Puasa Rajab Amalan Bid’ah? Simak Hukumnya Menurut Buya Yahya dan UAH

Meski sering diimbau untuk diamalkan, kerap kali sebagian muslim menanyakan soal hukum melaksanakan puasa Rajab. Tak dapat dipungkiri jika masih ada muslim yang menganggap puasa Rajab termasuk amalan bid’ah

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 02 Jan 2025, 11:30 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 11:30 WIB
Buya Yahya dan UAH
Kolase Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat atau UAH. (Foto: Instagram @buyayahya_albahjah dan YouTube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam patut bahagia dan bersyukur ketika memasuki bulan Rajab. Sebab, Rajab adalah bulan yang memiliki banyak keutamaan dan keberkahan. Apalagi bulan ini termasuk yang dimuliakan bersama tiga bulan lainnya dalam Islam.

Ada empat bulan haram dalam Islam. Keempatnya ialah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dalil empat bulan yang dimuliakan terdapat dalam surah At-Taubah ayat 36. 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّ   

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus.”

Di antara keistimewaan bulan haram adalah dilipatgandakannya pahala. Karenanya, muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh di bulan-bulan tersebut, termasuk pada bulan Rajab.

Salah satu amalan yang selalu diingatkan para ulama untuk dilakukan adalah puasa. Waktu puasa Rajab dilakukan sejak hari pertama hingga terakhir, namun sebaiknya tidak dilakukan sebulan penuh agar tidak menyerupai puasa Ramadhan. 

وكره بعض الصحابة أن يصام رجب كله حتى لا يضاهي بشهر رمضان فالأشهر الفاضلة ذو الحجة والمحرم ورجب وشعبان 

Artinya: "Sejumlah sahabat Rasulullah SAW menyatakan makruh puasa Rajab sebulan penuh agar tidak menyerupai Bulan Ramadhan. Bulan-bulan utama itu Dzulhijjah, Muharram, Rajab, dan Sya‘ban." (Lihat Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Kairo: Darus Syi‘ib, tanpa catatan tahun], juz III, halaman: 431).

Meski sering diimbau untuk diamalkan, kerap kali sebagian muslim menanyakan soal hukum melaksanakan puasa Rajab. Tak dapat dipungkiri jika masih ada muslim yang menganggap puasa Rajab termasuk amalan bid’ah.

Lantas, benarkah puasa Rajab adalah amalan bid’ah yang tidak ada syariatnya dari Rasulullah SAW? Simak berikut penjelasan hukumnya dari ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat (UAH).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kata Buya Yahya soal Hukum Puasa Rajab

KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Foto: YouTube Al Bahjah TV)

Buya Yahya mengatakan, terdapat riwayat dalam hadis shahih dari Sayyidina Utsman bin Hakim Al Anshari yang menjadi dasar pelaksanaan puasa Rajab. 

“Sayyidina Utsman bin Hakim Al Anshari beliau bertanya ke Sayyidina Sa’id bin Jubair tentang puasa bulan Rajab. Beliau berkata, apa yang hendaknya kita lakukan di bulan Rajab?” ucap Buya Yahya mengutip hadis tersebut, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (1/1/2025).

Kemudian Sayyidina Sa’id bin Jubair cerita bahwasanya pernah bertanya ke Sayyidina Anas bin Malik. Lalu Sayyidina Anas bercerita bahwasanya amalan nabi di bulan Rajab adalah berpuasa. 

“Nabi pernah di suatu ketika di bulan Rajab puasa banyak sekali. Sampai para sahabat nabi mengatakan ini full puasanya kaya tidak ada bukanya. Tapi pernah juga di tahun lain di bulan Rajab itu nabi tidak berpuasa. Sampai kami itu mengatakan nabi sama sekali tidak puasa di bulan Rajab,” tutur Buya Yahya menyampaikan isi hadis.

