Pertamina Siapkan Jaringan Suplai dan Distribusi Ekosistem Kendaraan Listrik

PT Pertamina (Persero) menilai, Indonesia memiliki potensi dan peluang yang besar untuk menjadi pemimpin di industri baterai untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Jun 2023, 11:50 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 11:50 WIB
Gedung Pertamina. Dok Pertamina
PT Pertamina (Persero) menilai, Indonesia memiliki potensi dan peluang yang besar untuk menjadi pemimpin di industri baterai untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menilai, Indonesia memiliki potensi dan peluang yang besar untuk menjadi pemimpin di industri baterai untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).

Direktur Proyek dan Operasi Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Norman Ginting, menegaskan komitmen perseroan untuk ikut aktif membangun ekosistem kendaraan listrik.

Pertamina terus bergerak menghadapi disrupsi dunia energi. Sebuah keniscayaan bagi Pertamina untuk fokus dalam pengembangan energi-energi bersih dan pengurangan emisi karbon, termasuk di dalamnya mendukung pengembangan EV Ecosystem,” kata Norman, Rabu (14/6/2023).

Norman menjelaskan, Pertamina membangun ekosistem KBLBB dengan berbagai inisiatif dan pilot project yang telah dan akan dijalankan. Contohnya, pengembangan Battery Swapping Station/Charging Station dan Hydrogen Fuel Station untuk Fuel Cell EV.

Partisipasi di IBC

Selain itu, Pertamina NRE yang memiliki partisipasi dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) punya aspirasi untuk masuk ke dalam rantai nilai ekosistem baterai dan KBLBB dari hulu hingga hilir.

Menurut Norman, Pertamina melihat Indonesia memiliki peran strategis dalam pengembangan industri baterai dan ekosistem KBLBB untuk memenuhi kebutuhan lokal dan global. Terlebih Indonesia dikenal sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

"Pertamina memiliki jaringan suplai dan distribusi yang sangat luas di Indonesia. Ini menjadi modal awal dalam melakukan transisi pembangunan infrastruktur battery swapping maupun charging agar para pengguna kendaraan listrik mudah dalam melakukan pengisian ulang daya untuk kendaraannya," tuturnya.

 

Standarisasi

Hyundai Motor Group resmi memulai pembangunan pabrik Hyundai Energy Indonesia (HEI)  di Cikarang yang fokus memproduksi baterai kendaraan listrik. (Arief/Liputan6.com)
Hyundai Motor Group resmi memulai pembangunan pabrik Hyundai Energy Indonesia (HEI) di Cikarang yang fokus memproduksi baterai kendaraan listrik. (Arief/Liputan6.com)

Norman juga melihat pentingnya kebutuhan standarisasi battery pack, khususnya untuk kendaraan bermotor listrik roda dua untuk memudahkan pengguna dalam melakukan penukaran baterai.

Ia memandang telah banyak regulasi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mempercepat adopsi penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. "Namun, tetap perlu ditingkatkan beberapa tambahan regulasi/insentif khusus bagi para penggunaan kendaraan listrik, sehingga kendaraan listrik semakin menarik bagi para pengguna," imbuhnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik sejalan dengan komitmen mendukung NZE 2060 dengan menjalankan roadmap transisi energi.

“Terwujudnya ekosistem kendaraan listrik yang baik akan mendukung program transisi energi Indonesia dan pencapaian target NZE 2060 Indonesia. Melalui Sub Holding New & Renewable Energy, Pertamina berkomitmen untuk terus mengembangkan energi bersih di Indonesia dalam bentuk inisiatif-inisiatif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan serta dekarbonisasi,” ungkap Fadjar.

IBC Pasang Target Produksi 21.000 Baterai Motor Listrik di 2023

Baterai Mobil Listrik
Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Kementerian BUMN turut menggenjot penguatan ekosistem kendaraan listrik, termasuk motor listrik di Indonesia. Salah satunya dijalankan melalui kerja sama yang digagas Indonesia Battery Corporation (IBC).

Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Hattari mengungkapkan kerja sama antara IBC dengan produsen motor listrik ini akan diwujudkan dengan standardisasi jenis baterai motor listrik. Sehingga nantinya semua merek motor listrik bisa menggunakan baterai yang diproduksi IBC dengan suplai listrik dari PLN.

Program ini diwujudkan dalam nama Battery Assets Management Services (BAMS). Upaya ini diharapkan mampu memudahkan para pengguna motor listrik di Indonesia.

"Melalui program BAMS, IBC diproyeksi dapat memproduksi 21 ribu baterai pack pada 2023, yang aman 15 ribu untuk motor listrik dan 6.000 lainnya akan tersebar di swaping station di seluruh Indonesia," ujarnya dalam Peluncuran Battery Assets Management Services Indonesia Battery Corporation (IBC), di Kemenko Marves, Jakarta, Senin (12/6/2023).

Menurutnya, BAMS tak sebatas menyediakan infrastruktur terintegrasi, tapi juga akan dilengkapi dengan teknologi mutakhir. Salah satunya adalah teknologi yang mampu memantau tingkat kesehatan baterai motor listrik yang digunakan.

"Dengan menggunakan teknologi canggih, IBC akan pantau kesehatan baterai dan melakukan pemeliharaan preventif. Ini akan mengurangi biaya perawatan jangka panjang dan memberikan ke andalan bagi pengguna kendaraan listrik," urainya.

"Dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan energi masa depan, Kementerian BUMN mengajak semua pihak, baik pemerintah swasta, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi ini," tambah Rabin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya