 34% untuk semua barang yang diimpor dari AS.

Ekuitas AS mengakhiri pekan yang buruk bagi investor Jumat lalu, dengan saham S&P 500 turun 9,08%, menurut data dari FactSet, karena langkah Trump memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

JPMorgan pekan lalu juga menaikkan peluang resesi AS dan global menjadi 60% pada akhir tahun, naik dari 40% sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya