Liputan6.com, Jakarta Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford kembali mengumumkan gelombang baru pemutusan hubungan kerja (PHK), terhadap sejumlah insinyurnya di kawasan Amerika Utara dalam beberapa hari mendatang.
Melansir CNN Business, Rabu (28/6/2023) PHK di Ford terjadi dalam langkah beralih ke produksi kendaraan listrik.
Baca Juga
Namun, perusahaan tidak mengkonfirmasi jumlah karyawan yang terdampak PHK.
Advertisement
"Ini terkait dengan rencana pertumbuhan Ford+ yang kami perkenalkan pada tahun 2021 dan semakin diterapkan selama setahun terakhir," kata juru bicara Ford, T.R. Reid dalam sebuah pesan email.
"Mewujudkan rencana termasuk menyesuaikan staf agar sesuai dengan prioritas dan ambisi yang terfokus, sambil meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya," terangnya.
Ford sebelumnya mengatakan juga merekrut karyawan baru di beberapa daerah, namun tidak diketahui jelas apakah PHK kali ini akan mengakibatkan pengurangan tenaga kerja Ford secara keseluruhan di Amerika Serikat atau Kanada.
Sebagai bagian dari apa yang disebut rencana Ford+, pada tahun 2021 perusahaan ini dibagi menjadi tiga unit operasi besar: Ford Blue untuk kendaraan bertenaga pembakaran internal, Ford Model E untuk kendaraan listrik, dan Ford Pro yang berfokus pada kendaraan komersial.
Fokus Perusahaan
CEO Ford Jim Farley juga mengumumkan bahwa perusahaan akan fokus pada segmen pasar yang lebih sedikit, tetapi lebih menguntungkan, dan akan mengembangkan lebih banyak produk digital untuk pelanggannya.
Selain pertumbuhan keuntungan, pengurangan biaya juga merupakan bagian dari rencana perusahaan.
Pada Maret 2023, eksekutif Ford mengatakan bahwa perusahaan akan merugi hingga USD 3 miliar tahun ini dari penjualan kendaraan listrik tetapi masih mengharapkan untuk memenuhi target keuntungannya sebesar USD 9 miliar hingga USD 11 miliar untuk tahun ini.
Berhemat Rp 45 Triliun, Ford PHK Karyawan di Amerika dan India
Diwartakan sebelumnya, Ford Motor telah dikabarkan sedang mempersiapkan babak baru pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya di Amerika Serikat.
Melansir US News, Jumat (23/6/2023) perusahaan pada Maret 2022 lalu mengumumkan rencana untuk mengurangi biaya struktural hingga USD 3 miliar atau setara Rp. 45 triliun pada unit kendaraan bertenaga gasnya.
Kemudian pada bulan Agustus 2022, Ford mengatakan akan memangkas total 3.000 pekerja bergaji dan kontrak, sebagian besar di kawasan Amerika Utara dan India.
Menurut laporan Wall Street Journal, putaran baru PHK di Ford diperkirakan akan memengaruhi karyawan di divisi gas, kendaraan listrik, dan perangkat lunak pembuat mobil di Detroit, tetapi jumlah karyawan yang terkena PHK tidak dapat diketahui secara pasti.
Pihak Ford juga tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kabar PHK tersebut.
Upaya terbaru pembuat mobil untuk merampingkan operasinya datang setelah produsen lainnya yakni Stellantis NV dan General Motors mengatakan mereka menawarkan pembelian karyawan.
Kenaikan harga dan permintaan yang kuat untuk kendaraan baru telah mendorong perusahaan pembuat mobil mengatasi beberapa tantangan inflasi, meskipun biaya bahan baku yang lebih tinggi masih menjadi tantangan.
Pembuat mobil di AS juga telah mencoba untuk mengendalikan biaya pada bisnis kendaraan listrik mereka yang mahal, area fokus industri karena produksi kendaraan ramah lingkungan menjadi arus utama.
Di Eropa, badai PHK juga melanda karyawan di Volvo Cars, yang memberhentikan sekitar 1.300 karyawannya di Swedia karena meningkatkan pemotongan biaya.
Advertisement
Produsen Mobil Volvo PHK 1.300 Karyawan di Swedia
Kepala eksekutif Volvo Jim Rowan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya masih memerlukan pemotongan biaya meski dorongan efisiensi grup mulai menunjukkan hasil.
"Hambatan ekonomi, kenaikan harga bahan baku, dan persaingan yang meningkat kemungkinan akan tetap menjadi tantangan bagi industri kami untuk beberapa waktu," katanya, dikutip dari The Straits Times.
Sekitar 1.100 pekerjaan akan dipangkas di unit operasi global utama Volvo Cars, yaitu Volvo Personvagnar, sementara 200 posisi lainnya akan diidentifikasi setelah peninjauan entitas perusahaan di seluruh Swedia, menurut keterangan perusahaan tersebut.
Sehari sebelumnya, Volvo Cars, yang mayoritas dimiliki oleh Geely Holding China, mengatakan bahwa penjualan meningkat 10 persen YoY di bulan April menjadi 51.976 mobil, didorong oleh kenaikan yang kuat di China.
Penjualan Volvo di China melonjak 46 persen, sementara di Eropa, yang merupakan pasar terbesarnya, penjualan naik 5 persen.
Sedangkan Amerika Serikat, penjualan Volvo turun 4 persen.
Volvo Cars mengatakan penjualan mobil listrik naik hampir dua kali lipat menjadi 1 persen dari total penjualan.
Semua unit model Rechargenya, termasuk yang tidak sepenuhnya bertenaga listrik, naik 28 persen.