Inflasi AS Mulai Menjinak, Turun jadi 4 Persen di Mei 2023

Indeks harga konsumen (CPI) AS mencapai 4,0 persen pada Mei 2023, turun dari 4,9 persen di bulan April.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Jun 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 12:00 WIB
Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Inflasi konsumen di Amerika Serikat kembali mendingin di bulan Mei. Melansir Channel News Asia, Rabu (14/6/2023) angka pemerintah yang dirilis pada Selasa (13/6) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI), yang menjadi ukuran utama inflasi AS, mencapai 4,0 persen pada Mei 2023, sejalan dengan ekspektasi analis dan turun dari 4,9 persen di bulan April 2023 lalu.

Angka inflasi AS kali membawanya ke level terendah dalam sekitar dua tahun, dan kurang dari setengah tingkat puncak 9,1 persen pada pertengahan 2022.

"Laporan hari ini adalah kabar baik bagi keluarga pekerja keras," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.

"Ini menunjukkan kemajuan berkelanjutan dalam mengatasi inflasi pada saat yang sama bahwa pengangguran tetap berada di posisi terendah dalam sejarah," jelasnya.

Angka inflasi AS muncul ketika pejabat Federal Reserve memulai pertemuan kebijakan selama dua hari mereka pada hari yang sama, diharapkan dapat memberikan ruang untuk jeda kenaikan suku bunga bank sentral pada akhir pertemuan.

Sementara The Fed telah menaikkan suku bunga acuan pinjaman 10 kali berturut-turut untuk mengendalikan inflasi, Bank Sentral AS diantisipasi untuk menahan kenaikan lebih lanjut pekan ini di tengah tanda-tanda pendinginan di negara ekonomi terbesar dunia.

Kebijakan The Fed

Namun, para analis memperingatkan bahwa pembuat kebijakanThe  Fed sedang mencari tren pendinginan pertumbuhan yang lebih pasti sebelum mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.

Dalam basis bulanan, CPI naik 0,1 persen di bulan Mei, melambat dari 0,4 persen di bulan April, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

Tetapi angka itu belum termasuk komponen biaya pangan dan energi, di mana inflasi AS pada konsumen naik 5,3 persen selama 12 bulan terakhir.

"Indeks tempat tinggal merupakan kontributor terbesar kenaikan semua barang dalam inflasi bulanan, diikuti oleh kenaikan indeks mobil dan truk bekas," ungkap Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat.

Angin Segar Janet Yellen: Inflasi AS Bakal Terus Membaik Hingga 2 Tahun ke Depan

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen High-Level Seminar, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022)
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen High-Level Seminar, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022) (dok: Arief)

Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat, Janet Yellen mengungkapkan bahwa ada kemajuan berkelanjutan dalam penurunan inflasi AS dan perekonomian bertahan didukung kuatnya belanja konsumen, meski masih ada perlambatan di sejumlah sektor.

"Saya telah mengatakan sekarang selama hampir satu tahun bahwa saya melihat jalan penurunan inflasi sambil mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat. Dan menurut saya data yang kami lihat baru-baru ini dan selama setahun terakhir, menunjukkan bahwa kami berada di jalur dengan karakteristik tersebut," kata Yellen, dikutip dari CNBC International, Kamis (8/6/2023).

"Jadi jelas pasar tenaga kerja tetap kuat, dengan pengangguran mendekati posisi terendah dalam 50 tahun dan penciptaan lapangan kerja yang sangat sehat," sebutnya.

Yellen juga melihat tanda-tanda pelonggaran tekanan di pasar tenaga kerja, yang mungkin penting untuk menurunkan inflasi. Tingkat cepat telah meningkat sedikit.

"Secara keseluruhan, pasar tenaga kerja tetap sangat kuat dan inflasi sekarang turun sekitar 4 persen dari puncaknya, dan saya pikir kita akan terus melihat kemajuan selama dua tahun ke depan," ujar Menkeu AS.

Menurutnya, ukan hanya masalah perekrutan dan tingkat pengangguran yang menentukan tekanan di pasar tenaga kerja AS. 

"Ini juga tentang lowongan pekerjaan dan seberapa kuat keinginan perusahaan untuk mempekerjakan. Perekonomian agak melambat, dan kami melihat lebih sedikit tekanan dari perusahaan yang mencoba membangun kembali pekerjaan mereka, tenaga kerja mereka, tetapi kami masih memiliki pasar tenaga kerja yang sangat sehat, kenaikan upah signifikan, namun demikian, kami melihat sedikit pelonggaran tekanan," jelas Yellen.

 

Masih Ada Ancaman Resesi

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Selain itu, Yellen juga menyatakan dirinya yakin bahwa masih ada risiko resesi pada ekonomi AS. Hal ini dikarenakan perekomonian global yang masih dilanda ketidakpastian.

"Saya percaya bahwa resesi akan sangat mungkin terjadi. Dan kita bisa mengalami krisis keuangan global, suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang sangat lama," sebut Yellen.

"Jadi untungnya, meskipun saldo kami turun ke level yang sangat rendah. Kami terus dapat membayar semua utang Amerika. Dan penting untuk disadari bahwa ada komitmen dari semua pihak dalam negosiasi ini, untuk tidak gagal membayar hutang untuk menemukan solusi bipartisan dan saya pikir itu adalah kemenangan bagi rakyat Amerika yang terjadi, dan penting juga untuk menyadari bahwa Jaminan Sosial dan kesehatan dilindungi," jelasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya