Liputan6.com, Jakarta - PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dipercaya untuk mempercepat pengembangan Mandalika menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).
KEK Pariwisata Mandalika dibangun sejak 2015 di atas lahan sekitar 1.174 ha. Pengembangan The Mandalika sebagai kawasan pariwisata terintegrasi dimulai dengan pembangunan infrastruktur dasar berupa akses jalan kawasan, Utility Duct, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Jaringan Listrik dan fasilitas pendukung lainnya, serta Jalan Kawasan Khusus (JKK) atau yang saat ini dikenal dengan nama Pertamina Mandalika International Circuit.
Direktur Utama ITDC Ari Respati mengungkapkan, pihaknya mengajak stakeholder terkait bersama-sama mendukung pembangunan dan pengembangan Mandalika. Sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Advertisement
"Dalam pembangunan dan pengembangan kawasan ini membutuhkan biaya yang tidak kecil. Juga dukungan dari berbagai pihak yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah, dan stakeholder terkait serta masyarakat sekitar kawasan," ungkapnya, Sabtu (17/6/2023).
Ari menceritakan, kehadiran event internasional di kawasan The Mandalika seperti MotoGP dan WSBK telah memberikan multiplier effect bagi masyarakat. Dampak ekonomi MotoGP 2022 mencapai Rp 3.570 miliar bagi perekonomian NTB, dan Rp 4.500 miliar bagi perekonomian nasional.
Penyelenggaraan MotoGP 2022 mencatat jumlah penonton mencapai 102.801 orang, serapan tenaga kerja 4.600 orang, estimasi belanja penonton Rp 545,22 miliar, perputaran uang penonton Rp 697,88 miliar, promosi Rp 25.860 juta, akomodasi Rp 42,7 miliar, dan UMKM Rp 23,08 miliar.
Dukungan Pendanaan untuk KEK Mandalika
Dalam pembangunan kawasan The Mandalika pada 2015 dan 2020, ITDC telah memperoleh dukungan Pemerintah melalui Penanaman Modal Negara (PMN) secara tunai dengan total Rp 750 miliar.
Selain itu, ITDC juga memperoleh dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Himpunan Bank Negara (Himbara) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), dengan total pinjaman yang telah dimanfaatkan sebesar Rp 3,4 triliun.
Menurut Ari, pendanaan ITDC yang bersumber dari bank saat ini masih terjaga kelancaran pembayarannya karena sumber penghasilan usaha yang didapatkan dari kawasan The Nusa Dua dan bisnis lainnya melalui anak dan cucu usaha ITDC.
"Untuk menjaga kelangsungan usaha dan likuiditas keuangan ke depan, ITDC akan melakukan terobosan bisnis antara lain melakukan optimalisasi aset dengan mitra investasi atas sebagian lahan yang diubah statusnya menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) murni, khususnya di The Nusa Dua," terangnya.
Advertisement
Feprofiling
Direktur Keuangan ITDC Ahmad Fajar menambahkan, dampak dari pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi sektor pariwisata. ITDC sebagai pengembang dan pengelola kawasan pariwisata akan melakukan reprofiling atas fasilitas perbankan tersebut.
"Sehingga meningkatkan kemampuan pemenuhan kewajiban kepada para kreditur yang dapat disesuaikan dengan pertumbuhan pendapatan kami ke depan," ujar Fajar.