Berdasarkan riwayat tersebut, Nabi Muhammad SAW pernah puasa penuh di bulan Rajab dan pernah juga tidak puasa di bulan Rajab. 

“Apa kesimpulannya dari kejadian seperti itu? Jadi, semua amalan yang pernah dilakukan nabi kemudian setelah itu kadang ditinggalkan, itu adalah amal sunnah. Kalau diamalkan oleh nabi terus kita disuruh mengikuti jadilah wajib. Makanya yang namanya amalan sunnah itu nabi pernah melakukan lalu nabi pernah meninggalkannya,” jelas Buya Yahya.

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, hukum puasa Rajab adalah sunnah. Jika dilakukan akan mendatangkan pahala, bila ditinggalkan tidak menjadi dosa.

Penjelasan UAH tentang Puasa Rajab

Ustadz Adi Hidayat atau UAH
Ustadz Adi Hidayat atau UAH. (YouTube Adi Hidayat Official)

Sementara itu, Ustadz Adi Hidayat atau UAH mengutip hadis Muslim nomor 1.960 dari riwayat Sayyidah Aisyah yang dikuatkan oleh keterangan Ibnu Abbas RA. Disebutkan bahwa nabi sering meningkatkan puasa di bulan-bulan haram, termasuk di bulan Rajab.

“Kata Sayyidah Aisyah termasuk juga kemudian Ibnu Abbas radhiallahu ta'ala anhuma, saya kadang melihat Nabi SAW sering puasa seakan-akan gak buka, tapi juga sering melihat beliau buka seakan-akan enggak puasa ya,” ucap UAH dikutip dari YouTube Media Dakwah Hikmah TV.

Berdasarkan hadis tersebut, UAH mengatakan, meningkatkan ibadah puasa di bulan haram seperti Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram boleh saja dilakukan. Walaupun tidak ada kekhususan mengkhususkan puasa di satu bulan saja.

“Kalau ada yang tanya boleh nggak saya puasa bulan Rajab? Silakan. Anda mau Senin puasa silakan, Kamis puasa silakan. Gak ada batas seperti hari-hari biasa. Cuma pahalanya ketika Anda kerjakan untuk menghindari maksiat maka bisa berlipat dari hari sebelumnya,” kata UAH.

UAH mengatakan, pelaksanaan puasa di bulan Rajab dapat dilakukan saat momentum yang biasa dilakukan puasa. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dawud. Boleh juga puasa yang beruntun, misalnya Senin-Rabu puasa lalu Kamis tidak.

“Apa dalilnya? Tadi karena puasa di bulan-bulan hurum dianjurkan oleh Nabi SAW,” tegas UAH.

Adapun terkait keutamaan puasa di bulan Rajab, menurut UAH, tidak ada keutamaan khusus seperti jika puasa di bulan Rajab akan mendapatkan sungai Rajab di surga. Kemudian, jika puasa sehari di bulan Rajab maka akan diampuni semua dosa dan dibebaskan dari neraka. 

“Kalau sudah bebas dari neraka ngapain puasa Ramadhan?” imbuh UAH kepada jemaah.

UAH menyimpulkan, keutamaan puasa di bulan Rajab sebetulnya keutamaan umum yang disebutkan dalam dalil-dalil masuk dalam kategori puasa dan ibadah di bulan bulan haram seperti keutamaan di tiga bulan yang lainnya. 

“Tidak ada amalan-amalan khusus misalnya yang hadis-hadis yang menunjukkan keistimewaannya, tapi kalau Anda kerjakan silakan saja kerjakan dengan niat mengerjakan amalan-amalan rutinitas seperti yang lainnya dan pahala Allah berikan kepada Anda,” tandas UAH. 

Kesimpulan dari UAH adalah puasa Rajab boleh dilakukan dengan landasan melakukan ibadah di bulan yang dimuliakan. Dengan demikian, hukum puasa di bulan Rajab termasuk amalan sunnah, apalagi dilakukan di hari-hari yang diutamakan berpuasa. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya